Arkeolog di Arab Saudi telah menemukan situs pemujaan berusia 7.000 tahun yang dipenuhi dengan sisa-sisa kuburan manusia dan tulang hewan.
Situs tersebut berisi mustatil, yaitu struktur monumen gurun kuno yang dikenal sebagai sebuah lokasi ritual bagi kelompok kultus kuno. Sisa-sisa fosil manusia ditemukan di dalam mustatil tersebut. Mustati dalam kata bahasa Arab berarti persegi panjang.
Melansir laman Live Science, reruntuhan itu adalah salah satu dari lebih dari 1.600 mustatil yang ditemukan di Arab Saudi sejak tahun 1970-an.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski sebagian besar terendam di bawah pasir, tetapi struktur tersebut diketahui berdiri ketika Gurun Arab masih berupa padang rumput subur tempat gajah berkeliaran dan kuda nil mandi di danau.
Sekte yang Mengorbankan Ternak
Para peneliti menjelaskan pembangun mustatil berasal dari anggota sekte yang tidak dikenal. Saat perubahan iklim perlahan mengubah tanah menjadi gurun, anggota kelompok kultus tersebut kemungkinan besar berkumpul untuk melindunginya dengan mengorbankan ternak mereka kepada dewa.
Penelitian terkait penggalian mustatil baru yang dipublikasi di jurnal PLOS One, 15 Maret 2023 ini mengungkap lebih banyak informasi terkait struktur mistis dan pemuja mereka yang terkubur seiring zaman.
"Penggalian telah mengungkap struktur kompleks di dalam beberapa reruntuhan, termasuk dinding interior dan pilar yang mengarah ke ruang tengah yang mungkin disediakan untuk pesta dan ritual pengorbanan," kata penulis utama studi Melissa Kennedy, seorang arkeolog di University of Western Australia.
Mustatil umumnya punya bentuk berbeda-beda, tetapi biasanya berupa persegi panjang dengan dinding batu rendah setinggi sekitar 4 kaki (1,2 meter).
Kennedy megatakan, mustatil jarang ditulis dalam penelitian, termasuk kepercayaan yang terkait monumen tersebut. Dari hanya 10 mustatil yang berhasil digali, penelitian timnya merupakan salah satu yang pertama dipublikasikan.
"Jadi kita masih belum banyak tahu tentang tradisi ini," tuturnya.
Sebagian Jadi Persembahan, Sebagian Jadi Makanan
Mustatil temuan Kennedy dan timnnya terletak sejauh 34 mil (55 Km) dari timur kota kuno Alula. Panjangnya 460 kaki (140 m) dan dibangun dari batu pasir lokal.
Di sekelilingnya, para peneliti menemukan 260 pecahan tengkorak dan tanduk binatang. Potongan tulang tersebut sebagian besar berasal dari sapi peliharaan, meskipun para peneliti mengatakan beberapa fragmen berasal dari kambing peliharaan, kijang, dan ruminansia (mamalia pemamah biak) kecil.
"Mereka kemungkinan besar akan membawa hewan, berpotensi menyembelih mereka di tempat, mempersembahkan tanduk dan bagian atas tengkorak kepada dewa, sementara berpotensi berpesta dengan sisa bangkainya," kata Kennedy.
Terdapat Ruangan Pemakaman
Tepat di sebelah utara kepala mustatil, para peneliti menemukan sebuah cist, sejenis ruang pemakaman yang dibangun sepanjang zaman neolitikum dan perunggu di seluruh Eropa dan Timur Tengah.
Analisis dari tulang-tulang yang dikebumikan milik seorang laki-laki mengungkapkan bahwa dia berusia 30-an atau awal 40-an ketika meninggal.
Kemudian ditemukan bahwa dia mungkin menderita osteoarthritis, penyakit sendi degeneratif yang merupakan bentuk arthritis yang paling umum.
Penanggalan radiokarbon dari tulang manusia dan hewan menunjukkan bahwa pria itu dikubur 400 tahun setelah hewan tersebut disembelih. Hal ini menjadi sebuah tanda bahwa mustatil adalah tempat ziarah berulang.
"Kami menemukan semakin banyak bukti bahwa manusia dimakamkan di mustatil. Namun, penguburan ini (hadir) belakangan; mereka tidak berasal dari periode waktu yang sama dengan persembahan hewan," terang Kennedy.
"Kami berhipotesis bahwa situs mustatil mempertahankan kepentingannya bahkan setelah penggunaannya berhenti dan bahwa generasi selanjutnya akan menguburkan jenazah mereka di tempat-tempat ini sebagai cara menegaskan kepemilikan atas struktur ini, pada dasarnya mengklaim hubungan dengan masa lalu," imbuhnya.
Meski telah melakukan beberapa analisis, tetapi tujuan upacara mustatil masih menjadi teka-teki bagi para peneliti.
Sebab, struktur yang membentang di gurun dibangun selama Periode Kelembaban Holocene - fase yang berlangsung antara 7.000 SM dan 6.000 SM.
Para peneliti berpikir mungkin ada hubungan antara ritual di bangunan tersebutdan keinginan bersama untuk memberkati tanah yang mengering dengan hujan.
(faz/twu)