Awan seringkali terlihat di langit saat keadaan cerah. Biasanya awan terlihat bergerak seperti mengikuti tiupan angin. Tapi bagaimanakah sebenarnya awan bergerak?
Seperti yang diketahui, awan adalah semacam uap air ataupun kabut yang terbentuk di udara. Dalam jenis dan kondisi tertentu, awan bisa menyebabkan turunnya rintik air yang disebut hujan.
Nah, untuk mengetahui mengapa awan bisa bergerak, yuk simak penjelasan yang dikutip dari situs Institut Penelitian Air dan Atmosfer Nasional Selandia Baru, NIWA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bentuk dan Isi Awan
Awan adalah sekelompok tetesan air yang sangat kecil dan menggantung di udara. Hal ini disebabkan karena tetesan airnya benar-benar kecil dan jauh terpisah antar tetesannya. Bahkan sepuluh tetesan jika berdampingan hanya seukuran selembar rambut manusia.
Meskipun mungkin terdapat 50 hingga 250 tetesan dalam satu sentimeter kubik tetapi jarak antar tetesan berikutnya bisa 1000 kali lebih besar dari lebar satu tetesan.
Ukurannya yang sangat kecil itulah yang menyebabkan tetesan tersebut tidak jatuh ke tanah.
Tetapi jika secara kebetulan dua tetesan atau lebih digabungkan bersama di awan dan membentuk tetesan yang lebih berat maka mereka dapat jatuh ke tanah.
Ketika jatuh mereka dapat menyerap tetesan-tetesan lain di bawah dan semakin membesar dan semakin cepat sehingga keluar dari awan sebagai tetesan hujan.
Awan terbentuk ketika udara hangat yang lembab naik dan mendingin. Kelembaban ini dihasilkan pada saat matahari keluar dan panas maka akan menyebabkan genangan air menjadi menguap dan kelembaban milik mereka masuk ke udara.
Udara dingin diketahui hanya dapat menahan kelembaban yang lebih sedikit dibandingkan udara hangat. Sehingga ketika udara hangat, maka kelembaban akan mendingin dan membentuk tetesan awan kecil di udara.
Namun, semakin naik maka udara akan semakin dingin karena tekanan atmosfer lebih kecil yang menyebabkan udara lebih dingin.
Ketika udara lembab naik ke atmosfer maka uap air di dalamnya akan melalui proses kondensasi yang membentuk tetesan awan yang sangat kecil.
Bentuk dan penampilan awan akan bergantung pada udara yang naik. Jika yang naik berupa 'embusan' udara maka awan akan nampak seperti awan putih kecil dan bergelumbung yang biasa disebut sebagai awan kumulus cuaca cerah.
Jika yang naik merupakan embusan udara yang kemudian menarik lebih banyak udara ke dalam awan maka awan yang akan terbentuk akan lebih besar dan dapat berubah menjadi badai petir yang menjulang tinggi.
Namun, jika udara yang naik di dorong ke atas oleh rentetan bukit awan akan terlihat panjang dan halus dan disebut sebagai awan lenticular.
Ketika awan cukup tinggi dan dingin maka sebagian tetesan air akan membeku dan awan tersebut terbentuk dari kristal es begitu pula tetesan airnya.
Warna Awan
Awan kecil yang berbentuk kumulus putih merupakan awan ketika cuaca sedang cerah. Mereka tidak memiliki banyak air di dalamnya sehingga tidak ada banyak halangan bagi sinar matahari untuk melewatinya dan membuatnya terlihat berwarna putih.
Awan hujan akan berwarna abu-abu gelap dan memiliki banyak air di dalamnya. Hal ini menyebabkan mereka memblokir atau menyerap sinar matahari yang jatuh pada mereka. Mereka juga cenderung menutupi langit sehingga sulit bagi sinar matahari untuk dipantulkan dari sisi awan.
Gerak Awan
Awan dapat bergerak karena angin membawa sebidang udara berawan. Angin terdapat di semua tingkat atmosfer mulai dari tanah hingga tingkatan-tingkatan berikutnya yang lebih tinggi.
Meskipun terkadang terasa seperti tidak ada angin di tanah tetapi awan akan tetap bergerak karena pada tingkat ketinggian mereka terdapat angin yang menggerakkan.
Beberapa awan, seperti awan lenticular yang terbentuk di atas perbukitan tampak seperti tidak bergerak meski angin bertiup kencang.
Pasalnya, tetesan di awan akan bergerak cepat mengikuti angin tetapi tetesan awan baru selalu terbentuk di tempat yang sama yaitu di tempat udara di dorong ke atas di dekat bukit.
Hal tersebut menyebabkan bagian depan awan tampak tidak bergerak. Pada bagian belakang awan udara akan turun dan menjauh dari bukit tetapi tetesannya akan menguap kembali menjadi awan.
Tentunya proses tersebut yang menyebabkan bagian belakang awan juga tampak tidak bergerak sehingga menghasilkan ilusi awan tak bergerak.
Baca juga: Eksistensi Pawang Hujan sebagai Kearifan Lokalawan |
(faz/faz)