Gurita Berkamuflase Ganti Warna Hanya 0,1 Detik, Ternyata Begini Caranya

ADVERTISEMENT

Gurita Berkamuflase Ganti Warna Hanya 0,1 Detik, Ternyata Begini Caranya

Zefanya Septiani - detikEdu
Selasa, 13 Jun 2023 09:00 WIB
Blue ringed octopus - Hapalochlaena spp.
Foto: Getty Images/iStockphoto/semet/Gurita
Jakarta -

Gurita adalah salah satu kelompok cephalopoda atau kelompok hewan laut tak bertulang belakang. Gurita dikenal sebagai hewan yang cerdas karena kemampuan untuk mengganti warna tubuhnya atau kamuflase.

Kemampuan gurita mengganti warna ini telah memantik banyak penelitian. Termasuk diteliti oleh Aristoteles, filsuf Yunani Kuno pada 2.400 tahun lalu.

Terlebih kemampuan berkamuflase gurita ini dikenal sangat cepat. Bahkan kecepatan ini pun telah membingungkan para peneliti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun penggunaan kata gurita yang dijelaskan ini, mengacu pada gambaran tren umum pada seluruh kelompok gurita. Sebab, tidak semua spesiesnya mampu mengubah warna dan beberapa di antaranya memiliki mekanisme penyamaran yang bervariatif.

Alasan Gurita Bisa Mengganti Warna dengan Sangat Cepat

Meski ada beberapa hewan lain yang juga memiliki kemampuan berkamuflase selain gurita, seperti bunglon. Namun, kemampuan gurita menjadi unik karena kemampuannya berpindah warna memiliki ketepatan dan kecepatan yang menakjubkan.

ADVERTISEMENT

"Ini hanya butuh sepersekian detik. Saya rasa perubahan tercepat kurang dari 100 milidetik (0,1 detik), yang lebih cepat daripada kilatan mata," ungkap Leila Deravi, biokimiawan di Northeastern University di Massachusetts yang mempelajari mekanisme penyamaran gurita, dikutip dari Live Science.

Ia menambahkan bahwa kemampuan gurita didapatkan karena mereka memiliki otak yang terhubung dengan permukaan kulit.

Hal tersebut menyebabkan gurita memiliki mekanisme sinyal yang sangat cepat untuk menginstruksi perubahan warna di tubuh mereka.

Uniknya, meskipun memiliki kecerdasan untuk menyesuaikan warna kulit mereka, tetapi sebagian besar gurita dan cephalopoda lainnya sebenarnya buta warna.

Hal tersebut diungkapkan melalui sebuah tinjauan artikel yang diterbitkan pada tahun 2020, yang menemukan bahwa gurita hanya memiliki satu jenis fotoreseptor, sel yang mengubah cahaya menjadi sinyal saraf. Artinya, gurita hanya dapat mendeteksi perbedaan cahaya.

Selain itu, dalam studi yang diterbitkan pada tahun 2016, terdapat sebuah hipotesis bahwa gurita memiliki jenis reseptor tambahan pada matanya yang tidak dikenal. Hal itu memungkinkan cephalopoda untuk melihat warna dengan cara yang berbeda.

Cara Gurita Berkamuflase

Gurita dapat mengubah warna menggunakan kromatofor atau organ kecil yang dapat mengubah warna yang tersebar di seluruh kulit gurita.

Pada setiap pusat kromatofor terdapat kantong-kantong kecil yang berisi nanopartikel pigmen yang disebut xanthommatin.

Xanthommatin akan berfungsi untuk menyerap panjang gelombang tertentu atau warna. Saat menyerap gelombang cahaya, kantong pigmen akan meregang sehingga memungkinkan lebih banyak cahaya masuk dan memantulkan partikel xanthommatin.

Hal itu menyebabkan cahaya yang dipantulkan keluar dari kromatofor memiliki warna yang berbeda dibandingkan cahaya yang pertama kali masuk.

Deravi mengungkapkan kulit gurita memiliki tiga lapisan kromatofor dan setiap lapisan memiliki partikel xantommatin yang memantulkan warna berbeda.

Lapisan teratas memantulkan warna kuning, lapisan tengah memantulkan warna merah, dan lapisan terbawah memantulkan warna coklat.

Selain itu, gurita juga memiliki kemampuan untuk mengkombinasikan setiap warna tersebut dengan mengubah bentuk kromatofor di setiap lapisan. Hal tersebut dilakukannya untuk menciptakan berbagai warna.

Gurita memiliki jumlah kromatofora yang berbeda, pada beberapa spesies jumlahnya dapat mencapai puluhan ribu atau jutaan. Perbedaan jumlah tersebut dipengaruhi oleh ukuran spesiesnya.

Kromatofora akan dikendalikan oleh sinyal saraf dari otak yang akan menyebabkan otot-otot yang mengelilingi kantong di kromatofor berkontraksi atau rileks untuk mengubah bentuknya.

Selain kromatofora, iridofor dan leukofor juga merupakan organ yang akan terlibat dalam proses perubahan warna gurita. Diketahui, dua organ ini terletak pada kulit spesies gurita tertentu yang akan membantunya untuk meningkatkan atau mengubah warna yang dihasilkan.

Struktur pada kulit gurita dapat membantu mereka dalam kamuflase yang berfungsi untuk mengubah tekstur yang menambahkan lapisan lain.

Kulitnya memiliki tonjolan kecil yang disebut papila yang dapat mengendur yang membuat kulit halus atau mengerut yang membuat kulit menggumpal dan kasar.

Papila pada gurita akan dikendalikan oleh sinyal saraf dari otak. Namun, Deravi mengungkapkan proses perubahan tekstur ini memiliki pemahaman yang lebih minim dibandingkan dengan perubahan warna.

Pentingnya Kamuflase bagi Gurita

Saat ini mekanisme kamuflase gurita masih belum sepenuhnya dipahami oleh para ilmuwan. Namun, para ilmuwan telah memiliki pemahaman yang lebih baik terkait alasan gurita mengubah warna.

"Gurita tidak memiliki perlindungan eksternal," ungkap Jennifer Mather, psikolog di University of Lethbridge di Kanada yang ahli dalam perilaku cephalopoda.

Hal itu menyebabkan, bagi predator di lautan gurita dipandang sebagai sebuah paket protein yang tidak terlindungi. Artinya, secara praktis semua makhluk di lautan berusaha untuk memangsa mereka.

Oleh sebab itu, gurita menggunakan kemampuan kamuflase untuk melindungi dirinya.

"Dalam perspektif evolusi, gurita tidak punya pilihan. Tanpa perlindungan fisik, mereka harus berkembang dengan cara-cara untuk tidak terlihat," jelas Mather.

Selain untuk melindungi diri dari predator, perubahan warna pada gurita dapat digunakan untuk berburu.

Gurita akan menggunakan tampilan mengejutkan, di mana mereka akan membingungkan mangsanya dengan perubahan warna yang drastis dan cepat sebelum akhirnya gurita menjebak mangsanya.

Ternyata, perubahan warna pada gurita juga memiliki fungsi yang sama untuk melakukan komunikasi antar individu.

Beberapa spesies gurita akan menghasilkan pola berwarna solid untuk menarik pasangan atau menjatuhkan pesaingnya selama musim reproduksi.

Kemampuan kamuflase merupakan kemampuan bawaan yang dimiliki oleh sebagian besar gurita. Namun, para ilmuwan memprediksi bahwa kemampuan mengubah warna akan menjadi jauh lebih baik seiring dengan bertambahnya usia gurita.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads