Sejarah Qubbat as-Sakhrah, Bangunan Masjid Pertama yang Memiliki Kubah

ADVERTISEMENT

Sejarah Qubbat as-Sakhrah, Bangunan Masjid Pertama yang Memiliki Kubah

Devi Setya - detikEdu
Jumat, 21 Okt 2022 10:00 WIB
Dome of the rock
Masjid Qubbat as-Sakhrah atau Masjid Kubah Batu. (Erwin Dariyanto/detikcom)
Jakarta -

Masjid dengan kubah pada bagian puncaknya bukanlah hal asing di Indonesia, bahkan beberapa negara mayoritas muslim lainnya. Bangunan masjid yang identik dengan kubah ternyata berawal dari abad ke-7. Qubbat as-Sakhrah, menjadi masjid pertama yang memiliki kubah.

Kata kubah sebenarnya berasal dari bahasa latin, domus yang berarti rumah. Kemudian orang-orang Arab menyebutnya sebagai qubba atau kubba yang berasal dari Bahasa Suriah yang artinya bangunan setengah lingkaran.

Kubah merupakan bagian arsitektur populer yang banyak diaplikasikan pada bangunan di wilayah Mediterania. Namun lambat laun, kubah digunakan pada berbagai bangunan, termasuk pada masjid.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid pertama yang memiliki kubah

Perkembangan masjid dengan kubah memiliki sejarah panjang. Dalam catatan sejarah Islam, kubah masjid pertama kali dibangun di Yerussalem, Palestina antara tahun 685 hingga 691 Masehi. Masjid Qubbat as-Sakhrah atau dikenal juga dengan sebutan Masjid Kubah Batu atau Dome of the Rock dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Ummaiyah.

Dilansir dari Britannica (20/10/2022) Masjid Kubah Batu dibangun pada era Khalifah Umar Bin Khattab ketika Yerussalem jauh kepada kekuasaan Islam. Kejadian ini berlangsung pada abad ke-7.

ADVERTISEMENT

Masjid Kubah Batu saat ini dikenal sebagai salah satu bangunan Islam tertua yang masih terjaga utuh. Bangunan masjid ini terletak di kompleks al-Haram asy-Syarif, Masjid Al-Aqsa yang bertepatan di pusat Kota Yerussalem.

Arsitektur Masjid Kubah Batu

Struktur bangunan dan ornamen Masjid Kubah Batu mengadopsi tradisi arsitektur Bizantium. Proses pembangunan masjid yang terjadi pada abad ke-7 ini sekaligus menjadi awal dari bentuk bangunan masjid yang khas.

Pada awal pembangunan, masjid ini memiliki bentuk dasar bangunan segi delapan. Kemudian pada bagian atap pusatnya sengaja diletakkan kubah kayu berlapis emas. Kubah masjid ini memiliki diameter 20 meter dan dipasang di sebuah bangunan besar berbentuk lingkaran yang sengaja diletakkan pada bagian yang tinggi.

Pada keliling bangunan masjid terdapat 16 pilar dan lorong yang dibangun di seluruh bagian bangunan. Bangunan masjid yang berbentuk segi delapan ini memiliki
lebar masing-masing 18 meter dan tinggi 11 meter. Seluruh bangunan masjid dikelilingi jendela yang sangat banyak.

Masjid ini terbilang megah dan mewah pada masanya karena dihias dengan marmer, mosaik, dan plakat logam. Sekilas teknik mosaik pada masjid ini serupa dengan yang ditemukan di gedung-gedung publik dan gereja Bizantium. Namun pada masjid ini tak ada mosaik berbentuk manusia dan hewan.

Mayoritas mosaik ini menampilkan tulisan Arab dan pola tumbuhan yang bercampur dengan gambar seperti permata dan mahkota.

Mengalami beberapa kali renovasi

Masjid Kubah Batu telah mengalami beberapa kali renovasi meskipun tidak mengubah bentuk asli struktur bangunannya. Salah satu renovasi signifikan yang pernah dilakukan adalah atas perintah sultan Ottoman SΓΌleyman I pada abad ke-16.

Proses pelestarian masjid ini dilakukan dengan mengganti mosaik eksterior dengan ubin keramik berwarna. Kemudian pada abad ke-20, ornamen interior dan eksterior yang rusak diperbaiki atau diganti atas prakarsa bangsawan Hashemite. Bagian kubah masjid juga diberi penutup emas yang baru.

Masjid Kubah Batu menjadi awal dan cikal bakal bentuk arsitektur masjid yang saat ini menggunakan kubah. Perkembangan bentuk kubah pada masjid terus mengalami perubahan sesuai zaman.




(rah/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads