Pernah Diprediksi Einstein, Astronom Temukan Peta Baru Materi Gelap di Alam Semesta

ADVERTISEMENT

Pernah Diprediksi Einstein, Astronom Temukan Peta Baru Materi Gelap di Alam Semesta

Martha Grattia - detikEdu
Kamis, 13 Apr 2023 14:00 WIB
Sejumlah astronom menemukan satu lagi black hole terbesar di alam semesta. Dikatakan terbesar, karena mencapai 30 miliar kali lebih massa Matahari.
Foto: ESA/Hubble, Digitized Sky Survey, Nick Risinger (skysurvey.org), N. Bartmann/Ilustrasi Alam Semesta
Jakarta -

Albert Einstein adalah ilmuwan yang dikenal dengan teori relativitas waktu. Imajinasi intelektualnya tentang kosmologi membuat Einstein bisa menguraikan benda-benda di Bumi, cahaya, waktu, hingga gravitasi.

Apa yang dipikirkan Einstein sejak dahulu, terus menjadi dinamika pengetahuan bagi para ilmuwan termasuk kalangan astronom.

Para astronom telah membuat peta paling detail dari materi gelap misterius menggunakan cahaya pertama alam semesta, dan gambar "terobosan" yang mungkin membuktikan kebenaran Einstein.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gambar baru, yang dibuat dengan menggunakan cahaya berusia 14 miliar tahun dari pergolakan setelah Big Bang, menunjukkan sulur materi yang sangat besar yang terbentuk tidak lama setelah alam semesta meledak menjadi ada.

Ternyata bentuk sulur-sulur ini sangat mirip dengan yang diprediksi menggunakan teori relativitas umum Einstein.

ADVERTISEMENT

Para astronom mempresentasikan temuan mereka pada 11 April di konferensi Future Science dengan CMB x LSS di Yukawa Institute for Theoretical Physics Jepang.

Seperti Model Kosmologi Teori Einstein

Penemuan terbaru ini bertentangan dengan peta materi gelap sebelumnya yang menyarankan jaring kosmik - jaringan raksasa jalan raya super langit yang bersilangan yang diaspal dengan gas hidrogen dan materi gelap yang membentang di alam semesta - tidak segumpal yang diperkirakan teori Einstein.

Matthew Madhavacheril, kosmolog dari University of Pennsylvania mengatakan bahwa ia telah membuat peta masa baru menggunakan distorsi cahaya yang tersisa dari Big Bang.

Hebatnya ini seperti apa yang diharapkan dari model kosmologi berdasarkan teori Einstein, gravitasi. Yaitu dengan memberikan pengukuran yang menunjukkan bahwa kekotoran alam semesta dan tingkat pertumbuhannya setelah 14 miliar tahun evolusi.

Temuan pada Jaringan Kosmik

Para ilmuwan menganggap bahwa alam semesta yang terbentuk setelah Big Bang juga penuh dengan unsur materi dan antimateri yang identik dengan rekan materi mereka tetapi dengan muatan listrik yang berlawanan.

Ini karena materi dan antimateri memusnahkan satu sama lain ketika saling bertabrakan, jika keduanya dibuat dalam ukuran yang sama, semua materi alam semesta seharusnya telah musnah.

Namun, jalinan ruang dan waktu yang berkembang pesat, bersama dengan beberapa fluktuasi kuantum ini membantu untuk membuat alam semesta tetap utuh.

Menurut aturan dari teori relativitasnya Einstein, gravitasi memadatkan dan memanaskan kantong plasma ini sehingga gelombang suara yang disebut dengan osilasi akustik baryon.

Osilasi akustik baryon ini beriak keluar dari gumpalan dengan kecepatan setengah kecepatan cahaya.

Gelombang raksasa ini mendorong keluar materi yang belum tersedot ke dalam dirinya sendiri dan menciptakan jaringan kosmik bayi.

Para astronom ini mempelajari jaringan kosmik dan menemukan bahwa materi tersebut secara signifikan lebih merata dan tidak menggumpal dari yang diperkirakan. Ini merupakan tanda bahwa model kosmologis yang ada adalah kehilangan fisika yang penting.

Oleh karena itu, untuk menggali perbedaan yang tampak, para peneliti beralih ke Teleskop Kosmologi Atacama dari National Science Foundation (NSF) AS di Chili yang memindai seperempat dari seluruh langit malam dari tahun 2007 hingga 2022.

Memanfaatkan Pelensaan Gravitasi

Dengan menggunakan detektor gelombang mikro yang sangat sensitif, teleskop ini mengambil cahaya dari radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik dan menggunakan proses yang disebut dengan pelensaan gravitasi untuk memetakan konsentrasi materi dalam CMB.

Pelensaan gravitasi merupakan fenomena dimana cahaya yang bergerak melalui wilayah ruang dan waktu yang dibengkokkan oleh medan gravitasi yang bergerak kuat dalam sebuah kurva dan muncul sebagai busur yang direntangkan disebut dengan cincin Einstein.

Lensa ini dapat mendeteksi materi gelap yang menyusun 85% materi alam semesta tetapi tidak dapat diamati secara langsung.

Peta baru ini bertentangan dengan apa yang dibuat sebelumnya dengan cahaya yang tampak dari galaksi dan menunjukkan bahwa teori asli Einstein ini jauh lebih akurat daripada yang diperkirakan sebelumnya.

"Secara keseluruhan, evolusi awal kosmos ini masih terlalu dini untuk dikatakan, namun para peneliti menyarankan agar peta tambahan dibuat menggunakan dataACT dan pengamatan baru dari Observatorium Simons atau sebuah teleskop Gurun Atacama yang sedang dibangun dan dapat memindai langit 10 kali lebih cepat dari ACT yang akhirnya bisa memecahkan misteri kosmik yang membingungkan ini," tutur peneliti terkait temuan tersebut.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads