Jalan Raya Anyer-Panarukan dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.
Daendels yang lahir di Hattem pada 21 Oktober 1762, memerintah kurang lebih 3 tahun antara 1808-1811. Ia merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36.
Marsekal Daendels diutus pemimpin Prancis, Napoleon Bonaparte yang saat itu menguasai Belanda. Tugas dari Napoleon adalah mempertahankan Jawa dari serangan Inggris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam rangka tugas tersebut, Daendels membangun jalan raya yang membentang sepanjang 1.100 km dari Anyer (Jawa Barat) hingga Panarukan (Jawa Timur).
Dalam Buku Sejarah Indonesia SMA Kelas XI Kurikulum 2013 oleh Kemendikbud, jalan ini juga bernama De Groote Postweg yang oleh masyarakat sering disebut dengan jalan Daendels atau Jalan Pos Anyer-Panarukan.
Tujuan Daendels membangun Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan adalah untuk memudahkan mobilisasi militer dan perekonomian di Pulau Jawa.
Daendels tidak bergerak sendiri, ia mendapat titah dari atasannya dan berusaha meniru usaha Napoleon Bonaparte.
Pada saat itu, Napoleon berhasil membangun jalan transnasional yang berpusat di Paris dan menggabungkan 27 kota terpenting di Eropa.
Menurut jurnal sejarah Paramita, berjudul Perkembangan Jalan Raya di Pantai Utara Jawa Tengah Sejak Mataram Islam Hingga Pemerintahan Daendels, luas jalan Anyer-Panarukan itu selebar 7,5 meter. Jalan raya dibatasi lapisan batu di dua sisi dan diberi tanda tonggak batu setiap 150 meter.
Pada jarak 15 km, 30 km dan paling jauh 60 km didirikan kota-kota untuk mencapai kota yang lebih besar berikutnya. Hal ini untuk menyesuaikan jarak tempuh kuda, yaitu sekitar 15 km. Setiap 15 km kuda tersebut akan istirahat atau diganti dengan kuda yang baru.
Pada setiap pemberhentian, kuda akan beristirahat dan digantikan yang baru. Kuda-kuda ini tersedia di sekitar alun-alun kota. Menurut situs Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Jawa Barat, Kota Sumedang, Majalengka, dan sebagainya adalah kota-kota tempat para kuda digantikan.
Tak hanya Sumedang, beberapa kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah juga dilewati oleh jalur tersebut. Di Jawa Barat, jalan Anyer-Panarukan melewati Bogor, Cianjur, Bandung, Cadas Pangeran, Majalengka, Cirebon dan Jawa Tengah. Di daerah Bandung sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Asia Afrika, Jalan A. Yani.
Dibalik jalurnya yang megah dan panjang, ada kisah pilu dari para pribumi yang membuat jalan raya Anyer-Panarukan. Para pekerja diberi upah 4 ringgit dengan kebijakan kerja paksa.
Dalam kurun waktu setahun, jalan Anyer-Panarukan selesai. Meski demikian, Banyak dari pekerja yang meninggal akibat kelelahan dan malaria.
(nir/pal)