Keberadaan cacing pita atau parasit biasanya merugikan pada makhluk hidup. Namun ini tidak berlaku pada semut yang terinfeksi, yang dikenal sebagai Temnothorax nylanderi.
Semut dari spesies ini sendiri bisa terkena cacing pita saat menggigit kotoran burung pelatuk sebagai larva muda, kemudian terinfeksi cacing pita (Anomotaenia brevis).
Tapi semut yang terkena cacing pita tersebut, justru bisa berakhir hidup tiga kali lebih lama dari semut lainnya pada spesies ini, sebagaimana dikutip dari Live Science.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cacing Pita Membuat Usus Semut Terus Memompa Antioksidan
Fenomena ini diteliti oleh Susanne Foitzik, seorang ahli entomologi dan tim dari Universitas Johannes Gutenberg di Jerman.
Ia menemukan bahwa cacing pita ini membuat usus semut terus memompa antioksidan dan protein lain ke dalam aliran darahnya.
Meskipun belum jelas apa efek kesehatan dari protein khusus ini, namun ada kemungkinan nyata bahwa cacing pita menjadi bagian dari yang membantu semut terinfeksi tetap bertahan hidup.
Hal ini karena parasit tersebut tumbuh di tubuh burung pelatuk yang penting dalam menjaga inangnya tetap muda.
Semut Bertahan Hidup Lebih Lama
Apa yang terjadi pada semut-semut ini bukanlah parasit, namun semut yang terinfeksi bertahan sampai burung pelatuk datang.
Hal ini dibuktikan dalam penelitian ini yang mencatat bahwa semut Temnothorax yang terinfeksi cacing pita, bisa hidup dengan nyaman. Sebaliknya, semut yang tidak terinfeksi membayar kemalasan rekan-rekannya.
Sehingga, semut yang tidak terinfeksi terbebani dengan merawat yang terinfeksi hingga mati lebih cepat.
Para peneliti tidak menemukan tanda-tanda stres fisiologis pada semut-semut ini, namun para pekerja ini kurang memberikan perhatian penuh pada ratu mereka saat merawat yang terinfeksi dan menimbulkan masalah bagi koloni.
Karena semut yang terinfeksi terlihat sangat muda, para peneliti penasaran untuk mencari tahu apa yang membuat mereka hidup lebih lama.
Mereka membandingkan semut yang terinfeksi dan tidak terinfeksi dengan melihat kadar protein dalam hemolimf semut.
Protein Cacing Pita Menyebabkan Rasa Malas
Para peneliti pun mengungkapkan bahwa protein cacing pita menyumbang porsi substansial dari protein yang mengalir melalui hemolymph adalah antioksidan.
Selain itu, protein lain yang ditemukan juga menjelaskan mengapa semut yang terinfeksi menjadi pemalas, yaitu protein vitellogenin-like A .
Itu tidak diproduksi oleh parasit namun oleh semut itu sendiri. Protein ini mengatur pembagian kerja dan reproduksi dalam masyarakat semut.
Cacing Pita Memanipulasi Gen Semut?
Akhirnya para peneliti berasumsi bahwa protein ini entah bagaimana dapat memengaruhi perilaku semut dengan cara menipu orang lain untuk menyayangi mereka.
Namun yang belum jelas yaitu apakah cacing pita yang memanipulasi gen protein semut atau ini adalah produk yang dihasilkan oleh parasit secara tidak sengaja.
Foitzik mengungkapkan bahwa kemungkinan perbedaan kasta dalam semut mengendalikan gen diferensial, membajak jalur pengaturan yang ada, sebelum membuat semut-semut ini melebihi ratu karena parasit.
Namun, peneliti mengatakan akan sulit untuk membuktikan bahwa parasit mampu memanipulasi tubuh semut sebagai lawan dari semut yang bertindak sebagai respon sebagai penyerbu.
Sampai saat ini, tim berencana terus mempelajari protein parasit untuk memahami bagaimana parasit dapat memengaruhi perilaku, penampilan, dan berumur panjang.
(faz/faz)