Benarkah Benua Afrika Akan Terbelah Menjadi Dua? Ini Penjelasannya

ADVERTISEMENT

Benarkah Benua Afrika Akan Terbelah Menjadi Dua? Ini Penjelasannya

Zefanya Septiani - detikEdu
Senin, 26 Jun 2023 14:30 WIB
Africa Continent
Foto: iStockphoto/Burak Can Oztas/Benua Afrika
Jakarta -

Saat ini, kita mengenal Afrika sebagai sebuah benua, tetapi hal tersebut mungkin tidak lagi terjadi beberapa juta tahun lagi. Pasalnya, saat ini retakan raksasa tengah perlahan-lahan membelah benua terbesar kedua di dunia tersebut.

Meskipun dalam geologi proses ini merupakan proses yang sangat panjang, tetapi pada akhirnya diprediksi akan terjadi pemisahan bagian Afrika Timur dari bagian benua Afrika lainnya. Pemisahan ini diperkirakan akan menghasilkan lautan baru di antara kedua daratan tersebut.

Lantas, mengapa benua Afrika dapat terbelah menjadi dua? Yuk, detikers kita simak informasinya!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Retakan Afrika

Dikutip dari IFL Sciences, pemisahan kolosal ini memiliki kaitan dengan sistem retakan Afrika timur atau East African Rift System (EARS), salah satu celah terbesar di dunia.

Retakan ini membentang ribuan kilometer melalui beberapa negara di Afrika, seperti Etiopia, Kenya, Republik Demokratik Kongo, Uganda, Rwanda, Burundi, Zambia, Tanzania, Malawi, dan Mozambik.

ADVERTISEMENT

Sistem retakan ini berarti lempeng Afrika tengah terbelah menjadi dua lempeng, yaitu lempeng Somalia yang lebih kecil dan lempeng Nubia yang lebih besar. Kedua lempeng ini saling menjauh satu sama lain dengan kecepatan yang sangat lambat, hanya beberapa milimeter per tahun, menurut sebuah penelitian tahun 2004.

Kepala geologi di Universitas Tulane di New Orleans, Amerika Serikat dan penasihat ilmiah di Biro Urusan Afrika Departemen Negara AS, Cynthia Ebinger mengungkap retakan Afrika Timur mulai terbentuk sekitar 35 juta tahun yang lalu antara Arab dan Tanduk Afrika di bagian timur benua.

Namun, seiring berjalannya waktu, proses retakan berlanjut ke arah selatan hingga mencapai Kenya utara sekitar 25 juta tahun yang lalu. Retakan Afrika Timur diprediksi terbentuk karena adanya panas yang naik dari astenosfera antara Kenya dan Ethiopia, menurut Geological Society of London.

Dari laman Live Science, panas tersebut menyebabkan kerak di atasnya mengembang dan naik, menyebabkan peregangan dan retakan pada batuan yang rapuh.

Hal ini menyebabkan aktivitas vulkanis yang signifikan, termasuk pembentukan Gunung Kilimanjaro, gunung tertinggi di Afrika, seperti yang diungkap oleh NASA's Earth Observatory.

Retakan Afrika terdiri atas dua set retakan yang secara umum sejajar dalam kerak Bumi. Retakan timur melintasi Ethiopia dan Kenya, sementara retakan barat membentang melengkung dari Uganda hingga Malawi, seperti yang dicatat oleh Geological Society of London.

Cabang timurnya gersang, sementara cabang baratnya berada di perbatasan hutan hujan Kongo.

Adanya retakan timur dan barat serta penemuan zona-zona gempa bumi dan gunung berapi di lepas pantai menunjukkan bahwa Afrika sedang perlahan-lahan membuka berdasarkan beberapa jalur, yang secara keseluruhan mencapai lebih dari 6,35 millimeter per tahun, ungkap Ebinger.


Pembelahan Afrika Menjadi Dua

Terdapat beberapa skenario yang diperkirakan dapat membelah benua Afrika menjadi dua. Salah satunya melibatkan pemisahan sebagian besar lempeng Somalia dari benua Afrika lainnya, dengan terbentuknya lautan.

Massa daratan baru ini akan mencakup Somalia, Eritrea, Djibouti, dan bagian timur Ethiopia, Kenya, Tanzania, dan Mozambik. "Skenario lainnya hanya melibatkan pemisahan Tanzania timur dan Mozambik," ungkap Ebinger.

"(Jika benua Afrika benar-benar terbelah), retakan di Ethiopia dan Kenya mungkin akan membelah dan membentuk lempeng Somali dalam 1 hingga 5 juta tahun mendatang," jelasnya.

Kendati demikian, tetap terdapat kabar gembira karena Afrika mungkin tidak akan terbelah menjadi dua. Pasalnya, kekuatan geologis yang mendorong proses retakan mungkin terlalu lambat untuk memisahkan lempeng Somalia dan Nubia.

"Retakan saat ini bergerak sangat lambat, sekitar kecepatan pertumbuhan kuku jari kaki," kata Ken Macdonald, seorang profesor emeritus yang terkemuka dalam ilmu bumi di Universitas California, Santa Barbara.

Salah satu contoh akan retakan yang gagal di tempat lain di dunia adalah Retakan Midcontinent, yang membentang sekitar 3.000 kilometer di Upper Midwest Amerika Utara, menurut sebuah tinjauan pada tahun 2022.

Sementara, menurut Geological Society of London, cabang retakan Afrika timur termasuk ke dalam retakan yang gagal, tetapi cabang baratnya masih aktif. "Retakan yang gagal menghiasi benua-benua di seluruh dunia," ungkap Ebinger.

"Yang tidak kita ketahui adalah apakah proses retakan ini akan terus berlanjut dengan kecepatan saat ini untuk pada akhirnya membentuk cekungan lautan, seperti Laut Merah, dan kemudian menjadi sesuatu yang lebih besar, seperti versi kecil Samudra Atlantik," tambah Macdonald.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads