Mahasiswa pascasarjana membutuhkan keseimbangan antara pendidikan dan keluarga. Pasalnya, identitas diri sebagai mahasiswa dan keluarga tidak dapat dipisahkan begitu saja.
Hal tersebut disampaikan oleh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Dr Fitri Ariyanti Abidin, MPsi. Dia mengatakan, dalam kultur masyarakat Indonesia, pencapaian diri sejak dini tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk keluarga.
"Ketika kita memutuskan bahwa saya adalah seorang suami, seorang istri, seorang ibu, seorang ayah yang memutuskan untuk sekolah lagi, maka harus sudah siap untuk mengelola semuanya," jelasnya dalam seminar mengenai Family-Study Balance yang dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru Program Pascasarjana Gelombang II Unpad, dikutip dari laman resmi kampus pada Jumat (17/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tips untuk Mahasiswa Pascasarjana
Bagi para mahasiswa pascasarjana yang sudah berkeluarga, Fitri memiliki beberapa tips untuk meningkatkan family-study balance.
Pertama, penting menurutnya mempersiapkan SMART planning atau yang jika dijabarkan adalah specific, measurable, attainable, relevant, timely planning. Perencanaan ini dibuat tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi bersama keluarga.
"Kalau kita tidak merencanakannya dengan baik, percayalah kita merencanakan untuk gagal," kata dia.
Fitri menyebut segala hal perlu dikomunikasikan kepada keluarga, terutama anak-anak. Hal ini perlu dilakukan karena mereka akan mengalami perubahan saat orang tuanya melanjutkan pendidikan.
Selain itu, membicarakan soal rencana pendidikan kepada anak akan menanamkan nilai pentingnya belajar. Berikutnya orang tua dapat menjelaskan dengan konkret mengenai hal-hal yang akan anak-anak terima jikalau orang tuanya melanjutkan pendidikan.
Tips selanjutnya dari Fitri adalah sikap fleksibel. Menurutnya, dalam kehidupan manusia win-win solution hampir tidak ada dalam situasi apa pun. Dia berpendapat manusia hanya dapat memilih sesuatu yang konsekuensinya paling dapat ditoleransi diri sendiri.
Supaya dapat mewujudkan itu, Fitri menyarankan agar mahasiswa pascasarjana menyusun prioritas berdasarkan hal paling berharga dalam hidupnya. Ini dapat menjadi salah satu aktivitas yang bermanfaat untuk melepas stres.
Dia menerangkan, ketidakjelasan dalam hidup dapat menyebabkan stres. Kendati begitu, yang perlu dipahami adalah ketidakpastian ini akan selalu jadi bagian dari perjalanan hidup. Fitri menilai, salah satu hal yang kerap terlupakan adalah keluarga bisa jadi pengalih yang menyenangkan saat menghadapi masa sulit.
Terakhir, untuk meningkatkan keseimbangan pendidikan-keluarga bisa dengan meminta dukungan sosial atau social support.
Fitri mengungkap ada banyak orang menganggap bahwa meminta bantuan berarti lemah. Padahal, kekuatan hadir saat seseorang mampu mengakui bahwa dirinya juga membutuhkan orang lain.
Fitri menambahkan, isu kesehatan mental pun banyak ditemukan pada mahasiswa pascasarjana. Saat ada perubahan negatif dalam diri, contohnya emosi yang mudah meledak, hal ini jadi tanda bahwa seseorang butuh bantuan profesional.
"Biasanya yang muncul itu judgement-judgement negatif tentang diri kita, self judgement itu jangan sampai dibiarkan," pungkasnya.
(nah/pal)