Sejarah Pakaian Berkabung Keluarga Kerajaan Inggris yang Serba Hitam

ADVERTISEMENT

Sejarah Pakaian Berkabung Keluarga Kerajaan Inggris yang Serba Hitam

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 20 Sep 2022 12:00 WIB
Left to right: Queen Elizabeth, Queen Elizabeth the Queen Mother, widow of King George VI, and Queen Mary at London Kings Cross railway station for the arrival of the special train bringing the coffin of King George VI from Sandringham, 11th February 1952. The kings coffin will be drawn in procession to Westminster Hall, where it is to lie in state for three days before the funeral.
Sejarah pakaian berkabung anggota keluarga Kerajaan Inggris. Foto: Bettmann Archive/Bettmann
Jakarta -

Anggota keluarga Kerajaan Inggris memiliki aturan soal cara berpakaian dalam upacara pemakaman Ratu Elizabeth Senin (19/9/2022) kemarin.

Raja Charles III mengenakan seragam seremoni yang tersemat banyak medali dan membawa Field Marshal Baton yang diberikan oleh Ratu pada 2012. Lalu, Pangeran Edward, Putri Anne, dan Pangeran William mengenakan seragam militer dengan medali-medali.

Sementara itu, Pangeran Andrew dan Harry mengenakan pakaian sipil karena sudah tidak mempunyai tugas resmi kerajaan. Kemudian, para perempuan keluarga Kerajaan Inggris memakai gaun hitam dan topi formal, sedangkan laki-lakinya menggunakan mantel pagi berwarna hitam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peraturan berpakaian para anggota keluarga Kerajaan Inggris sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan sempat berubah seiring waktu. Lantas, bagaimana sejarahnya?

Sejarah Pakaian Berkabung Keluarga Kerajaan Inggris

Mengutip dari CNN Internasional, walaupun sejak lama hitam menjadi pilihan warna untuk berkabung, warna ini populer di kalangan orang kaya selama Abad Pertengahan. Pada akhirnya fenomena ini pun muncul di mana-mana sewaktu terjadi momen duka, pada abad ke-19.

ADVERTISEMENT

Menurut pengajar senior dari Falmouth University, Kate Strasdin, dalam periode tersebut pakaian hitam menjadi dress code di Amerika dan Eropa, khususnya untuk kalangan perempuan. Bahkan muncul department store modern di London dan Paris yang menyediakan berbagai kebutuhan pemakaman pada 1840-an.

Berdasarkan catatan pameran "Death Becomes Her: A Century of Mourning Attire", gaya berkabung seseorang tak hanya berfungsi sebagai simbol visual kesedihan. Melainkan juga menunjukkan status sosial, tingkat kepatutan, dan selera seseorang.

Meski demikian, warna hitam sempat pensiun sejenak sebagai pakaian duka pada 1938, setelah kematian nenek Ratu Elizabeth II. Pada waktu itu Ibu Suri memakai pakaian putih untuk menghormati kematian ibunya.

Konsep berkabung putih itu mengikuti Ratu Skotlandia, Maria, yang dilukis dalam balutan gaun berduka berwarna putih setelah dia kehilangan banyak anggota keluarganya pada abad ke-16.

Namun, dalam sejarah keluarga Kerajaan Inggris, tidak ada sosok yang lebih berpengaruh soal pakaian berkabung selain Ratu Victoria. Setelah kematian suaminya pada 1861, dia menggunakan pakaian hitam setiap hari selama empat dekade sampai kematiannya sendiri.

Pergeseran pakaian duka pun selanjutnya terjadi ketika menantu Victoria, Ratu Alexandra, kehilangan sang putra sulung. Ratu Alexandra memakai gaun setengah berkabung berwarna ungu muda, kuning pucat, dan abu-abu.

Pada akhirnya, tradisi pakaian berkabung yang panjang dan tidak praktis pun menjadi usang. Kendati begitu, pengaruh Ratu Victoria mulai dari warna dan aturan berpakaian yang kaku masih ada hingga masa berkabung Kerajaan Inggris era modern.




(nah/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads