Siapa yang Pertama Menentukan 1 Jam Adalah 60 Menit? Ini Sejarahnya

ADVERTISEMENT

Siapa yang Pertama Menentukan 1 Jam Adalah 60 Menit? Ini Sejarahnya

fahri zulfikar - detikEdu
Senin, 24 Apr 2023 18:15 WIB
Round wall clock between wooden kitchen shelves showing time
Foto: Getty Images/iStockphoto/Ayman-Alakhras
Jakarta -

Selama ini kita hanya mengenal pengukuran waktu bahwa 1 jam adalah 60 menit kemudian 1 menit adalah 60 detik dan seterusnya. Tapi siapakah yang pertama menentukannya?

Selama ribuan tahun, peradaban kuno memandang ke langit untuk mengukur satuan besar waktu. Ada satuan tahun, yaitu waktu yang dibutuhkan Bumi untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi matahari.

Kemudian satuan bulan yakni lama waktu yang dibutuhkan bulan untuk mengorbit planet Bumi. Satuan minggu untuk mengukur waktu antara empat fase bulan, dan satuan hari untuk mengukur durasi satu putaran Bumi pada porosnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sistem Bilangan 60 Warisan Bangsa Sumeria

Melansir laman Live Science, ternyata hitungan jam dan menit berasal dari tradisi sejak ribuan tahun yang lalu.

Penggunaan angka 60 dimulai dengan Bangsa Sumeria yang menggunakan sistem bilangan yang berbeda.

ADVERTISEMENT

Jika kita menggunakan basis 10 atau (desimal), maka peradaban Sumeria menggunakan basis 12 (duodesimal) dan basis 60 (seksigesimal).

Beberapa teori mengatakan perhitungan ini bermula pda abad ke-24 SM, ketika bangsa Sumeria ditaklukkan oleh bangsa Akkadia.

Bangsa ini kemudian jatuh ke tangan bangsa Amori, yang naik ke tampuk kekuasaan dan membangun negara-bangsa Babel, yang mencapai puncaknya pada abad ke-18 SM.

Saat itu, orang Babilonia menemukan derajat dan mendefinisikan lingkaran memiliki 360 derajat. Mereka memilih 360 karena memahami satu tahun mendekati 360 hari. Ini berdasar pada matahari yang "bergerak" di sepanjang ekliptika kira-kira 1 derajat per hari.

Jari-jari lingkaran memetakan ke segi enam yang dibatasi dari enam segitiga sama sisi, dan dengan demikian seperenam lingkaran membentuk ukuran sudut alami.

Katalog Bintang Babilonia

Kemudian astronom Babilonia mulai membuat katalog bintang pada abad ke-14 SM. Astronomi berkembang pesat saat mereka mengembangkan pemahaman mendalam tentang siklus matahari dan bulan, dan bahkan memprediksi gerhana.

Katalog bintang Babilonia berfungsi sebagai dasar astronomi selama lebih dari seribu tahun meskipun terjadi ledakan dan kehancuran Kekaisaran Asyur Tengah, Kekaisaran Neo-Asyur, Kekaisaran Neo-Babilonia, dan Kekaisaran Achaemenid.

Katalog bintang Babilonia ini menciptakan hubungan yang begitu kuat antara astronomi dan sistem sexigesimal (60) yang terus digunakan oleh para sarjana Yunani (dan Romawi).

Menyusul penemuan oleh Eratosthenes dari Kirene bahwa Bumi itu bulat, pada abad pertama SM, Hipparchus dari Nicaea mengadaptasi derajat untuk mengukur garis bujur dan lintang.

Dua abad kemudian di Kekaisaran Romawi, Ptolemeus dari Aleksandria membagi koordinat derajat menjadi 60 (menit) dan 60 dari 60 (detik). Konvensi 'derajat, menit, dan detik ini masih digunakan sampai sekarang untuk memplot lokasi di Bumi serta posisi bintang.




(nah/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads