Dosen ITB Ingatkan Untuk Tidak Terlalu Percaya ChatGPT, Apa Alasannya?

ADVERTISEMENT

Dosen ITB Ingatkan Untuk Tidak Terlalu Percaya ChatGPT, Apa Alasannya?

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 17 Mei 2023 16:00 WIB
Sejak dirilis untuk publik pada akhir tahun silam, ChatGPT langsung populer. Hal ini karena dianggap ChatGPT merupakan program kecerdasan buatan yang takjub.
ChatGPT. (Foto: Future Publishing via Getty Imag/Future Publishing)
Jakarta -

Kecerdasan buatan bernama ChatGPT menarik perhatian baru-baru ini. Model yang dikembangkan oleh OpenAI itu, telah mendapatkan popularitas besar karena kemampuannya untuk berinteraksi secara alami dengan pengguna.

Dirilis pada November 2022, ChatGPT menyajikan jawaban dari data-data yang telah disediakan. Publik ramai menggunakan ChatGPT untuk sekadar coba-coba hingga mendapatkan informasi yang detail tentang sesuatu.

Kendati demikian, Pakar ITB mengingatkan untuk tidak terlalu percaya pada ChatGPT. Apa alasannya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tentang Artificial Intelligence

Sebelumnya, mari pahami dulu bagaimana Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan bekerja. Menurut Dr Eng Ayu Purwarianti, ST, MT, yang merupakan dosen pada Kelompok Keahlian Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, salah satu teknik dalam Artificial Intelligence adalah machine learning. Di mana jika kita membangun suatu model Artificial Intelligence dengan machine learning maka kita juga harus menyediakan data.

Data itu nantinya dimasukkan ke dalam algoritma machine learning dan menghasilkan sebuah model Artificial Intelligence. Machine learning akan mempelajari pola yang ada di dalam data, data pun tersedia dalam data supervised dan data unsupervised.

ADVERTISEMENT

Dijelaskan Dr. Ayu bahwa data supervised harus diberikan penambahan label data secara manual, sebagai contoh data pada media sosial nantinya akan secara manual diberikan label positif, negatif ataupun netral oleh seorang data annotator. Berbeda dengan data unsupervised, yang tidak perlu ada label data. Kedua jenis data ini memiliki tugas yang berbeda.

Mengapa Tidak Boleh Terlalu Percaya dengan ChatGPT?

Dr Ayu menjelaskan, ChatGPT adalah salah satu aplikasi Artificial Intelligence di bidang natural language processing yang di dalamnya memanfaatkan Pre-trained Generative Large Language Model. Data dalam ChatGPT dibangun dari data unsupervised.

"Hal yang menarik adalah Pre-trained Generative Large Language Model dibangunnya secara unsupervised. Jadi ChatGPT itu mengumpulkan semua data dokumen yang ada di Internet, termasuk source code, yang kemudian digabungkan tanpa diberikan label. Semua data ini dimasukkan ke dalam algoritma deep learning yang disebut GPT," ujarnya dalam situs ITB, Rabu (17/5/2023)

Dalam prosesnya, ChatGPT menggunakan teknik generative yang dibangun dari data triliunan kalimat yang kemudian dimasukkan ke dalam deep learning. Ketika kita memberikan input pertanyaan, maka ChatGPT akan memberikan jawaban yang sebenarnya merupakan hasil karangan yang di-generate per kata.

Hanya saja, lanjut Dr Ayu karena sumber datanya yang sangat banyak sehingga karangannya pun sebagian besar benar.

"Sehingga melalui penjelasan ini kita menjadi tau konsekuensinya, untuk tidak terlalu percaya terhadap hasil dari ChatGPT, karena pada dasarnya dia (ChatGPT) ngarang," ucap Head of Artificial Intelligence Center ITB itu.

Ketika kalimat dari data yang sangat banyak itu masuk kedalam algoritma deep learning, ChatGPT sama sekali tidak menyimpan pengetahuan tetapi mengatur bobot yang ada dalam deep learning. Sehingga sebenarnya di dalam model ChatGPT yang tersimpan adalah hubungan antarkata.




(nir/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads