Diskriminasi gender acap kali terjadi di sekitar kita dan dapat memberikan dampak negatif bagi mereka yang menjadi korban diskriminasi. Sebuah studi mengungkapkan diskriminasi gender juga dapat berdampak pada ukuran otak.
Dituliskan dalam laman IFL Science, studi yang dipublikasikan pada Proceedings of the National Academy of Sciences, melakukan penelitian menggunakan sampel dari 8.000 pemindaian MRI yang telah mengungkapkan perbedaan antara otak pria dan wanita.
Namun, perbedaan ukuran otak antara pria dan wanita secara signifikan hanya terdapat pada negara-negara dengan tingkat ketidaksetaraan gender yang tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keterkaitan Antara Ukuran Otak Dengan Diskriminasi Gender
Para korban dari diskriminasi gender kerap dikatakan memiliki kesehatan mental yang buruk dan pencapaian akademik yang lebih rendah. Pengamatan ini kemudian menemukan hal yang sama, bahwa wanita dianggap kurang cerdas dibandingkan pria.
Sebuah tim yang tersebar di 72 lembaga penelitian kemudian bekerja sama untuk menguji apakah ada konsekuensi fisik yang terlihat dari pengamatan tersebut.
Penelitian dilakukan menggunakan 7.876 pemindaian MRI dari 139 sampel penelitian di 29 negara. Melalui penelitian tersebut, peneliti mencari perbedaan antara otak pria dan wanita berusia 18-32 tahun.
Kemudian, mereka membandingkan akan apa yang mereka temukan dengan ukuran yang dihasilkan dengan dua indeks ketidaksetaraan. Mereka melaporkan bahwa riwayat diskriminasi dapat dilihat secara statistik pada tiga subregion otak.
Masa kecil yang sulit diketahui juga mempengaruhi perkembangan daerah otak tertentu. Studi ini secara khusus mengacu pada permukaan kortikal otak, ketebalan, dan volume hippocampal.
Diketahui, diskriminasi juga dapat mempengaruhi perkembangan daerah otak tertentu. Namun, terdapat perdebatan akan mekanisme penghubungan diskriminasi gender dengan ukuran otak.
Para penulis, kemudian melaporkan bahwa negara-negara dengan tingkat kesetaraan gender yang tinggi, baik pria maupun perempuan memiliki 68 subregion otak yang sangat mirip.
Selain itu, mereka juga menemukan wanita memiliki keunggulan ukuran yang tidak signifikan dalam beberapa subregion otak.
Pada negara dengan tingkat diskriminasi gender yang tinggi, para peneliti menemukan pria memiliki ukuran otak yang lebih besar, tetapi hanya pada tiga subregion otak, yaitu gyrus cingulate anterior kanan, gyrus orbitofrontal kanan, dan korteks lateral occipital kiri.
Perbedaan ukuran yang hanya terdapat dalam tiga dari 68 wilayah otak menimbulkan kecurigaan.
Kendati demikian, terdapat fakta bahwa dalam ketiga kasus, efeknya berada pada arah yang sama, yaitu wilayah otak lebih tipis bagi wanita pada negara dengan tingkat diskriminasi gender tinggi.
Sebagai contoh, subregion otak yang terpengaruh ialah area yang diketahui penting untuk ketahanan emosional, membandingkan diri sendiri dengan orang lain, dan secara partikular dipengaruhi oleh depresi.
Meskipun studi ini merupakan penelitian pertama yang mengamati pola ukuran otak dan keterkaitannya dengan diskriminasi gender berbasis internasional tetapi studi sebelumnya yang dilakukan di AS telah menunjukkan hal yang sama.
Studi tersebut melakukan pengamatan akan ukuran hippocampal dari gadis berusia 10 tahun di Amerika yang tersebar pada 17 negara bagian. Ditemukan bahwa ukuran otak berbanding terbalik dengan tingkat ketidaksetaraan gender di negara tempat mereka tinggal.
Penelitian tersebut membuat kita mengetahui jika suatu segmen populasi, baik itu wanita atau kaum minoritas lainnya diperlakukan sebagai orang yang tumbuh dengan kekurangan intelektual, maka otak mereka akan mencerminkan hal yang sama.
Hal tersebut tentunya merugikan individu dan dapat menyebabkan penurunan kinerja rata-rata masyarakat secara keseluruhan. Oleh sebab itu, penolakan stereotip akan ketimpangan gender perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut.
(pal/pal)