Piala Dunia 2022 menyisakan beberapa istilah bagi sebagian orang yang bukan fans sepak bola. Salah satunya adalah istilah VAR yang kerap muncul dalam keputusan wasit Piala Dunia.
VAR adalah video assistant referee atau Asisten Wasit Virtual. Secara sederhana, VAR diartikan sebagai teknologi yang membantu wasit untuk mengecek ulang apakah keputusan di lapangan sudah tepat atau belum.
Teknologi VAR ini mampu menganalisa rekaman video pertandingan untuk menunjukkan kejadian di lapangan yang lebih jelas secara berulang-ulang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya, keputusan yang dipertimbangkan adalah pelanggaran di kotak penalti, offside, handball, hingga pelanggaran yang berpotensi pemberian kartu merah pada pemain.
Sejarah VAR
Dikutip dari laman Duke University, Amerika Serikat, VAR pertama kali ditawarkan sebagai proyek Wasit 2.0 di Belanda pada awal 2010-an.
Kemudian, VAR pertama diujikan di liga teratas Belanda yakni Eredivisie, pada musim 2012-2013.
Setelah uji coba awal dinilai berhasil, Asosiasi Sepak Bola Belanda mengajukan VAR kepada Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) untuk mengubah aturan di mana wasit diizinkan untuk memutar ulang video selama pertandingan.
Saat itu, mantan presiden FIFA, Sepp Blatter, secara umum memandang VAR tidak baik sehingga belum meresmikan untuk penggunaan secara internasional.
Namun, Presiden FIFA selanjutnya, Gianni Infantino, memiliki pandangan yang hampir berlawanan dan menyetujui uji coba VAR pada tahun 2016.
Tujuan VAR
Sekretaris IFAB, Lukas Brud, mengatakan bahwa penggunaan VAR dinilai bisa melindungi wasit dari kesalahan keputusan.
"Dengan semua 4G dan Wi-Fi di stadion hari ini kami tahu kami harus melindungi wasit dari membuat kesalahan yang dapat langsung dilihat semua orang," ujarnya.
Gagasan untuk melindungi wasit dan keputusan itulah yang menjadi faktor pendorong utama bagi IFAB untuk peningkatan penerapan VAR.
Liga Australia Jadi yang Pertama Gunakan VAR
Negara yang pertama gunakan VAR di pertandingan liga profesionalnya justru bukan dari Eropa melainkan dari negara anggota AFF atau ASEAN. Negara itu adalah Australia.
Seperti yang diketahui, Federasi Sepak Bola Australia (FFA) sudah bergabung ke Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) sejak tahun 2013. Australia sudah terlibat pada ajang Piala AFF untuk kelompok usia muda dan perempuan, tapi tidak dengan level senior.
Dalam hal teknologi VAR, A-League di Australia menjadi liga papan atas profesional pertama yang memperkenalkan teknologi ini ke dalam pertandingan liga pada bulan April 2017.
Kemudian liga top lainnya di Eropa yakni Bundesliga Jerman dan Serie A Italia segera menyusul untuk mengadopsi VAR pada musim 2017-2018.
Sementara La Liga Spanyol dan Ligue 1 Prancis baru menyetujui VAR untuk musim 2018-2019. Liga Utama Inggris menjadi satu-satunya liga domestik utama di Eropa yang terakhir menggunakan VAR yakni mulai musim 2019-2020.
(faz/nwy)