- Sejarah Candi Borobudur
- Penemuan Candi Borobudur
- Asal-usul Nama Borobudur Gubernur Jenderal Inggris Sir Thomas Stanford Raffles Ilmuwan Prof Dr JL Moens Sejarawan JG de Casparis Ilmuwan-Budayawan Pakar Sastra Jawa Kuno Prof Dr RM Ng Poerbatjaraka Pimpro Pemugaran Candi Borobudur Ilmuwan Prof Dr R Soekmono- Arkeolog & Sejarawan Willem Frederik Stutterheim
- Fungsi Candi Borobudur
- Cara Membangun Candi Borobudur
- Batu Andesit Penyusun Candi Borobudur
- 4 Teknik Sambung Batu Candi Borobudur Tipe Ekor Burung Tipe Takikan Tipe Alur dan Lidah Tipe Purus dan Lubang
- Pembagian Bangunan Candi Borobudur
- Candi Borobudur dalam Angka
Bagaimana nenek moyang Nusantara dulu membangun Candi Borobudur yang kini berdiri megah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini? Yang jelas, bukan melekatkan batu satu persatu dengan putih telur seperti persepsi yang beredar selama ini.
Sejarah Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan warisan dunia terbesar di Indonesia. Para arkeolog dan ilmuwan menyepakati masa pembangunan candi ini sekitar 775-832 M, demikian dilansir dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Kesepakatan atau konsensus para arkeolog dan ilmuwan itu dibuat lantaran memang tidak diketahui pasti kapan Candi Borobudur itu dibangun dan tidak ada catatan atau bukti tertulis yang memberikan keterangan siapa pendiri Candi Borobudur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak teori bertebaran soal asal-usul Candi Borobudur. Pendapat sejarawan JG de Casparis dari penelitian bentuk huruf Jawa Kuno yang dipakai menulis inskripsi pendek-pendek di atas panel relief candi, Borobudur berasal dari abad ke-9. Menurut Casparis, Candi Borobudur didirikan oleh seorang raja Sailendra, yaitu Raja Samaratungga yang memerintah tahun 782-812 beserta puterinya bernama Pramodhawarddhani. Pendapat ini didasarkan pada dua prasasti, yaitu prasasti Karangtengah/Kayumwungan tahun 824 M dan prasasti Sri Kahulunan bertahun 842 M.
Dengan demikian dari bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan dan diidentifikasi, teori yang kini luas diterima adalah Candi Borobudur dibangun pada Dinasti/Wangsa Sailendra.
Penemuan Candi Borobudur
Candi Borobudur ditemukan oleh pasukan Inggris tahun 1814 yang saat itu dibawahi oleh Gubernur Jenderal Inggris Sir Thomas Stamford Raffles yang saat itu menjadi wali wilayah Indonesia.
Waktu itu Raffles mendapatkan informasi bahwa di daerah Kedu telah ditemukan susunan batu bergambar. Kemudian, ia mengutus Cornelius seorang Belanda untuk membersihkannya. Pekerjaan ini dilanjutkan oleh Residen Kedu yang bernama Hartman dan pekerjaan pembersihan kelar tahun 1835.
Asal-usul Nama Borobudur
Tak hanya asal-usulnya Candi Borobudur yang menimbulkan banyak teori, asal-usul nama Borobudur juga menimbulkan banyak teori dan versi.
Berikut beberapa versi dari penamaaan Borobudur:
Gubernur Jenderal Inggris Sir Thomas Stanford Raffles
Budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat)
Sang Budha yang agung (Boro= agung, budur= Buddha)
Budha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha)
Ilmuwan Prof Dr JL Moens
Kota para penjunjung tinggi Sang Budha
Sejarawan JG de Casparis
Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.
Ilmuwan-Budayawan Pakar Sastra Jawa Kuno Prof Dr RM Ng Poerbatjaraka
Biara di Budur (Budur= nama tempat/desa)
Pimpro Pemugaran Candi Borobudur Ilmuwan Prof Dr R Soekmono- Arkeolog & Sejarawan Willem Frederik Stutterheim
Bara dan budur berarti biara di atas bukit
Fungsi Candi Borobudur
Fungsi Candi Borobudur menurut Prof Soekmono sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.
Tempat ini berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju pencerahan dan kebijaksanaan menurut Buddha, demikian dilansir dari laman pengelola Candi Borobudur.
Cara Membangun Candi Borobudur
![]() |
Menurut sejarawan-arkeolog-ilmuwan yang dimuat dalam buku Candi Indonesia: Seri Jawa yang ditulis EdiSedyawati,HasanDjafar dkk terbitanKemdikbud (2013),Borobudur adalah pengecualian dibanding semua candi yang ditemukan di Jawa lainnya.
Di Jawa, untuk membangun candi, tanah lokasi candi dipadatkan dengan pasir dan batu kerikil, kerakal, dan sebagainya. Ada pula yang dibuat lewat semacam ruangan dalam tanah, diisi batu gundul, pecahan bata, pasir dan setelah dipadatkan, didirikan fondasi candi.
Candi Borobudur dibuat berbeda fondasinya. Candi didirikan langsung di atas bukit, yang dibentuk sesuai bentuk candi yang dikehendaki.
Fondasi bagian candi terluar dibuat masuk ke dalam tanah sedalam kurang lebih satu meter tertumpang di atas lapisan batu karang, sedangkan bangunan di atasnya tertumpang di atas beberapa lapis batu.
Para ilmuwan menilai teknologi yang dipakai dalam membangun Candi Borobudur luar biasa canggih dan maju pada zamannya. Candi ini dibangun tanpa diawali candi-candi lain yang dapat dianggap sebagai prototipenya, jadi tiba-tiba saja nenek moyang Nusantara dapat membangun Candi Borobudur yang demikian megah dan arsitekturnya unik. Bentuknya pun lain daripada yang lain, tidak dapat dibandingkan dengan candi-candi lainnya manapun juga.
Batu Andesit Penyusun Candi Borobudur
![]() |
Batu penyusun Candi Borobudur menggunakan batu andesit, jenis batuan beku vulkanik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan atau daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti Indonesia.
Nama andesit berasal dari nama Pegunungan Andes yang berarti batuan keras.
Dari situs Kemdikbud, disebutkan batu candi yang berwarna gelap memiliki memiliki densitas yang lebih besar dibandingkan batu candi yang berwarna cerah karena kandungan kandungan ferro magnesium yang lebih tinggi. Selain itu, batu candi yang berwarna gelap mampu menyerap panas yang lebih besar dibandingkan dengan batu candi yang berwarna cerah.
Batu candi yang ditumbuhi lumut memiliki kepadatan yang lebih kecil dan porositas yang lebih besar jika dibandingkan batu candi yang tidak ditumbuhi lumut. Kandungan silika pada batu candi yang ditumbuhi lumut lebih rendah jika dibandingkan dengan yang tidak ditumbuhi lumut. Hal ini dikarenakan proses pelapukan yang terjadi menyebabkan berkurangnya kadar silika pada batu. Selain itu, kandungan kalium pada batu candi yang ditumbuhi lumut lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tidak ditumbuhi lumut karena kalium merupakan unsur yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan lumut.
4 Teknik Sambung Batu Candi Borobudur
Dari situs Kemdikbud dan buku Candi Indonesia: Seri Jawa yang ditulis Edi Sedyawati, Hasan Djafar dkk terbitan Kemdikbud, ada 4 teknik sambung batu pembangunan Candi Borobudur, bukan melekatkannya dengan putih telur ayam.
Candi Borobudur tersusun atas batuan andesit yang disusun dengan pola arah horizontal. Ukuran batu yang dipakai berkisar antara panjang 40-50 cm, lebar 30-40 cm, dan tinggi 20-25 cm.
Berikut teknik sambung batunya:
Tipe Ekor Burung
![]() |
Ditemukan pada hampir setiap batu dinding.
Tipe Takikan
![]() |
Teknik sambung batu ini dapat ditemukan pada kala, doorpel, relung dan gapura.
Tipe Alur dan Lidah
![]() |
Teknik sambung batu tipe alur lidah ini dapat ditemukan pada pagar langkan selasar dan batu ornamen makara di kanan-kiri tangga undag dan selasar.
Tipe Purus dan Lubang
![]() |
Teknik sambung batu tipe purus dan lubang ini dapat ditemukan pada batu antefil dan kemuncak pagar langgan.
Pembagian Bangunan Candi Borobudur
Bangunan candi Borobudur dibedakan menjadi tiga bagian yakni Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
1. Kamadhatu adalah bagian tingkat pertama hingga tingkat ketiga dari candi Borobudur. Bagian Kamadhatu memiliki relief karmawibhangga yang menggambarkan hukum pada umat manusia.
2. Rupadhatu adalah bagian tingkat keempat hingga keenam candi yang memiliki relief Lalitavistara dan Jatakamala yang menggambarkan kisah hidup sang Buddha.
3. Arupadhatu atau bagian atap candi tingkat ketujuh hingga kesepuluh. Pada bagian ini tidak ada relief namun memiliki banyak stupa yang menggambarkan pencapaian sempurna umat manusia.
Candi Borobudur dalam Angka
- Candi berdenah bujur sangkar berukuran 123 meter x 123 meter
- Tinggi candi asli (dengan chattra atau bagian atas chaitya puncak): 42 meter
- Tinggi candi tanpa chattra: 31 meter
- Terdiri dari 10 tingkatan
- Jumlah total panel relief: 2.672 panel relief terdiri dari:
- 1.460 panel relief cerita
- 1.212 panel relief hias
- Jumlah arca total: 504 buah (tokoh yang diarcakan Dhyani Buddha, Manusi Buddha, dan Boddhisatva.)
- Jumlah stupa: 73 buah
Semakin mengetahui kecanggihan dan filosofi Candi Borobudur, semoga makin bangga dengan nenek moyang Nusantara ya detikers!
(nwk/twu)