Luddite Club, Kelompok Remaja New York yang 'Membebaskan Diri' dari Medsos & Smartphone

Luddite Club, Kelompok Remaja New York yang 'Membebaskan Diri' dari Medsos & Smartphone

Anisa Rizki Febriani - detikEdu
Selasa, 20 Des 2022 14:30 WIB
Anggota Luddite Club
Anggota Luddite Club sedang berkumpul (Foto: Lynn Ma/NYCity News Service)
Jakarta -

Sekelompok remaja di Brooklyn, New York City ini tampak antimainstream alias melawan arus. Saat banyak remaja seumuran mereka terpaku pada gadget dan sorotan di media sosial, mereka malah melakukan sebaliknya. 'Membebaskan diri' dari itu semua.

Para remaja itu justru mengurangi penggunaan smartphone bahkan berhenti menggunakannya dan beralih ke ponsel lipat. Menurut Chalkbeat New York, remaja tersebut membentuk sebuah kelompok dengan nama Luddite Club. Logan Lane (17) selaku pendiri klub mengatakan Luddite Club diciptakan karena mereka merasa teknologi membuang terlalu banyak waktu di dalam kehidupan.

Nama Luddite Club diambil dari peristiwa para pekerja tekstil di Inggris pada abad ke-19 yang menghancurkan mesin dan menganggapnya sebagai sebuah ancaman terhadap keahlian mereka dan berpotensi menghilangkan mata pencaharian. Kata "luddite" merujuk pada bagaimana orang-orang menentang kemajuan teknologi yang tiada henti. Sama halnya dengan Luddite Club yang didirikan oleh Lane.

Awal Mula Kemunculan Luddite Club

Sama seperti kebanyakan remaja di era sekarang, Lane juga mendapatkan ponsel pertamanya di usia 11 tahun. Ia menghabiskan banyak waktu dengan menggunakan berbagai media sosial, seperti Instagram, Snapchat, hingga TikTok.

Ketika pandemi melanda, usianya menginjak 14 tahun. Kegiatan belajar mengajar menjadi virtual, penggunaan media sosial pun ikut meroket.

Merasa kewalahan untuk terus online selama berjam-jam setiap harinya, Lane mulai merasa jenuh terhadap media sosial. Akhirnya, ia mulai menghapus akun-akunnya dan berhenti menggunakan smartphone.

Mulanya, Lane bingung kegiatan apa yang harus ia lakukan tanpa gawainya. Meski begitu, Lane tetap teguh pada prinsipnya dan berpikir secara kreatif.

Kini, ia tidur lebih awal dan bangun lebih awal. Siswa SMA Edward R Murrow tersebut selalu membawa buku untuk dibaca selama perjalanannya di dalam kereta bawah tanah.

Jumlah anggota Luddite Club tidak banyak, hanya sekitar 16 orang. Kemunculan klub ini bermula ketika Lane bertemu dengan Jameson Butler (16) pada sebuah pesta di mana mereka tidak memiliki ponsel. Dari kedekatan itulah, Luddite Club lahir.

Apa Saja Kegiatan Anggota Luddite Club?

Ponsel 'flip' yang digunakan oleh Luddite ClubPonsel 'flip' yang digunakan oleh Luddite Club Foto: Lynn Ma/NYCity News Service

Kegiatan dalam kelompok ini cukup beragam, pada Minggu sore mereka berkumpul di Perpustakaan Pusat di Grand Army Plaza untuk melakukan pertemuan yang diadakan setiap pekan.

Anggota Luddite Club yang bernama Biruk Watling (17) dan Odille Zexter (17) memainkan gitar sambil menunggu yang lain datang.

Di sana, mereka melakukan kegiatan membuat jurnal, sketsa, melukis hingga membaca majalah. Watling mengungkapkan, teknologi hanya sebagai pelariannya.

"Teknologi bagi saya selalu menjadi pelarian," ungkap Watling.

Dirinya mulai tertarik melangkah keluar dari kegiatan media sosialnya setelah membaca novel Don DeLillo dengan judul White Noise. Sebuah bacaan yang berisi kritik tentang bagaimana teknologi membuat penggunanya terpisah dari realita.

Semenjak itu, Watling berhenti menggunakan Instagram dan menyingkirkan ponsel pintarnya pada awal tahun 2022.

Pertemuan yang dilakukan tiap Minggu itu ternyata memberikan dampak. Mereka mengatakan, memutuskan hubungan dari dunia online membuat mereka lebih mudah mengelola persahabatan, hingga terjun langsung ke aktivitas dan hobi baru.

Beberapa Anggota Luddite Club Masih Memiliki Smartphone

Tidak semua anggota Luddite Club berhenti menggunakan smartphone. Pasalnya, beberapa anggota yang masih memiliki ponsel pintar menghadiri pertemuan yang diadakan untuk mengurangi waktu online mereka selama beberapa jam.

Walau begitu, tidak satupun dari mereka menggunakan smartphonenya saat pertemuan berlangsung.

"Bagian terbaik menjadi seorang Luddite adalah kesadaran diri saya. Saya punya waktu untuk merenungkan hari dan hidup saya," kata Lane.

Para anggota bekerja untuk menjaga agar Luddite Club tetap bertahan, terlebih sebagian besar anggota akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di tahun depan.

"Bahkan, jika seseorang hanya ingin lepas dari media sosial untuk beberapa jam, ia akan diterima di klub," ujar Butler.



Simak Video "Momen Brio Merah Dikejar Massa Karena Tak Bayar saat Isi BBM"
[Gambas:Video 20detik]
(aeb/nwk)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia