Kisah Steve Jobs, Sukses Mendirikan Apple Meski Tak Lulus Kuliah

ADVERTISEMENT

Kisah Steve Jobs, Sukses Mendirikan Apple Meski Tak Lulus Kuliah

Martha Grattia - detikEdu
Sabtu, 01 Apr 2023 10:00 WIB
SAN FRANCISCO, CA - JANUARY 9: Apple CEO Steve Jobs holds up the new iPhone that was introduced at Macworld on January 9, 2007 in San Francisco, California. The new iPhone will combine a mobile phone, a widescreen iPod with touch controls and a internet communications device with the ability to use email, web browsing, maps and searching. The iPhone will start shipping in the US in June 2007.   (Photo by David Paul Morris/Getty Images)
Foto: Getty Images/David Paul Morris/Steve Jobs
Jakarta -

Siapa yang tidak mengenal Apple? Brand teknologi dengan produk gadget ini laris di pasaran dunia dan mudah ditemukan di sekitar kita. Apple didirikan oleh pria bernama Steve Jobs dan rekannya Steve Wozniak.

Melansir situs Britannica, Steven Paul Jobs atau dikenal dengan nama Steve Jobs lahir pada 24 Februari 1955 di San Francisco, California, Amerika Serikat. Steve Jobs dibesarkan di Cupertino, California oleh orang tua angkatnya.

Seperti anak muda pada umumnya, Steve Jobs ini memiliki banyak ketertarikan untuk mencoba banyak hal, meskipun sebenarnya dia tertarik pada teknik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sempat Kuliah hingga Akhirnya Keluar

Meski memiliki ketertarikan yang kuat pada teknologi, Steve Jobs bukanlah pembelajar yang betah pada sistem pendidikan formal.

Ia pernah mengenyam pendidikan tinggi di Reed College di Portland, Oregon. Namun, hanya bertahan satu semester Jobs memutuskan keluar.

ADVERTISEMENT

Lalu pada awal 1974, ia bekerja di Atari Corporation sebagai desainer video game dan saat uangnya terkumpul ia pergi ke India untuk mendalami Buddhisme.

Awal Mula Pendirian Apple

Pada musim gugur tahun 1974, Jobs kembali ke Silicon Valley dan berhubungan kembali dengan Stephen Wozniak, teman masa SMA yang saat itu bekerja untuk perusahaan Hewlett-Packard.

Saat itu desain Wozniak ditolak oleh Hewlett-Packard dan dengan kemampuannya dalam mendesain papan logika komputernya sendiri, Jobs pun menyarankan untuk memulai bisnis bersama pada tahun 1976.

Apple 1 pertama kali dibuat di kantor pertama Apple yaitu garasi keluarga Jobs. Kantor ini dibangun dari uang yang diperolehnya dengan menjual minibus Volkswagen milik Jobs dan kalkulator milik Woznia yang dapat diprogram.

Setelah itu, dibuatlah Apple 2 yang dirancang oleh Wozniak dengan model yang lebih baik dari yang pertama. Apple 2 yang dirancang oleh Wozniak ini dilengkapi oleh keyboard dan casing plastik diatur lebih ramping untuk membungkus unit.

Jobs kemudian berhasil memperoleh pembiayaan, distribusi, dan publisitas untuk perusahaannya. Akhirnya, Apple computer didirikan pada tahun 1977 yang mana tahun yang sama ketika Apple 2 diselesaikan.

Mesin ini pun sukses, bahkan pada tahun 1981 Apple menawarkan saham publik yang memecahkan rekor. Lalu pada tahun 1983, dalam waktu singkat Apple masuk dalam majalah Fortune 500 daftar perusahaan top Amerika.

Produktivitas Kerja ala Steve Jobs

Selama masa hidupnya, Jobs tak hanya meninggalkan kejayaan Apple saja, namun juga sebuah produktivitas kerja yang bisa ditiru.

Mengutip dari situs Time, Steve Jobs memiliki beberapa cara dalam menjalankan bisnis dan perusahaanya agar terus maju. Di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Mengadakan Rapat dengan Orang Berkepentingan

Ken Segall, kolaborator lama Jobs menulis dalam bukunya "Insanely Simple" menceritakan bagaimana rasanya bekerja dengan Jobs. Saat itu Jobs hendak mengadakan rapat mingguan dengan Biro Iklan Apple. Jobs saat itu melihat orang baru dan menanyai siapa dia.

Orang ini adalah Lorrie yang merupakan bagian dari proyek pemasaran yang diundang ke rapat ini. Jobs yang merasa tidak membutuhkan orang dari proyek pemasaran pun meminta Lorrie keluar.

2. Memastikan Selalu Ada yang Bertanggung Jawab di Setiap Proyek

Adam Lashinsky, seorang reporter dari Fortune menyelidiki budaya Apple. Terdapatlah beberapa proses yang membuat Apple menjadi perusahaan paling bernilai di dunia.

Salah satunya adalah pola pikir akuntabilitas yaitu proses menerapkan adanya setiap orang yang bertanggung jawab atas setiap hal.

DRI adalah istilah yang diberikan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab pada proyek tersebut. Nama DRI akan kerap muncul pada agenda rapat, sehingga semua orang tahu siapa yang bertanggung jawab.

3. Tidak Menggunakan PowerPoint dalam Rapatnya

Walter Isaacson, penulis dari Biografi Steve Jobs mengatakan bahwa Jobs membenci presentasi formal. Dia lebih menyukai pertemuan tatap muka yang bebas.

Jobs akan mengadakan pertemuan tanpa agenda dengan tim pemasaran dan periklanan setiap Rabu Sore. Jobs melarang adanya Slideshow dalam rapatnya karena ingin timnya berdebat dengan penuh semangat dan berpikir kritis tanpa bergantung pada teknologi.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads