Ternyata Begini Cara Mahasiswa Bisa 'Betah' di Jurusan STEM

ADVERTISEMENT

Ternyata Begini Cara Mahasiswa Bisa 'Betah' di Jurusan STEM

Zefanya Septiani - detikEdu
Selasa, 09 Mei 2023 16:00 WIB
Ilustrasi riset sains
Foto: Thinkstock/Alexander Raths
Jakarta -

Jurusan sains, teknologi, teknik (engineering) dan matematika (STEM) kerap menjadi mimpi buruk bagi para siswa. Pasalnya, jurusan tersebut kerap dianggap memiliki materi yang sangat sulit sehingga sulit pula bagi mereka untuk bertahan di dalamnya.

Melalui penelitian dari University of Wisconsin-Madison yang dituliskan dalam laman psych.org, dapat diketahui bahwa memberi kesempatan kepada mahasiswa baru untuk merenungkan bagaimana STEM dapat memengaruhi kehidupan mereka dan membuat mereka lebih cenderung untuk bertahan pada jurusan STEM.


Penelitian terhadap Mahasiswa Jurusan STEM

Studi yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Science, melibatkan lebih dari 2.500 mahasiswa yang terdaftar dalam kelas kimia pengantar yang sebagian besar di antaranya berada pada tahun pertama perguruan tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiga kali selama kelas, mahasiswa diberi tugas untuk menulis terkait konsep yang dibahas dalam kelas, seperti faktor yang menentukan tekanan gas.

Separuh mahasiswa, kelompok kontrol, akan diarahkan untuk menulis esai yang menjawab pertanyaan tersebut.

ADVERTISEMENT

Separuh lainnya akan diberitahu bahwa mereka juga perlu menjelaskan bagaimana konsep ilmiah tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka ataupun untuk membantu orang lain.

Judith harackiewicz, profesor psikologi di UW-Madison yang mempelajari motivasi dan telah mempelajari mahasiswa di kelas sain selama lebih dari 10 tahun mengungkapkan bahwa jawaban para mahasiswa tidak selalu merupakan refleksi yang mendalam.

"Beberapa mahasiswa menulis tentang koneksi penting, seperti bagaimana konsep kimia dapat membantu kerabat mereka yang menderita kanker, tetapi yang lain (akan menuliskan secara) sederhana seperti bagaimana ini berkaitan dengan memanggang kue cokelat untuk teman-teman mereka," tambahnya.

Banyak Mahasiswa yang Mengaitkan Sains dengan Kehidupan

Hasilnya, mahasiswa yang diminta untuk mempertimbangkan bagaimana sains relevan bagi mereka atau masyarakat memiliki 4 poin persentase lebih mungkin untuk menempuh jurusan STEM, setelah lulus kelas kimia (74% vs 70% untuk kelompok kontrol).

Sementara, mahasiswa yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai anggota kelompok yang kurang terwakili dalam bidang STEM, seperti Alaska Native, Amerika Indian, kulit hitam, Hispanic atau Latina dan Pasifik Islander, ditugaskan untuk menulis lebih banyak tentang diri mereka sendiri.

Kelompok tersebut, memiliki 14 poin persentase lebih mungkin untuk berada di jurusan STEM 2,5 tahun kemudian (69% dibandingkan dengan 55% untuk kelompok kontrol.)

Para peneliti mengungkapkan perbedaan yang sangat mencolok tersebut menunjukkan perubahan kecil yang terdapat pada kurikulum sains dapat membantu mereka untuk tetap bertahan di jurusan STEM.

Michael Asher, mahasiswa pascasarjana UW-Madison dan penulis utama studi mengungkapkan bahwa pada awal kelas kimia, 94% mahasiswa mengatakan bahwa mereka berencana untuk mengambil jurusan STEM.

"Ini adalah saat kritis bagi mereka. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mahasiswa dapat mulai merasa terputus dari tujuan jangka panjang mereka dalam kelas sains pengantar. Mereka datang ingin menjadi dokter atau insinyur, tetapi di sini mereka menghabiskan waktu lama untuk hal-hal sains dasar, seperti membuat diagram molekul," tambahnya.

Upaya untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam STEM

Para peneliti menyebut tugas yang merupakan refleksi pribadi sebagai intervensi nilai utilitas. Tugas tersebut mencakup tentang pentingnya keterampilan sains dasar, baik secara pribadi maupun sosial.

Meskipun tugas tersebut tampak sederhana tetapi Harackiewicz berpikir bahwa tugas tersebut memiliki dampak yang besar untuk memberikan motivasi yang kuat kepada para siswa.

"Sudah ada fokus yang cukup besar untuk membantu siswa mendapatkan nilai yang lebih baik dalam kelas-kelas ini, dan tentu saja, nilai yang lebih baik memprediksi ketekunan," tutur Harackiewicz.

"Namun, untuk benar-benar memahami mengapa seorang siswa bertahan dalam karir STEM melalui kelas-kelas yang sulit, tergantung pada motivasi mereka, dan jenis motivasi yang kami teliti adalah tentang keterlibatan dan minat. Tugas-tugas menulis ini sangat kuat karena para siswa menemukan relevansi itu sendiri dan semakin terlibat dalam pekerjaan mereka," tambahnya.

Salah satu upaya untuk memancing minat dan meningkatkan keterlibatan para siswa ialah dengan meminta mereka untuk merenungkan tentang relevansi topik kuliah.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyelipkan pentingnya dunia nyata ke dalam dasar-dasar sains, para siswa mungkin melihat bidang STEM dan komunitas profesional dalam cahaya yang lebih menarik.

"Mengalami hal ini dalam tugas kelas mungkin juga berkomunikasi tentang budaya apa yang dimiliki atau seperti apa kursus STEM," ungkap Asher.

"Ini memberi sinyal pada siswa bahwa instruktur menghargai cara berpikir tentang sains ini. Mungkin itu juga adalah bahan penting lain dalam apa yang terjadi di sini," tambahnya.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads