Bukan 365 Hari, Ini Sejarah Kalender Julian yang Lebih Banyak 10 Hari

ADVERTISEMENT

Bukan 365 Hari, Ini Sejarah Kalender Julian yang Lebih Banyak 10 Hari

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 07 Feb 2023 13:00 WIB
Mengapa Februari hanya 28 hari? Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya di dalam kalender yang terdiri dari 30 dan 31 hari. Simak awal mula penetapannya.
Ilustrasi Kalender. (Foto: detikcom/Dikhy Sasra)
Jakarta -

Sebelum Kalender Gregorian yang dipakai hingga saat ini, dunia mengenal Kalender Julian. Kalender itu berisi 375 hari dan memiliki kesalahan fatal. Bagaimana kisahnya?

Menurut Ensiklopedia Britannica, Kalender Julian adalah kalender yang digunakan oleh penganut agama Kristen untuk milenium pertama. Sayangnya, kalender ini 11 menit dan 14 detik lebih lama daripada tahun tropis. Menghasilkan kalender bergeser sekitar satu hari untuk setiap 314 tahun.

Salah satu masalah dari Kalender Julian adalah semakin sulitnya menghitung tanggal Paskah. Perbedaan semakin besar juga terlihat pada tanggal titik balik musim semi. Tetapi tidak ada tindakan yang diambil dan kalender Julian tetap menjadi kalender resmi gereja Kristen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Barulah pada tahun 1526-1563, Pertemuan Konsili Trente mengesahkan dekrit yang meminta Paus untuk menerapkan kalender yang telah direformasi. Tetapi mencari kalender yang cocok bukan perkara mudah. Bahkan butuh dua dekade untuk memperbaiki dan menerapkannya.

Lahirnya Kalender Gregorian

Setelah konsultasi dan penelitian selama bertahun-tahun, Paus Gregorius XIII menandatangani sebuah bulla kepausan pada bulan Februari 1582 yang mengumumkan pembaruan kalender yang kemudian dikenal sebagai kalender Gregorian. Reformasi didasarkan pada saran dari ilmuwan Italia Luigi Lilio, dengan beberapa modifikasi oleh ahli matematika dan astronom Jesuit Christopher Clavius.

ADVERTISEMENT

Perbedaan paling terlihat pada bulan Oktober 1582. Pada bulan itu, 10 hari dihapus dari kalender untuk membawa titik balik musim semi dari 11 Maret kembali ke 21 Maret. Gereja telah memilih Oktober untuk menghindari melewatkan festival besar Kristen.

Penolakan Kalender Baru

Namun, negara-negara Protestan dan Ortodoks tidak mau mengambil arahan dari Paus, jadi mereka menolak mengadopsi kalender baru. Hasilnya adalah Negara-negara Eropa yang menganut Katolik, seperti Austria, Spanyol, Portugal, Italia, Polandia, dan negara-negara Katolik di Jerman, menjadi lebih cepat 10 hari dari seluruh benua. Penanggalan mereka juga sering kali lebih maju atau lebih mundur dari kalender.

Akhirnya, negara-negara non Katolik mulai mengadopsi Kalender Gregorian. Wilayah Protestan Jerman dan Belanda beralih pada abad ke-17. Inggris Raya dan wilayah Kerajaan Inggris mengikutinya pada tahun 1752. Barulah seluruh dunia mengadopsi Kalender Gregorian hingga sekarang ini.




(nir/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads