Perjuangan Jenderal Soedirman: Pimpin Perang dengan Hanya Satu Paru-paru

ADVERTISEMENT

Perjuangan Jenderal Soedirman: Pimpin Perang dengan Hanya Satu Paru-paru

Nikita Rosa - detikEdu
Senin, 10 Apr 2023 17:00 WIB
Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman berdiri kokoh di Pulau Ndana, Rote, NTT. Monumen tersebut diresmikan pada Agustus 2010 lampau.
Patung Jenderal Soedirman. (Foto: Ari Saputra)
Jakarta -

Jenderal Soedirman merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia. Berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan, ternyata ia berperang hanya dengan satu paru-paru.

Pria kelahiran Bodas Karangjati, Rembang, Kabupaten Purbalingga pada 24 Januari 1916 itu menghabiskan masa kecilnya secara sederhana. Pendidikannya lebih banyak dihabiskan di surau untuk belajar mengaji dan ilmu agama.

Putra dari Karsid Kartawiuraji dan Siyem baru mengenal dunia militer saat ditunjuk sebagai salah satu kader dalam pelatihan Pembela Tanah Air (PETA). Saat tergabung dalam organisasi tersebut, Soedirman memulai kariernya di bidang militer.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sepak Terjang Jenderal Soedirman di Dunia Militer

Setelah PETA dibubarkan pada 18 Agustus 1945, Soedirman mendirikan BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang kemudian berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Pada saat di TKR, Soedirman ditunjuk sebagai pemimpin dalam pertempuran Ambarawa.

Pertempuran tersebut berakhir dengan kemenangan TKR atas Tentara Inggris pada 15 Desember 1945. Oleh karena kemenangannya, Soedirman diangkat oleh Pemerintah Indonesia sebagai panglima TKR dan pangkatnya yang semula kolonel naik menjadi jenderal.

ADVERTISEMENT

Memimpin Perang Hanya dengan 1 Paru-paru

Menurut situs Perpustakaan Nasional, Jenderal Soedirman menderita tuberkulosis yang membuat paru-parunya hanya berfungsi sebelah. Meski demikian, hal ini tidak menyurutkannya dalam menunjukan perlawanan.

Tepat pada bulan Desember 1948, pasukan Belanda kembali melakukan agresi militer yang lebih dikenal dengan sebutan Agresi Militer II Belanda. Jenderal Soedirman yang memiliki semangat patriotik yang tinggi tentunya tidak bisa menerima hal tersebut.

Jenderal Soedirman bersama pasukannya memutuskan untuk melakukan perlawanan secara gerilya. Dengan kondisi yang sedang sakit, Soedirman memimpin dengan ditandu.

Akhir Hayat Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman terus berjuang dari atas tandu selama 7 bulan. Namun, karena kondisi kesehatannya semakin, ia terpaksa meninggalkan medan pertempuran.

Jenderal Soedirman menutup usia pada 29 Januari 1950 di usia 34 tahun. Ia wafat di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, ia dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Begitulah kisah Jenderal Soedirman dan semangatnya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Semoga menjadi teladan dan inspirasi untuk kita semua.




(nir/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads