Manusia modern terindikasi memiliki gabungan dari beberapa DNA yang berasal dari beberapa-sedikitnya dua- populasi manusia purba di Afrika. Studi ini menjadi sebuah pengetahuan yang baru karena pada studi sebelumnya disebutkan bahwa manusia modern berasal dari satu populasi di Afrika. Hal ini diungkapkan melalui sebuah studi yang diunggah dalam jurnal Nature berjudul Human-evolution story rewritten by fresh data and more computing power.
Studi ini melibatkan genom dari sekitar 290 orang yang hidup di daerah Afrika Selatan, Timur dan Barat. Ditemukan bahwa manusia modern diturunkan dari setidaknya dua kelompok manusia purba yang berkerabat dekat, atau memiliki percampuran gen.
Selain itu, peneliti juga memeriksa data genom manusia hidup dari berbagai kelompok, seperti kelompok Mende di Sierra Leone, Nama di Afrika Selatan, kelompok Amhara, Oromo, dan Gumuz di Etiopia, manusia modern Eropa, dan sisa-sisa Neanderthal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua manusia berbagi nenek moyang yang sama namun kisah di masa lalu lebih kompleks daripada spesies yang hanya berevolusi di lokasi tunggal atau terisolasi," tutur Aaron Ragsdale, penulis utama studi ini dan pakar genetika populasi di University of Wisconsin-Madison dilansir Smithsonian Magazine.
DNA manusia modern diperkirakan akan membantu para peneliti untuk membuat model penjelasan yang berbeda untuk keanekaragaman manusia. Hal tersebut dapat menjadi penjelas akan teori asal-usul tunggal dan gagasan bahwa Homo sapiens bercampur dengan spesies manusia purba lainnya.
Para peneliti kemudian mengungkapkan terdapat skenario yang paling sesuai didasarkan pada data DNA, bahwa manusia modern memiliki beberapa titik asal. Melalui hal tersebut, skenario atau hipotesa yang paling cocok dari data DNA ini adalah bahwa manusia modern merupakan percampuran kelompok manusia purba.
"Ketika kami mengasumsikan dalam model komputer kami bahwa populasi batang tidak begitu stabil, tetapi beberapa bagian terkadang memisahkan diri dan kemudian bergabung kembali, kami mendapatkan kesesuaian yang jauh lebih baik dengan variasi genetik yang ditemukan pada populasi manusia saat ini," jelas Ragsdale.
Ditambahkan rekan penulis studi ini yang juga ahli genetika manusia di McGill University di Kanada, Simon Gravel, mengatakan perbedaan antara kelompok-kelompok yang terpisah tetapi berbaur ini akan hampir serendah yang terlihat di antara populasi manusia kontemporer.
Menanggapi studi ini, ahli arkeologi evolusi di Max Planck Institute for Geo Anthropology Jerman, Eleanor Scerri yang tidak berkontribusi dalam studi turut mengungkapkan bahwa tidak ada kelahiran yang diturunkan dari gen tunggal. Hal itu menyebabkan para peneliti lebih memilih untuk menggambarkan evolusi manusia sebagai batang yang saling terjalin, daripada pohon dengan satu batang yang bercabang.
Sementara Jessica Thompson, paleoantropolog di Yale University yang tidak berkontribusi dalam penelitian berpendapat bahwa menyertakan DNA kuno dari Afrika diperkirakan dapat membantu para peneliti dalam studi ini.
"Orang yang hidup hari ini mungkin sangat berbeda dari mereka yang tinggal di tempat yang sama di masa lalu," jelas Thompson.
Diketahui, fosil tertua manusia purba berasal dari Afrika. Manusia pertama kali berevolusi di Afrika, dan sebagian besar evolusi manusia terjadi di benua itu. Fosil manusia purba yang hidup antara 6 hingga 2 juta tahun lalu seluruhnya berasal dari Afrika. Sebagian besar ilmuwan saat ini mengenali sekitar 15 hingga 20 spesies manusia purba yang berbeda.
Sementara, manusia modern pertama diperkirakan muncul sekitar 315.000 tahun yang lalu. Bukti manusia modern mulai ditemukan antara 300.000 hingga 100.000 tahun yang lalu dan tersebar di seluruh dunia. Scerri mengatakan hal tersebut memberikan dukungan untuk teori asal mula manusia yang berasal dari beberapa titik.
Jika manusia berasal dari satu tempat, maka artefak tertua akan ditemukan di sana. Begitu pula sisa-sisa peninggalan yang semakin baru juga ditemukan di situs yang berasal dari tempat asal tersebut.
(nwk/nwk)