Dosen Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, Sri Nurdiati mengatakan terdapat skill 5C yang perlu dimiliki pada abad 21 ini.
Keterampilan atau skill 5C itu adalah berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), berkolaborasi (collaboration), dan computational thinking. Unsur keterampilan yang terakhir ini menurut Sri Nurdiati perlu ditambahkan ke dalam empat keterampilan sebelumnya, sebab membuat seseorang mampu menyelesaikan masalah secara lebih sistematis dan terukur.
Computational Thinking
Keterampilan computational thinking sendiri adalah proses berpikir dalam memformulasikan masalah. Solusi atas masalah tersebut kemudian dapat direpresentasikan ke dalam tahapan-tahapan komputasional dan algoritma, baik secara manual ataupun dengan bantuan komputer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contoh sederhananya adalah dalam pengelolaan uang belanja rumah tangga agar penggunaannya lebih optimal. Maupun pembagian tugas dalam kepanitiaan agar penyelenggaraan acara dapat berjalan dengan sukses dan lancar," jelasnya, dikutip dari laman kampus.
Penerapan skill ini menurut Sri memiliki setidaknya empat teknik sebagai komponen penting. Pertama, proses dekomposisi atau pemecahan masalah ke submasalah yang lebih kecil agar lebih mudah dikelola.
Kedua, mengidentifikasi pola-pola yang sama. Ketiga, proses abstraksi, yakni memfokuskan pada informasi yang lebih penting.
Keempat, membuat algoritma atau langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah, lalu mengidentifikasi, menganalisis, dan mengimplementasikan berbagai solusi supaya mendapat kombinasi langkah-langkah yang efektif dan efisien.
Terakhir, dalam computational thinking dilakukan generalisasi dan transfer proses penyelesaian masalah agar bisa diterapkan untuk masalah yang lebih luas dan variatif.
"Seorang computational thinkers harus percaya diri untuk mampu menyelesaikan masalah yang kompleks, gigih dan tidak mudah menyerah bila dihadapkan dengan permasalahan kompleks," ungkap Sri.
Menurutnya, seseorang yang punya computational thinking skill lebih toleran dengan sesuatu yang sifatnya ambigu, memiliki kemampuan menangani masalah yang sifatnya open-ended, dan punya kemampuan untuk berkomunikasi dan bekerja dengan orang lain.
(nah/nwy)