Stonehenge adalah monumen megalitikum dengan batu-batu bersusun di Dataran Salisbury, Inggris. Besarnya Stonehenge memicu pertanyaan, bagaimana batu-batu dengan berat berton-ton tersebut disusun dengan tali dan kayu pada Zaman Batu?
Arkeolog dan jurnalis Mike Pitts menuturkan, lebih sulitnya lagi, batu-batu penyusun Stonehenge juga diangkut dari tempat yang relatif jauh pada masanya. Sebagian besar batu yaitu bluestones, terbuat dari beragam batuan beku yang digali dan diangkut dari sekitar Wales. Jaraknya sekitar 346 km.
Sementara itu, batu-batu yang sangat besar dan memberikan bentuk khas Stonehenge ditemukan di selatan Inggris. Batu-batu sarsen ini terbuat dari batu pasir keras, berada sekitar 32 km dari lokasinya kini, seperti dikutip dari laman British Museum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Membangun Stonehenge
Membawa Batu ke Lokasi Monumen
Berat rata-rata bluestones adalah 2 ton, sementara sarsen 20 ton. Berat batu terbesar mencapai 2 kali lipatnya.
Menurut Pitts, bluestones tersebut bisa jadi dibawa melintasi sungai dalam bingkai kayu Cara ini dilakukan orang di perbatasan Myanmar dan India.
Kemungkinan lainnya, bluestones yang diperkirakan semula terdiri dari 56 batu diangkut satu per satu tiap tahun. Sebab, jika dibawa berturut-turut, maka akan sangat berat.
Sementara itu, batu sarsen yang sangat besar butuh diangkut dengan kereta luncur yang kuat, tetapi membuat beban makin berat. Rute batu sarsen yang dilalui 70 batu lain berisiko merusak jalanan tanah sehingga diperlukan jalur kayu sejauh 32 km.
Mendirikan Stonehenge
Melihat monumen batu di Rapa Nui (Pulau Paskah), Chili, Pritts berpendapat bahwa batu-batu stonehenge mungkin juga diangkut sebagaimana patung di pulau tersebut.
Pitts mencatat, dalam demo tahun 1950, para penduduk mengangkat patung yang jatuh. Patung tersebut serupa beratnya dengan batu Stonehenge besar.
Saat itu, penduduk Pulau Paskah mengangkut patung batu tersebut dengan cara berulang kali mengayunkannya dari sisi ke sisi dengan tuas. Setiap ayunan, mereka hati-hati menempatkan batu-batu kecil di bawah sisi yang terangkat.
Perlahan-lahan, gundukan puing bertambah di bawah salah satu ujung batu yang naik. Ketika hampir tegak, tarikan hati-hati pada beberapa tali berhasil mendirikan patung yang sebelumnya tergolek.
Nah, hal inilah yang diperkirakan terjadi di Dataran Salisbury. Ketimbang dengan batu, Pitts memperkirakan saat itu prosesnya menggunakan kayu ikat sehingga batu 30 ton di Stonehenge pun bisa berdiri tegak hingga kini.
Apa teori pendirian Stonehenge lainnya yang detikers tahu?
(twu/nwy)