Bareskrim Polri memeriksa sejumlah tersangka kasus pembunuhan Brigadir J atau Brigadir Yoshua dengan lie detector atau alat pendeteksi kebohongan.
Per Rabu (7/9/2022), yang sudah diperiksa dengan lie detector yaitu polisi Bharada Richard Eliezer (RE), Bripka Ricky Rizal (RR), dan Kuat Ma'ruf (KM) dan sementara dinyatakan jujur atau no deception indicated saat diperiksa.
Lie detector test juga dijadwalkan untuk ke Putri Candrawathi, istri Ferdy Sambo, dan asisten rumah tangganya yang bernama Susi. Pemeriksaan Ferdy Sambo sendiri dijadwalkan pada Kamis (8/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
American Psychology Association (APA) menjelaskan, yang disebut lie detector atau pendeteksi kebohongan adalah tes dan analisis respons fisiologis terhadap serangkaian pertanyaan yang terstruktur, tetapi tidak standar.
Lie detector sendiri merupakan bahasa populer yang digunakan untuk menyebut tes poligraf.
Cara Kerja Lie Detector Test di Tes Poligraf
1. Penilaian Indikator Pernafasan hingga Tekanan Darah
Instrumen tes poligraf terdiri dari perekam fisiologis yang menilai tiga indikator gairah otonom, yaitu detak jantung atau tekanan darah, pernapasan, dan konduktivitas kulit. Pencatatannya menggunakan sistem terkomputerisasi.
Laju dan kedalaman pernapasan diukur dengan alat pneumograf. Alatnya dililitkan di sekitar dada subjek yang dites. Sementara itu, aktivitas kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dinilai dengan manset tekanan darah.
Konduktivitas kulit adalah perubahan panas dan listrik oleh saraf dan keringat melalui kulit. Konduktivitas kulit diukur melalui elektroda yang dipasang pada ujung jari subjek.
2. Perekaman dan Tanya Jawab
Pengecekan sesuai indikator dilakukan saat pelaksana tes merekam dan melakukan teknik tanya jawab. Di tahap ini, ada fase pretes yang berisi penjelasan teknik dan peninjauan pertanyaan tes.
Wawancara pretes dibuat untuk memastikan bahwa subjek memahami pertanyaan dan risiko bila menyatakan hal-hal menipu. Tes poligraf juga melibatkan "tes stimulasi", yaitu demonstrasi keakuratan instrumen dalam mendeteksi penipuan.
Salah satu teknik bertanya yang umum digunakan dalam tes poligraf dalam investigasi insiden kriminal adalah Control Question Test (CQT). CQT membandingkan tanggapan subjek terhadap pertanyaan "relevan dengan pertanyaan kontrol.
Contoh pertanyaan relevan yaitu "Apakah Anda menembak [nama korban]?" Sementara itu, pertanyaan "kontrol" berisi pertanyaan yang mengontrol efek pertanyaan relevan--yang umumnya mengancam.
Pertanyaan kontrol umumnya menyoal perbuatan buruk yang sebentuk dengan yang sedang diselidiki, tetapi merujuk pada masa lalu subjek yang cukup luas. Contoh pertanyaan kontrol yaitu "Apakah Anda pernah mengkhianati orang yang memercayai Anda?"
Seseorang yang mengatakan kebenaran dianggap akan lebih takut pada pertanyaan-pertanyaan kontrol daripada pertanyaan-pertanyaan relevan. Sebab, pertanyaan kontrol dibuat untuk meningkatkan perhatian subjek atas kebenaran di masa lalu hidupnya.
Pola respons fisiologis yang lebih besar atas pertanyaan-pertanyaan relevan ketimbang pertanyaan kontrol mengarah pada diagnosis "kebohongan." Sementara itu, respons fisiologis yang lebih besar atas pertanyaan-pertanyaan kontrol mengarah pada diagnosis "jujur." Namun, hasil tes "tidak meyakinkan" dapat muncul jika tidak ada perbedaan pola antara respons fisiologis terhadap pertanyaan kontrol dan relevan.
3.Guilty Knowledge Test
Prosedur poligraf alternatif yang dapat diterapkan yaitu Guilty Knowledge Test (GKT). GKT berupa tes pilihan ganda dengan item pengetahuan yang hanya dapat dimiliki oleh subjek yang bersalah. Tes tersangka pencurian misalnya, mencakup pertanyaan seperti "Apakah yang dicuri Rp 500 ribu, Rp 1.000.000, atau Rp 1.200.000?"
Berdasarkan prinsip tersangka tahu jawaban paling benar, reaksi fisiologis yang lebih besar terhadap pilihan yang benar akan menunjukkan "kebohongan" atau "bersalah".
Salah satu batasan GKT adalah GKT hanya dapat digunakan jika penyidik memiliki informasi yang hanya diketahui oleh subjek yang bersalah. Penafsiran "tidak ada penipuan" juga dapat menjadi batasan tes ini.
Apakah Lie Detector Test Akurat?
Lie detector test dapat bekerja. Namun, apakah kinerja lie detector test akurat? Berdasarkan estimasi American Polygraph Association, akurasi tes poligraf mencapai 87 persen untuk menilai apakah seseorang berbohong atau jujur, seperti dikutip dari Psychology Today.
Sementara itu, para National Academy of Sciences AS mengklaim bahwa akurasinya baru mendekati 75 persen sehingga hasil tes poligraf atau lie detector test sebaiknya tidak digunakan sebagai bukti dalam proses hukum di kasus kriminal.
APA mengatakan, akurasi lie detector test masih kontroversial. Sebab, tidak ada bukti bahwa pola reaksi fisiologis apapun bisa mendeteksi kebohongan. Orang jujur dapat menjadi nervous saat menjawab jujur, sementara pelaku bisa tenang menjawab dengan kebohongan.
(twu/kri)