Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Seseorang? Ini Penjelasan Ilmiahnya

ADVERTISEMENT

Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Seseorang? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cicin Yulianti - detikEdu
Sabtu, 22 Jul 2023 15:00 WIB
Ilustrasi Pria dan Wanita Jatuh Cinta
Foto: Shutterstock/Ilustrasi tertarik pada seseorang
Jakarta -

Menyukai seseorang bisa terjadi atas dasar beberapa sebab, seperti menyukai hobi hingga musik yang sama. Baru-baru ini, sebuah penelitian mengungkap mekanisme psikologis di balik kecenderungan seseorang tertarik pada seseorang.

Ketertarikan manusia bisa dikatakan berbeda dengan bagaimana cara kerja magnet. Saat kutub yang sama berhadapan maka mereka akan saling tolak menolak, sedangkan saat kutub yang berhadapan berbeda, maka akan saling tarik-menarik.

Sebuah jurnal berjudul "Self-essentialist reasoning underlies the similarity-attraction effect oleh Charles Chu dan Lowery (2003)", mengungkap bahwa kemampuan seseorang dalam mengkonseptualisasikan identitas bergantung pada penalaran esensial diri. Lewat hal tersebut, kita membayangkan bahwa diri kita memiliki esensi batin yang menentukan siapa diri kita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Orang yang percaya memiliki esensi yang mendasari memungkinkan kita untuk berasumsi atau menyimpulkan bahwa ketika kita melihat seseorang yang memiliki satu karakteristik, mereka juga harus berbagi seluruh esensi dirinya yang mengakar," terang Chu, dikutip dari IFL Science.

Penalaran Self Essentialist yang Tinggi

Penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang dirancang untuk menilai kekuatan penalaran self essentialist mereka. Kemudian, mereka akan mengungkapkan perasaan mereka terhadap sosok fiksi bernama Jamie tentang aborsi, hukuman mati, dan kepemilikan senjata.

ADVERTISEMENT

Orang-orang yang memiliki tingkat penalaran self essentialist yang tinggi cenderung merasa tertarik terhadap Jamie. Mereka pun setuju dengan apa yang mereka pikirkan tentang Jamie.

Dalam percobaan kedua, para peneliti meminta peserta memperkirakan jumlah titik di layar. Lalu, mereka mengkategorikannya menjadi perkiraan yang terlalu tinggi atau rendah.

Mereka yang memiliki keyakinan kuat pada self essentialist cenderung merasa positif tentang Jamie saat mereka diberi tahu bahwa pandangannya soal Jamie terlalu dilebihkan.

"Saya menemukan bahwa baik dengan dimensi kesamaan yang cukup bermakna maupun dengan kesamaan yang sewenang-wenang dan minimal, orang-orang yang lebih tinggi dalam keyakinan mereka bahwa mereka memiliki esensi lebih cenderung tertarik pada orang lain yang mirip ini dibandingkan dengan orang lain yang berbeda," kata Chu.

Memiliki Selera yang Sama

Lalu, para peneliti melakukan penelitian lebih lanjut dengan memberi tahu kepada peserta bahwa selera seni tidak berkaitan dengan kepribadian mereka. Dengan adanya pernyataan tersebut, para peserta tidak terlalu mengidentifikasi diri dengan orang lain yang memiliki selera musik sama.

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa seseorang memproyeksikan banyak identitas mereka ke orang lain yang memiliki selera yang sama dengannya.

"Perasaan hangat yang kami rasakan terhadap seseorang yang baru saja kami temui yang memiliki kesamaan dengan kami, perasaan bahwa orang ini adalah tipe orang saya dan melihat hal-hal seperti saya, didasarkan pada keyakinan ini dan proses penalaran yang dimungkinkannya," kata seorang responden.

Dengan begitu, Chu menyebut penalaran self essentialist memfasilitasi kapasitas manusia yang unik untuk hubungan sosial dengan membantu kita melihat lebih banyak tentang diri kita pada orang lain.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads