Kisah Ayah yang Durhaka pada Anak di Masa Umar bin Khattab

ADVERTISEMENT

Kisah Ayah yang Durhaka pada Anak di Masa Umar bin Khattab

Rahma Harbani - detikEdu
Selasa, 18 Okt 2022 05:00 WIB
Arabs, Middle East, Culture - Three Arab men walking behind each other on the sand dunes
Ilustrasi. Ini kisah ayah yang durhaka pada anaknya pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. (Getty Images/GCShutter)
Jakarta -

Islam tidak hanya membagikan kisah terdahulu yang mengisahkan tentang kedurhakaan seorang anak pada orang tuanya. Sebaliknya, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA, ada salah satu kisah yang menggambarkan bentuk durhaka seorang orang tua pada anaknya.

Kisah ini diceritakan Ali bin Nayif Asy Syahuud dalam Mausu'atud difa'an Rasulullah yang bermula dari salah seorang ayah yang mengadukan kenakalan dan kedurhakaan anaknya pada Umar. Ia bercerita, anaknya selalu berbicara kasar, membentak, maupun perbuatan durhaka lainnya.

Agar adil dan mendengar cerita dari kedua belah pihak, Umar pun memanggil anak tersebut untuk turut menghadapnya. Ia pun berkata pada sang anak,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anak muda, apakah kamu tidak tahu kalau Allah memerintahkan anak berbakti kepada orang tuanya?" kata Umar yang diterjemahkan Majalah Ar Risalah Edisi 233.

Sang anak justru berkata pada Umar, "Wahai Amirul Mukminin, jangan buru-buru menilaiku buruk. Aku akan jelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Bukankah orang tua juga memiliki kewajiban terhadap anaknya?"

ADVERTISEMENT

Beliau menjawab, "Ya, tentu saja."

Anak itu pun bertanya lagi, "Lantas, apa itu kewajiban orang tua pada anaknya?"

Umar pun menjawab, "Memilihkan ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang bagus, dan mengajarkannya Al-Qur'an."

Mendengar jawaban itu si anak pun berkata. "Wahai Amirul Mukminin, sungguh tak ada satupun dari tiga itu yang dilakukan oleh ayah. Ibuku adalah wanita haram keturunan Majusi. Ia menamaiku dengan Ji'lan yang bermakna kumbang."

"Dan ia tidak pernah mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur'an," lanjut anak itu.

Setelahnya, Umar lantas marah pada ayah dari sang anak. Umar menganggap kisah antara ayah dan anak ini sebagai bentuk durhaka yang lebih dahulu dilakukan oleh sang ayah dibandingkan oleh anaknya.

Umar berkata, "Kamu mengadu perihal anakmu yang durhaka, ternyata kamu sendiri telah durhaka kepada anakmu sebelum anakmu durhaka kepadamu. Dan kamu telah memperlakukan buruk kepada anakmu sebelum anakmu memperlakukanmu dengan buruk."

Mengutip Mutia Mutmainnah dalam buku Keajaiban Doa & Ridho Ibu, kisah umat muslim di masa Umar bin Khattab ini mengingatkan muslim tentang figur penting kedua orang tua dalam membangun karakter anak yang diasuh dan dibesarkannya. Rasulullah SAW pernah bersabda dalam haditsnya,

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

Artinya: "Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan kedua orang tuanyalah yang kemudian menjadikannya Nasrani, Yahudi, atau Majusi." (HR Bukhari).

Melalui kisah ini, Islam juga menegaskan kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat akan sejalan dengan seberapa besar usaha dan perjuangan orang tua dalam mendidik, mengarahkan, dan membesarkan anak-anaknya sejak lahir hingga dewasa.




(rah/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads