Sriwijaya adalah kerajaan yang bercorak kebudayaan India tertua ke-3 di Nusantara. Dua kerajaan pendahulunya berkembang sekitar abad ke-4 M, yaitu Kerajaan Tarumanegara di Jawa bagian barat dan Kutai Kuno di Kalimantan Timur.
Melansir laman Kemdikbud RI, Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang di paruh kedua abad ke-7 M. Pada masa itu, kepulauan Nusantara semakin ramai dikunjungi para musafir China dan India.
Bukti-bukti artefak menunjukkan hubungan antara Nusantara, Asia Tenggara, India, dan China sebenarnya telah terjadi sejak awal tarikh Masehi mulai dihitung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masa itu kerap digolongkan dengan zaman protosejarah, yaitu suatu periode transisi antara masa prasejarah dan sejarah.
Letak Kerajaan Sriwijaya, Raja-raja, dan Peninggalannya
Letak Kerajaan Sriwijaya
Letak pasti kerajaan Sriwijaya saat ini masih banyak diperdebatkan, seperti dikutip dari Sriwijaya dan Peninggalan di Palembang oleh Riki Andi Saputro, Akhmad Arif Musadad, dan Cicilia Dyah Sulistianingrum.
Beberapa ahli berkesimpulan bahwa Sriwijaya yang bercorak maritim memiliki kebiasaan untuk berpindah-pindah pusat kekuasaan.
Sebab, beberapa ahli menyimpulkan bahwa Sriwijaya berpusat di Kedah, kemudian Muara Takus, hingga menyebut kota Jambi.
Namun, terdapat pendapat populer yang dikemukakan oleh G. Coedes pada tahun 1918 bahwa pusat Sriwijaya ada di Palembang.
Sampai saat ini, Palembang masih dianggap sebagai pusat Sriwijaya.
Raja-raja Sriwijaya
Para ahli mengungkapkan bahwa struktur genealogis raja-raja Sriwijaya banyak terputus dan hanya didukung bukti-bukti yang dianggap kurang kuat.
Namun ada nama-nama raja Kerajaan Sriwijaya yang sedikit banyak disepakati oleh para ahli setelah masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanasa, yakni:
1. Dharmasetu Sriwijaya
2. Sri Indrawarman
3. Raja Dharanindra
4. Raja Samaratungga
5. Rakai Pikatan
6. Balaputradewa
7. Sri Udayadityawarman
8. Sri Culamaniwarman atau Cudamani Warmadewa
9. Sri Marawijayatunggawarman
10. Sri Sanggramawijayatunggawarman.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Peninggalan kerajaan Sriwijaya tersebar tidak hanya di wilayah Sumatera Selatan, tetapi juga didapatkan di wilayah Jambi, Pulau Bangka, Lampung, di wilayah Semenanjung Melayu, dan di daerah Thailand selatan.
Berdasarkan temuannya yang tersebar meluas tersebut, ditafsirkan bahwa Sriwijaya pada masanya mempunyai armada angkatan laut yang memadai.
Prasasti Kedukan Bukit yang dapat dijuluki sebagai prasasti Proklamasi Kerajaan Sriwijaya menjadi tonggak pertama berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya resmi ditegakkan oleh Dapunta Hyang pada tanggal 16 Juni 682 M.
Berdasarkan cakupan pengaruhnya yang luas memintas laut dan selat, maka dapat dipastikan bahwa Sriwijaya adalah salah satu kerajaan bahari pada masanya. Sriwijaya pernah mempersatukan Nusantara, setidaknya wilayah bagian barat.
Enam dari 12 prasastinya, bahkan yang tertua, ditemukan di daerah Palembang, yaitu Prasasti Kedukan Bukit (682 Masehi), Talang Tuo (684 Masehi), serta prasasti Telaga Batu, Boom Baru, Kambang Unglen 1, dan Kambang Unglen 2 (dari sekitar abad ke-7 Masehi juga).
Lima prasasti Sriwijaya lainnya, selain Prasasti Kota Kapur di atas, ditemukan di daerah Lampung (Prasasti Pasemah dan Prasasti Bungkuk dari abad ke-7 Masehi); di daerah Sorolangun-Bangko, Jambi (Prasasti Karangberahi, abad ke-7 Masehi); di Thailand Selatan (Prasasti Ligor atau Vat Semamuang, abad ke-8 Masehi); dan di Negara Bagian Bihar, India Timur (Prasasti Nalanda dari abad ke-9 Masehi).
(faz/twu)