Kata 'suhu' pada umumnya dikaitkan dengan derajat celcius sebagai satuan penyebutnya. Namun ternyata, berbeda dari negara lainnya orang Amerika tidak menggunakan celcius, melainkan fahrenheit. Mengapa ya?
Fahrenheit adalah skala yang digunakan untuk mengukur suhu berdasarkan titik beku dan titik didih air dilansir melalui laman Science How Stuff Works, Kamis (26/1/2023).
Titik beku pada suhu fahrenheit berada pada suhu 32 derajat dan mendidih pada suhu 212 derajat fahrenheit. Cara kerjanya sama dengan celcius yakni sebagai metrik untuk menentukan panas dan dingin.
Bedanya, celcius memiliki titik beku 0 derajat dan titik didih 100 derajat. Selanjutnya, celcius didasarkan pada pemisahan skala 100 sedangkan fahrenheit didasarkan pada pemisahan 180 derajat.
Kini, seluruh negara di dunia menetapkan celcius sebagai standar dalam mengukur suhu, tetapi tidak bagi Amerika Serikat. Alasannya ternyata ada hubungannya dengan sejarah terciptanya fahrenheit dan celcius hingga perkembangan negara Amerika Serikat. Berikut penjelasan selengkapnya.
Sejarah Fahrenheit Vs Celcius
1. Fahrenheit
Melansir laman Vox, sejarah Fahrenheit berawal sejak abad ke-18 setelah ditetapkan oleh Daniel Gabriel Fahrenheit. Daniel adalah seorang ilmuwan Jerman yang lahir di Polandia pada tahun 1686.
Awalnya, ia adalah seorang pemuda yang terobsesi dengan termometer karena mengukur suhu adalah masalah besar pada saat itu.
John Lienhard professor sejarah dari University of Houston menjelaskan bila Fahrenheit akhirnya berhasil mengejutkan dunia usai membuat sepasang termometer. Agar bisa berfungsi, Fahrenheit harus meletakkan sesuatu di atasnya untuk menandai suhu yang berbeda.
Hingga akhirnya ia menetapkan nol pada suhu terendah dengan bantuan campuran air dan garam. Percobaan akhirnya dimulai.
Awalnya, ia mengukur suhu tubuh manusia rata-rata yang ternyata melenceng karena hasilnya 96 derajat. Tak berhenti ia akhirnya menemukan skema yaitu titik didih air pada suhu 212 derajat dan titik bekunya pada 32 derajat.
Pada tahun 1724, Daniel Gabriel Fahrenheit dilantik ke dalam British Royal Society yang merupakan organisasi ilmiah yang sistemnya ditetapkan oleh Kerajaan Inggris. Kala itu Inggris berhasil menaklukkan sebagian besar dunia di abad 18 dan 19.
Selama penaklukan ia juga membawa sistem Fahrenheit dan beberapa ukuran imperial lainnya seperti kaki dan ons dan disebarkan ke negara koloninya. Pada masa itu, fahrenheit menjadi ukuran suhu standar di sebagian besar dunia. Hingga akhirnya celcius datang.
2. Celcius
Celcius hadir pada tahun 1742 dari seorang astronom Swedia bernama Anders Celcius. Ia menemukan sistem yang tidak terlalu berat karena berdasarkan kelipatan 10 dilansir melalui laman Science How Stuff Works.
Ia menemukan perbedaan yakni 100 derajat antara suhu air yang membeku dan mendidih di permukaan laut. Anehnya, ia menemukan air membeku pada suhu 100 derajat dan mendidih pada 0 derajat. Tetapi akhirnya seseorang membalikkannya.
Simetri 100 derajat yang rapi dari skala celcius menjadikannya cocok secara alami untuk sistem metrik. Celcius akhirnya resmi dikembangkan oleh Prancis pada akhir tahun 1700. Namun negara lain di bawah Kerajaan Inggris tetap berpegang teguh pada Fahrenheit.
Alasan Amerika Serikat Masih Menggunakan Fahrenheit
Setelah Celcius diintegrasikan ke dalam sistem metrik, lantaran Prancis memiliki keinginan untuk menyatukan negara tingkat nasional dan menyebarkan sistem celcius ke seluruh dunia.
Hingga akhirnya, negara-negara Anglophone menyerah pada paruh abad ke-20. Inggris pun tak ketinggalan dengan mengalihkan semua pengukuran ke sistem metrik celcius pada tahun 1965.
Sejak saat itu, hampir setiap negara bekas jajahan Inggris lainnya juga beralih. Ada yang melakukannya sebelum Inggris seperti India dan setelah Inggris seperti Kanada, Australia, dan Afrika Selatan.
Dengan perubahan yang besar-besaran, Amerika Serikat akhirnya mempertimbangkan untuk perubahan fahrenheit ke celcius. Ada berbagai alasan agar perubahan itu terjadi.
Salah satunya karena sistem metrik yang sama, kerja sama ilmiah dan berbagai hal lainnya menjadi lebih mudah. Hingga akhirnya Kongres mengesahkan Undang-Undang Konversi Metrik 1975 dan hadirnya seorang Dewan Metrik untuk mengawasi transisi berbagai negara.
Namun, perubahan matrik itu tetap bersifat sukarela bukan wajib dan mendapat tentangan publik. Banyak orang tak mau mempelajari sistem baru untuk suhu ataupun berat.
Hingga akhirnya Presiden Ronald Reagan, Presiden Amerika Serikat ke-40 membongkar pekerjaan Dewan Metrik yang menurutnya tak benar pada tahun 1982. Sejak saat itu, Kongres memastikan bahwa Amerika Serikat akan terus mengukur suhu dengan fahrenheit hingga saat ini.
Kelemahan Penggunaan Suhu Fahrenheit di Amerika Serikat
Sayangnya, pengukuran ini tak selalu baik bagi Amerika Serikat terutama bagi lembaga ilmiah hingga masalah bisnis. Celcius dianggap sebagai skala metrik yang lebih sederhana dan membuat perhitungan dasar lebih mudah.
Akibatnya akan sedikit kesalahan terjadi. Namun, fahrenheit membuat perusahaan Amerika mengeluarkan biaya tambahan dengan memproduksi dua set produk. Satu untuk Amerika dan satu lagi untuk negara lain yang menggunakan celcius.
Orang tua dan pengasuh di Amerika juga cenderung membuat kacau tingkat konversi ketika memberikan obat. Hal itu berdampak dengan kesehatan karena rentan terhadap overdosis.
Terakhir, siswa di Amerika harus dilatih dengan dua satuan pengukuran yang membuat pendidikan sains dasar di Amerika menjadi lebih sulit.
Negara Lain yang Menggunakan Fahrenheit
Tak hanya Amerika Serikat, laman Reader's Digest menjelaskan ada beberapa negara lain yang menggunakan sistem fahrenheit. Seperti Burma (2013), Liberia, Bahama, Kepulauan Cayman, Negara Federasi Mikronesia, dan Kepulauan Marshall.
Namun, ada juga negara yang menggunakan dua sistem yakni celcius dan fahrenheit seperti Belize, British Virgin Island dan Bermuda.
Nah itulah penjelasan mengapa Amerika Serikat masih menggunakan sistem fahrenheit dibandingkan celcius. Semoga informasi ini bermanfaat ya detikers!
Simak Video "Dampak Suhu Tinggi, Kantor Jepang Hemat Listrik"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/nah)