Mengenal Teuku Umar, Pahlawan Nasional dari Aceh

Mengenal Teuku Umar, Pahlawan Nasional dari Aceh

Putri Tiah Hadi Kusuma - detikEdu
Rabu, 28 Des 2022 13:00 WIB
Potret Teuku Umar
Foto: (KITLV Leiden Belanda)
Jakarta -

Teuku Umar merupakan salah satu pahlawan nasional yang pernah memimpin Perang Aceh sejak tahun 1837 sampai tahun 1899. Beliau terkenal sebagai pejuang yang memiliki taktik perang gerilya mumpuni yang membuat penjajah Belanda kewalahan.

Biografi Teuku Umar

Teuku Umar dilahirkan di Meulaboh, Aceh Barat pada tahun 1854. Beliau adalah putra seorang ulee balang (bangsawan) bernama Teuku Ahmad Mahmud. Umar memiliki dua orang saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki.

Teuku Umar sejak kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka berkelahi dengan teman-teman sebayanya. Dia juga memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi berbagai masalah, demikian dikutip dari buku Pahlawan-Pahlawan Indonesia Sepanjang Masa oleh Didi Junaidi.

Perjuangan Teuku Umar

Teuku Umar mulai ikut berjuang pada tahun 1873, saat usianya masih 19 tahun. Pada awalnya, dia berjuang di daerah Meulaboh kemudian melanjutkan perjuangannya ke Aceh Barat. Di usia mudanya, Teuku Umar sudah diangkat menjadi kepala desa (keuchik) di daerah barat daya Meulaboh.

Sebagai panglima perang Teuku Umar dikenal cerdik dan pandai bersiasat. Sejak menikah dengan Cut Nyak Dien pada tahun 1880, perlawanan rakyat Aceh menentang penjajahan semakin kuat dan hebat.

Keduanya berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda di Krueng. Pihak Belanda sempat berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883. Namun pada tahun 1884, perang kembali pecah di antara keduanya.

Pada tahun 1893, Teuku Umar mencari cara agar dirinya bisa memperoleh senjata dari pihak Belanda. Akhirnya, Teuku Umar bersiasat untuk berpura-pura menjadi kaki tangan Belanda. Istrinya, Cut Nyak Dien, sempat bingung, marah, dan malu terhadap keputusan suaminya.

Di saat yang sama, Gubernur Van Teijn, juga mempunyai maksud dan tujuan untuk memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Kemudian, Teuku Umar masuk dalam dinas militer. Atas keterlibatan tersebut, pada 1 Januari 1884, Teuku Umar dianugerahi gelar Teuku Johan Pahlawan dan diizinkan untuk membentuk tentara kesatuan berjumlah 250 orang dengan senjata lengkap.

Selama bekerjasama dengan Teuku Umar, pasukan Belanda mendapatkan keuntungan. Salah satunya adalah tunduknya pos-pos pertahanan Aceh pada Belanda. Namun, peperangan tersebut dilakukan Teuku Umar secara pura-pura. Sebab, sebelumnya Teuku Umar pernah memberitahukan terlebih dahulu kepada para pejuang Aceh.

Sebagai kompensasi atas keberhasilan itu, Teuku Umar meminta untuk menambah 17 orang panglima dan 120 orang prajurit, termasuk panglaot sebagai tangan kanannya dan permintaan tersebut dikabulkan oleh Gubernur Deykerhoff yang menggantikan Gubernur Van Teijn. Dengan begitu, Teuku Umar bisa mempelajari siasat perang Belanda, sambil mengganti setiap orang Belanda di unit yang ia kuasai dengan pasukan Aceh.

Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku Umar secara terus terang menyatakan keluar dari dinas militer Belanda. Ketika berbalik membela Aceh, Teuku Umar, membawa lari 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, dan uang sebanyak 18.000 dolar, serta peralatan perang lainnya.

Perjuangan Teuku Umar mendapatkan dukungan dari Panglima Polem Muhammad Daud bersama 400 orang ikut menghadapi serangan Belanda. Dengan siasat ini, Teuku Umar dan pasukannya berhasil menyerang pos-pos Belanda. Dalam pertempuran tersebut, di pihak Belanda sebanyak 25 orang tewas dan 190 orang luka-luka.

Atas kejadian ini Belanda sangat marah dengan pengkhianatan yang dilakukan Teuku Umar. Operasi besar-besaran dilakukan Belanda untuk menangkap Teuku Umar dan pasukannya. Namun, usaha Belanda itu sia-sia. Semua itu disebabkan perlengkapan perang terbaik yang dimiliki Belanda ada di tangan mereka. Belanda benar-benar kewalahan.

Pasukan Aceh terus melakukan perlawanan, hingga akhirnya mereka berhasil menduduki Banda Aceh dan Meulaboh. Sementara itu, Belanda terus-menerus mengganti jenderalnya untuk menghadapi pasukan Aceh, namun usaha tersebut tetap belum berhasil.

Jenderal Van Heutz akhirnya menggunakan akal licik untuk memata-matai pasukan Teuku Umar. Ia menyuruh seorang rakyat Aceh yang bernama Teuku Leubeh untuk mengorek informasi pasukan Aceh. Akhirnya, Belanda mengetahui siasat perang pasukan Teuku Umar.

Setelah mempelajari strategi dan taktik perang pasukan Teuku Umar, akhirnya Belanda mengerahkan seluruh kekuatan pasukannya untuk menyerang dan menangkap Teuku Umar di Meulaboh. Teuku Umar pun gugur dalam pertempuran tersebut pada tanggal 11 Februari 1899.

Biografi Teuku Umar tersebut dikutip dari buku Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap oleh Minawati; buku Ensiklopedia Pahlawan Indonesia dari Masa ke Masa oleh Tim Grasindo; dan buku Ensiklopedi Pahlawan: Semangat Pahlawan Perintis Kemerdekaan Indonesia oleh R Toto Sugiarto.

Penghargaan Teuku Umar

Atas perjuangan beliau melawan penjajah Belanda, Teuku Umar dianugerahi gelar pahlawan nasional. Gelar ini diberikan sesuai SK Presiden No. 087/TK/1973 tanggal 6 November 1973.

Nama Teuku Umar diabadikan sebagai nama jalan di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Salah satu kapal perang TNI AL dinamakan KRI Teuku Umar (385). Namanya juga diabadikan sebagai nama Universitas Teuku Umar di Meulaboh.

Gambar Teuku Umar pernah digunakan dalam mata uang negara pada tahun 1986, pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia mengeluarkan kertas nominal lima ribu rupiah untuk menghargai dan menghormati jasa Teuku Umar.

Semoga detikers bisa meneladani semangat perjuangan Teuku Umar yang pemberani ya!

(nwk/nwk)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia