Ilmuwan menemukan spesies baru katak yang memiliki sifat unik. Mereka tidak mengeluarkan suara sama sekali.
Spesies katak yang baru teridentifikasi itu termasuk dalam genus Hyperolius. Hewan tersebut ditemukan di Tanzania.
"Ini adalah kelompok katak yang sangat aneh," ungkap Dr Lucinda Lawson, ahli biologi konservasi dari University of Cincinnati, dikutip dari Sci.News.
"Katak jantannya tidak bersuara seperti katak-katak pada umumnya. Kami pikir mungkin mereka memakai tulang belakang sebagai semacam Braille untuk pengenalan spesies," lanjutnya.
Lawson mengatakan, tanpa adanya suara katak-katak itu membutuhkan cara lain untuk mengenali satu sama lain. Kelompok katak ini hanya punya sedikit spesies dan ditemukan dalam populasi kecil yang membuat mereka langka serta terancam punah.
Dia menegaskan, menemukan katak dari kelompok tersebut adalah sebuah kemenangan besar dalam konservasi. Nama spesies katak tak bersuara ini adalah Hyperolius ukaguruensis.
Memiliki Tubuh yang Unik
Lawson menyebut, mendeskripsikan suatu spesies adalah langkah pertama untuk melindungi suatu hewan, utamanya di hutan yang semakin terfragmentasi seperti di Pegunungan Ukaguru.
Hyperolius ukaguruensis terdapat di Hutan Lindung Utara Mamiwa-Kisara, Tanzania, yang merupakan 'hutan sisa berbentuk huruf T.
Tubuh katak tanpa suara itu juga unik. Mereka memiliki mata yang lebih kecil daripada kepalanya, tidak seperti katak buluh berduri lainnya.
Menurut ahli, Hyperolius ukaguruensis bisa menjadi perhatian konservasi yang tinggi.
Dr H Christoph Liedtke, seorang peneliti postdoctoral di Spanish National Research Council mengatakan, mengetahui berapa banyak spesies yang ada dan di mana mereka, sangat penting untuk konservasi.
Pegunungan Ukaguru adalah bagian dari Eastern Arc Rift, sebuah tempat dengan keanekaragaman hayati dengan banyak spesies endemik. Sayangnya, pertumbuhan populasi yang pesat di Tanzania berarti habitat hutan pegunungan semakin terancam manusia.
Lawson menjelaskan, amfibi sangat rentan terhadap dampak manusia. Sebab, mereka menyerap bahan kimia dari kulitnya sehingga rentan terhadap racun atau perubahan keasaman air.
"Kalau habitat burung rusak, kadang mereka bisa terbang ke hutan yang baru. Namun, hal itu sulit bagi para amfibi," ujarnya. Dia menekankan, memiliki spesies yang beragam esensial untuk menjaga ekosistem yang sehat.
Katak merupakan bagian dari rantai makanan. Mereka memakan serangga dan pada gilirannya dimakan oleh hewan lain.
"Apabila spesies satu ini punah, kita akan kehilangan satu untai lagi dalam jaringan ekosistem," kata Lawson. Penelitian mengenai temuan katak tak bersuara ini diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE.
Simak Video "Kisah Penyelamatan Hewan dari Reruntuhan Gempa Turki"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/pal)