Kota Kuno Lutetia, Asal-usul Paris

ADVERTISEMENT

Kota Kuno Lutetia, Asal-usul Paris

Trisna Wulandari - detikEdu
Sabtu, 13 Mei 2023 18:00 WIB
Dinner Romantis di atas Sungai Seine
Foto: Angga Aliya ZRF/detikcom
Jakarta -

Lutetia, atau Lutetia Parisiorum, merupakan ibu kota orang suku Parisii. Suku ini merupakan salah satu yang berasal dari Gaule (Gallia/Gaul) kuno, yaitu kawasan Prancis dan sebagian Belgia, bagian barat Jerman, dan utara Italia hari ini.

Sekitar tahun 52 SM, orang suku Parisii melawan Legiun Romawi yang berisi koalisi Roman-Gaule di Pertempuran Lutetia, Perang Gallic. Orang Romawi dan Gaule memenangkan pertempuran dan mengambil alih pemerintahan wilayah tersebut, dikutip dari Heritage Daily.

Pada tahun 53 SM, Jenderal Romawi Julius Caesar semula menjadikan Lutetia sebagai lokasi dewan semua Suku Gallic.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Desa utama Lutetia terletak di sebuah pulau yang kini bernama Île de la Cité. Area pemukiman lainnya terletak benteng bukit di Montagne Sainte-Geneviève. Warganya cukup kaya untuk mencetak koin emas.

Kekayaan Lutetia

Lutetia dibangun lebih jauh pada awal abad pertama sebagai kota garnisun Gallo-Roman, yakni memiliki angkatan bersenjata dengan kedudukan pertahanan tetap.

ADVERTISEMENT

Jaringan jalan Romawi lalu didirikan bersama Pilier des Nautes (pilar tukang perahu) untuk menghormati dewa langit dan petir, Jupiter.

Bangunan publik dan monumen besar lainnya lalu dibangun pada abad ke-2 M. Beberapa di antaranya yaitu kuil, pemandian air panas, alun-alun, basilika, pengadilan, teater, dan Arena Lutetia. Sekitar 5.000-8.000 orang penduduk hidup di masa kejayaan Lutetia ini.

Rawan Dijarah

Lutetia artinya tempat di dekat rawa. Daerah ini jadi tempat utama koloni Parisii di area Sungai Seine tengah, seperti dikutip dari laman World History.

"Orang Parisii tinggal di sekitar Seine, memiliki sebuah kota, yang disebut Lucotocia ( Λουκοτοκία ), di sebuah pulau dekat sungai," tulis ahli geografi Yunani Strabo dalam Geography pada masa pemerintahan Augustus.

Setidaknya ada tiga pemandian Lutetia yang sudah ditemukan. Pemandian ketiga dibangun di abad ketiga.

Ruang frigidarium (kolam air dingin) di pemandian ketiga kini menjadi salah satu ruangan Museum Nasional Middle Ages Cluny (MusΓ©e de Cluny), Paris.

Temuan pemandian tersebut membuktikan bahwa Lutetia cukup besar. Sebab, satu pemandian terletak di lahan Collège de France, satu lagi di Rue Gay-Lussac, dan satu lagi di kawasan Museum Cluny saat ini.

Dengan gaya hidup dan koin emas di Lutetia, kota makmur tanpa tembok ini menjadi rawan dijarah. Prajurit suku Jermanik menjarah Lutetia, Trier, Metz, dan Reims di akhir abad ketiga.

Agar aman, area Lutetia di selatan dan pulau dibentengi. Batu-batu penyusunnya diambil dari amfiteater dan bangunan yang ditinggalkan pemukim pinggir sungai. Nama kota ini lalu diubah jadi Civitas Parisiorum.

Kemunduran Lutetia

Lutetia mengalami kemunduran di abad ke-5 M. Serangan Suku Jermanik salah satunya mengganggu kemampuan pemerintah Romawi untuk menjaga keamanan ekonomi dan membebani penduduknya.

Kaisar yang salah pimpin, ketergantungan pada tentara bayaran tanpa punya tentara tetap, dan hilangnya wilayah kekuasaan turut merusak kekuasaan Romawi Barat ini.

Alhasil, kaum Frank, suku berbahasa Jerman yang pindah ke utara Gaul, mengalahkan tentara Romawi di sana dan mendirikan dinasti Merovingian baru.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads