Dosen Geodesi UGM Beberkan Solusi Penurunan Tanah untuk Semarang & Jakarta

Dosen Geodesi UGM Beberkan Solusi Penurunan Tanah untuk Semarang & Jakarta

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 08 Jan 2023 09:00 WIB
Foto udara kondisi banjir bandang yang melanda Perumahan Dinar Indah, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (6/1/2023). Banjir bandang yang mencapai 2,5 meter itu menyebabkan satu korban jiwa dan sekitar 45 kepala keluarga di perumahan tersebut mengungsi akibat luapan Sungai Babon-Pengkol yang tak mampu menampung debit air hujan berintensitas tinggi pada Jumat (6/1) sejak pukul 13:00 WIB serta adanya tanggul yang jebol pada pukul sekitar 15:30 WIB. ANTARA FOTO/Aji Styawan/aww.
Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan/Dosen Geodesi UGM Beberkan Solusi Penurunan Tanah untuk Semarang & Jakarta
Jakarta -

Sebagian kota-kota besar di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, ada di wilayah pesisir. Beberapa kota besar di Indonesia yang terletak di kawasan pesisir adalah Jakarta, Semarang, Makassar, Kupang, dan Samarinda.

Dosen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Heri Sutanta, PhD mengungkapkan pada umumnya, tanah daerah pesisir terbentuk dari aluvial karena ada endapan sungai. Kondisi ini membuat di lokasi-lokasi tersebut pemadatan dan penurunan tanah lebih mudah terjadi.

Menanggapi bencana banjir yang kerap melanda kota besar di sepanjang pantai utara Jawa, Heri menjelaskan bahwa berdasarkan penelitiannya, daerah tangkapan air Kota Semarang dulunya memiliki banyak kebun, tanah tegalan, dan ruang terbuka.

Kini, kondisi di sana berubah menjadi kompleks perumahan, kawasan industri, serta pembangunan infrastruktur lainnya. Situasi ini berdampak pada berkurangnya imbuhan di Cekungan Air Tanah (CAT) Semarang.

"Hasil penelitian kita di Semarang, kondisi di Jakarta juga sama, penurunan tanah dipercepat oleh pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan melebih kapasitas imbuhannya," jelas Heri dalam rilis situs resmi UGM.

Lulusan University of Twente, Belanda ini menerangkan, faktor lokal penurunan tanah lebih berdampak pada kenaikan relatif permukaan laut di Semarang dan Jakarta. Percepatan penurunan tanah juga mengakibatkan Semarang kerap dilanda banjir saat curah hujan tinggi karena posisi daratan di pesisirnya lebih rendah daripada air permukaan laut.

"Itu juga yang terjadi di Jakarta," ujarnya.

Solusi Penurunan Tanah

Heri menyampaikan, baik di Semarang ataupun Jakarta, posisi daratan pesisir yang lebih rendah dari air permukaan laut harus ditangani dengan komprehensif. Wilayah pemukiman dan industri yang ada di kawasan pesisir saat ini dapat dilindungi oleh tanggul laut.

Selain itu, Heri mengatakan perlunya banyak pompa untuk mengalirkan air dari drainase ke sungai besar yang aliran airnya menuju laut. "Harus ada pompa yang disiapkan walaupun membutuhkan biaya operasional yang besar," terangnya.

Dia menegaskan, di antara kota besar di Indonesia, sementara ini hanya Jakarta dan Semarang yang mengalami proses penurunan tanah begitu cepat. Guna mengantisipasi dampak lebih besar di kemudian hari, Heri mengusulkan supaya pemerintah membuat kebijakan yang komprehensif.

Pertama, dia menyarankan pengaturan pengambilan air tanah dan menjaga imbuhannya melalui perubahan pembatasan penggunaan lahan di daerah tangkapan air. Selanjutnya, guna menanggulangi dampak, dia mengusulkan pembangunan tanggul pantai untuk melindungi infrastruktur dan warga.



Simak Video "Waspada! Awal dan Akhir Desember Pesisir Semarang Hadapi Puncak Pasang"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/pal)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia