Sejarah Gedung DPR/MPR, Dikira Mirip Kura-kura tapi Ternyata..

ADVERTISEMENT

Sejarah Gedung DPR/MPR, Dikira Mirip Kura-kura tapi Ternyata..

Putri Tiah - detikEdu
Minggu, 20 Nov 2022 09:00 WIB
Kubah hijau gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta
Kubah hijau gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta Foto: Tri Aljumanto/detik

Pengecoran Kubah Melibatkan 27 Ribu Orang

Atap gedung ini mirip dengan prinsip struktur sayap. Dikutip dari detikX "Jejak Sutami di Gedung MPR/DPR", semula atap akan berbentuk kubah murni. Tapi Sutami selaku ahli struktur bangunan mengingatkan hal itu akan memunculkan masalah serius.

Sebab, hal ini menyangkut pemerataan penyaluran beban gaya vertikal ke tiang-tiang penopang kubah. Satu saja di antara tiang tersebut melorot akan menimbulkan akibat berantai. Seluruh kubah bakal mengalami keretakan, pecah, dan akhirnya runtuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, pemakaian kubah murni memerlukan banyak tiang penyangga, yang akan mengganggu pembagian ruang-ruang sidang di lantai dasar.

Dalam keadaan mendesak, Soejoedi menugasi Nurpontjo untuk membikin maket kubah alternatif. Sebagai insinyur muda yang baru lulus dari ITB, Nurpontjo pun kelabakan.

ADVERTISEMENT

Hingga suatu saat dia memotong cetakan kuali untuk kue serabi menjadi dua bagian. Tujuannya adalah menghasilkan bentuk kubah yang tidak retak. Percobaan belum tuntas, Soejoedi telanjur datang dan melihatnya.

"Wah, bagus ini! Akan saya tanyakan kepada Pak Sutami sebagai pelaksana teknis apakah bentuk seperti ini bisa terealisasi," ujar Nur mengenang seperti ditulis Intisari edisi Oktober 1991.

Ternyata Sutami, yang kemudian membuat sketsa dan perhitungan teknisnya, menjamin kubah semacam itu bisa dikerjakan. Sebab, desain tersebut tak berbeda dengan prinsip struktur kantilever pada pesawat tebang.

Dia malah berani menjamin, dengan bentangan 100 meter pun, bentuk struktur ini masih dapat dipertanggungjawabkan. Sebab, yang berfungsi sebagai badannya adalah dua buah busur beton yang dibangun berdampingan dan akan bertemu pada satu titik puncak.

"Ketika pengecoran atap kubah, tak kurang dari 27 ribu orang terlibat langsung siang-malam seperti armada semut,"tutur Nurpontjo.

Keberhasilan Sutami sebagai pelaksana proyek dan juga turut andil dalam merealisasi atap berbentuk kubah mengundang pujian dari gurunya semasa di ITB, Ir Roosseno. Ahli beton itu mengakui gedung Conefo sebagai karya besar Sutami.

"Kehebatan dia adalah kemampuan organisatorisnya. Membangun gedung sebesar itu, dengan bentuk kubah raksasa yang unik, pengalaman belum dimilikinya, dan dengan segala keterbatasan pada waktu itu, ditambah lagi dengan singkatnya waktu yang diberikan oleh Bung Karno, adalah sebuah tantangan besar bagi seorang insinyur muda seperti Sutami,"tutur Roosseno seperti diceritakan kembali oleh Hendropranoto Suselo, yang pernah menjadi salah satu staf Sutami di Departemen Pekerjaan Umum.

Perubahan Nama Pada Gedung MPR/DPR RI

Berdirinya masa reformasi segala sesuatu yang berhubungan dengan orde baru dicoba diredam di Indonesia. Salah satu mengganti nama-nama gedung yang semula dinamai menggunakan bahasa Sanskerta, dilakukan usulan perubahan untuk menyederhanakan nama-nama gedung MPR/DPR RI

Pada tanggal 14 Desember 1998 memutuskan penggantian nama gedung-gedung MPR/RI sebagai berikut:

1. Gedung Grahatama diubah menjadi Gedung Nusantara,

2. Lokawirasabha Tama menjadi Gedung Nusantara I

3. Grahanaga menjadi Gedung Nusantara II

4. Lokawirasabha menjadi Gedung Nusantara III

5. Pustaloka menjadi Gedung Nusantara V

6. Samania Sasangraha menjadi Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI

7. Mekanik Graha menjadi Gedung Mekanik

8. Gedung Balai Kesehatan (tetap)


(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads