Kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW menjadi kisah bersejarah yang penting bagi umat Islam, mengingat beliau adalah salah satu utusan yang membawa risalah Islam dari Allah SWT. Tidak mengherankan bila waktu kelahirannya juga diperingati sebagai hari besar Islam yakni Maulid Nabi.
Kapan Nabi Muhammad Lahir?
Informasi mengenai kapan Nabi Muhammad lahir dapat disandarkan pada keterangan dari sejumlah hadits. Salah satunya dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas,
وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، لِاثْنَتَيْ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيع الْأَوَّلِ، عَام الْفِيلِ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal dua belas di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awal, Tahun Gajah."
Berdasarkan hadits tersebut, Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 570 Masehi, tepatnya pada hari Senin, di Kota Makkah. Keterangan ini diperkuat oleh riwayat hadits lain dari Abu Qatadah yang mengutip sabda Rasulullah SAW.
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ
Artinya: "Itu adalah hari aku dilahirkan, diangkat menjadi Nabi, dan diturunkannya kepadaku Al Quran (pertama kali)," (HR Muslim).
Berdasarkan konversi sistem penanggalan dari Hijriah ke Masehi, tanggal 12 Rabiul Awal 1444 H bertepatan dengan Sabtu, 8 Oktober 2022. Dengan kata lain, bila dilihat dari penelusuran Google, tersisa 24 hari lagi sebelum peringatan Maulid Nabi 2022.
Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi 2022 ditetapkan sebagai hari libur nasional. Hal ini tertuang dalam ketetapan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri.
Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad terlahir dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang saudagar yang sering bepergian ke Negeri Syam, dan Aminah binti Wahab. Abdullah, ayah dari Rasulullah SAW, merupakan anak dari pemimpin suku Quraisy dan sangat dihormati di kalangan warga.
Sementara Aminah, merupakan pemimpin dari Bani Zuhrah. Menurut Sirah Nabawiyah oleh Abul Hasan al-Ali Hasani an-Nadwi, ibu Nabi Muhammad SAW adalah sosok wanita paling mulia dalam hal keturunan dan kedudukannya di kalangan suku Quraisy.
Namun, Abdullah meninggal dunia saat Aminah mengandung Nabi Muhammad SAW yang saat itu baru berusia 2 bulan. Sehingga Nabi Muhammad SAW terlahir sebagai seorang anak tanpa didampingi oleh ayahnya.
"Abdullah meninggal dunia, sedangkan Aminah, ibunda Rasulullah SAW, sedang mengandung beliau. Ketika itu, ia telah menyaksikan tanda-tanda dan jejak-jejak yang menunjukkan bahwa anaknya memiliki kemuliaan," tulis buku tersebut.
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir, Aminah pun segera mengutus seseorang untuk mengabarkan tentang kelahiran putranya kepada Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW. Mendengar hal itu, Abdul Muthalib lantas menyambutnya dengan gembira.
Kegembiraan tergambar ketika dikisahkan dari Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Hisyam, Abdul Muthalib membawa bayi Nabi Muhammad SAW ke Kakbah. Hal ini dilakukannya untuk berdoa sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Selang beberapa waktu, pihak keluarga Nabi Muhammad SAW pun hendak mencarikan ibu susuan untuknya. Kebiasaan menitipkan anak pada ibu susuan di desa ini menjadi hal lumrah bagi masyarakat Arab pada zaman dulu. Hal ini bertujuan agar anak-anaknya tumbuh di lingkungan pedesaan yang udaranya masih bersih dan berada di lingkungan dengan bahasa Arab yang fasih.
"Agar anak dapat berbicara bahasa yang asli, bahasa Arab Kaum Badwi sejati, bahasa yang belum rusak karena belum dipengaruhi bahasa asing. Dengan demikian, anak dapat bertutur kata dengan bahasa Arab yang baik dan dialek Arab yang asli serta fasih," tulis Moenawar Khalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad.
Kakek Rasulullah SAW kemudian menyerahkan bayi Muhammad kepada salah seorang ibu susuan dari Bani Sa'ad bin Bakar. Ibu susuannya bernama Halimah binti Abi Dzuaib.
Saat itu, Halimah dan rombongannya tengah pergi ke Mekah. Di sana, mereka kemudian ditawari untuk menyusui bayi Muhammad.
Namun, rombongan Halimah menolak tawaran tersebut. Mereka beralasan bahwa Muhammad saat itu adalah seorang anak yatim, sementara mereka membutuhkan imbalan dari ayah sang bayi.
Di tengah-tengah kelompok yang menolak, hanya Halimah yang bersedia dan bersikeras untuk menyusui bayi Muhammad. Hingga ia dan suaminya berhasil membawa sang bayi pulang. Nabi Muhammad SAW kecil pun tinggal bersama ibu susunya tersebut selama empat tahun.
(rah/kri)