Kabar penghancuran koleksi model dinosaurus pada Mei 1871 oleh sekelompok preman menggemparkan khalayak. Pasalnya, koleksi model dinosaurus tersebut dicanangkan akan menjadi bagian dari museum baru di Central Park, New York.
Para preman diduga menghancurkan model serta desain dan cetakannya menggunakan palu besar dan membawa pergi potongan-potongan yang dihancurkan.
Model dinosaurus tersebut dibuat oleh Benjamin Waterhouse Hawkins. Ia dipekerjakan oleh Kota New York untuk membuat pameran di Central Park.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui proyek tersebut dibatalkan oleh politikus korup, William 'Boss' Tweed pada tahun 1870, setelah 'Boss' Tweed mengambil alih kota, seperti yang dituliskan dalam laman IFL Science.
Dugaan Tweed di Balik Rusaknya Model Dinosaurus
Para khalayak kemudian berfokus kepada Tweed yang dicurigai sebagai dalang dibalik kerusakan model dinosaurus di Museum Paleozoik New York.
Meskipun proyek pameran di Central Park dibatalkan, tetapi model dinosaurus dapat digunakan pada pameran di tempat lain. Sayangnya, permodalan ini telah hancur berkeping-keping yang disebabkan oleh preman.
Salah satu penulis studi, Profesor Michael Benton dari Sekolah Ilmu Bumi Bristol, mengungkapkan bahwa akun-akun sebelumnya terkait insiden ini kerap melaporkan bahwa tindakan perusakan dilakukan atas perintah pribadi dari 'Boss' Tweed.
"(Penghancuran dilakukan) dengan berbagai motif mulai dari kemarahan karena pameran tersebut dianggap menghujat agama, hingga balas dendam atas kritik yang diduga ditujukan kepadanya dalam laporan New York Times tentang pembatalan proyek tersebut," jelasnya.
"Membaca laporan-laporan ini, ada sesuatu yang tidak terasa tepat. Pada saat itu, Tweed sedang berjuang untuk hidup politiknya, sudah dituduh melakukan korupsi dan tindakan keuangan yang salah, jadi mengapa dia begitu terlibat dalam proyek museum ini?" tambah co-author Victoria Coules tersebut.
Studi ini juga mengungkap bahwa Tweed terus-menerus mendapatkan serangan dari surat kabar pada saat ini. Hal itu menyebabkan motivasi untuk balas dendam atas kritik surat kabar tampak tidak masuk akal.
"Jadi kami kembali ke sumber-sumber asli dan menemukan bahwa bukan Tweed (yang melakukan penghancuran) dan motifnya bukanlah penistaan atau kekesalan," tulis tim dalam studi mereka.
Penghancuran Dilakukan oleh 'Karakter Aneh' Henry Hilton
Para peneliti kemudian menetapkan seorang dengan 'karakter aneh' sebagai tersangka di balik penghancuran ini. Ia adalah Henry Hilton, Bendahara dan Wakil Presiden Central Park yang memiliki catatan pernah melakukan tindakan vandalisme aneh.
Hilton pernah memerintahkan agar patung perunggu di Central Park untuk dicat putih dan saat pematung menolak, ia malah memerintahkan agar patung tersebut tetap dihapus dan dicat putih.
Selain itu, tim peneliti juga menemukan pada notulensi rapat, Hilton menjadi sosok yang menentang untuk memberikan uang kompensasi kepada Hawkins atas karyanya setelah pembatalan proyek, bukan Tweed.
"Sumber-sumber utama pada masa itu menunjukkan bahwa Henry Hilton (1824-1899) bertanggung jawab bukan hanya atas penghancuran studio dan model Hawkins melalui manuver politiknya, tetapi bahwa dia juga mengirim geng preman," tulis tim dalam studi mereka.
Tim peneliti juga tidak menemukan bukti bahwa Tweed yang menjadi dalang di balik penghancuran ini.
Mereka berpendapat bahwa Hilton yang menjadi dalang dalam aksi ini karena ia telah terbukti melakukan banyak kesalahan besar dan kontroversi dalam hidupnya.
Hilton bahkan pernah menipu seorang janda untuk menyerahkan seluruh warisan bisnis kepadanya.
Hilton Memperlakukan Artefak dengan Aneh
Melalui tinjauan pada laporan kontemporer, para peneliti menemukan Hawkins menyalahkan Hilton pada saat itu dan mengklaim bahwa Hilton melakukannya karena kebodohannya.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa Hilton pernah mengatakan kepada Hawkins bahwa ia tidak perlu repot-repot dengan 'hewan mati' karena masih banyak hal yang harus dilakukan dengan 'hewan hidup'.
"Ini mungkin terlihat seperti tindakan preman lokal, tetapi memperbaiki catatan sejarah sangat penting dalam pemahaman kita tentang sejarah paleontologi," jelas Profesor Benton.
Menurutnya, itu bukanlah penistaan agama atau tindakan balas dendam kecil oleh William Tweed, melainkan tindakan seorang individu yang sangat aneh yang membuat keputusan-keputusan yang sama anehnya tentang cara perlakuan terhadap artefak.
Seperti mengecat patung atau tulang belulang ikan paus menjadi putih dan menghancurkan model-model museum.
"Dia bisa dianggap sebagai penjahat dalam cerita ini, tetapi sebagai karakter, Hilton tetap menjadi misteri yang membingungkan," tutur Profesor Benton.
(faz/faz)