Empat kota di Indonesia masuk dalam daftar jaringan kota kreatif UNESCO menurut data terbaru saat ini. Keempatnya tersebar di wilayah Jawa dan luar Jawa.
UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) adalah badan khusus PBB yang bertugas pada bidang pendidikan dan kebudayaan. Badan ini mewadahi kota kreatif melalui Creative Cities Network.
Creative Cities Network adalah komunitas kota kreatif di dunia. UNESCO menghimpun negara-negara yang dinilai berkontribusi secara aktif dalam kebudayaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seleksi yang dilewati juga sangat ketat. Melansir dari situs resmi Creative Cities Network UNESCO, Jumat (2/9/2022), setiap negara hanya bisa mengajukan dua kota dalam seleksi setiap tahunnya. Kemudian UNESCO akan mengevaluasi setiap kota yang diajukan dengan dewan khusus sebelum menetapkan sebagai kota kreatif dunia.
Indonesia sendiri memiliki empat kota yang terdaftar dalam Creative Cities Network. Selain ibu kota DKI Jakarta, Bandung, Ambon, dan Pekalongan, berhasil menjadi kota kreatif UNESCO.
Apa yang membuat mereka terpilih menjadi kota kreatif di dunia versi UNESCO? simak penjelasan di bawah ini.
1. Pekalongan
Pekalongan juga dikenal sebagai "Kota Batik". Julukan ini bukan tanpa alasan. Kerajinan tangan, seperti batik tulis dan batik cap tangan, merupakan sumber utama perekonomian Pekalongan.
Seni, budaya dan ekonomi, serta desain dan produksi batik merupakan bagian penting dari identitas Pekalongan. Terintegrasi ke dalam sistem pendidikan, budaya batik diajarkan di bangku sekolah. terintegrasi dengan baik ke dalam rencana pengembangan ekonomi kreatif kota.
Anggota Creative Cities Network UNESCO sejak: 2014
2. Bandung
Kota Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat di Indonesia merupakan pusat kreativitas dan kewirausahaan yang inovatif. Dengan banyak inisiatif yang didorong oleh pemuda Bandung, Bandung rajin mengadakan berbagai lokakarya, konferensi, dan festival.
Dalam situs UNESCO disebutkan bahwa 56 persen kegiatan ekonomi Bandung bersumber dari fashion, desain grafis, dan media digital. Selain itu, ada delapan kelurahan di Bandung yang ditetapkan sebagai desa kreatif.
Anggota Creative Cities Network UNESCO sejak: 2015
3. Ambon
Bagi 394.415 penduduk di kota Ambon, musik bukan hanya sumber hiburan, tetapi juga gaya hidup. Musik menemani penduduk kota Ambon dalam kegiatan sehari-hari dan sering menjadi pusat dalam perayaan.
Hampir 90% masyarakat Ambon dapat bernyanyi secara profesional. Di samping pariwisata, musik adalah sumber utama lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi Ambon, menyumbang lebih dari Rp 10 miliar bagi perekonomian kota setiap tahunnya.
Dengan budaya musik yang mengakar, banyak musisi seperti gitaris maupun rapper yang lahir di kota ini. Dengan para seniman berbakat, Ambon mempromosikan musiknya di skala nasional dan internasional melalui acara-acara seperti Konferensi Musik Indonesia, Simposium Musik Nasional dan Konvensi Musik Internasional Amboina.
Anggota Creative Cities Network UNESCO sejak: 2019
4. Jakarta
Jakarta adalah rumah bagi industri kreatif Indonesia. Berdasarkan Peraturan Presiden tahun 2015, industri kreatif Indonesia memiliki 16 sektor. Salah satunya adalah industri penerbitan.
Jakarta telah diakui sebagai pusat kreatif utama untuk industri penerbitan di Indonesia, menurut Penilaian Independen Kota/Kabupaten Kreatif di Indonesia (PMK3I) yang ditugaskan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Pada tahun 2020, 60 persen penerbit Indonesia berbasis di Jakarta; sementara kota juga menyumbang 25% dari koleksi digital negara. Tempat tinggal Taman Ismail Marzuki (TIM), Perpustakaan Nasional Indonesia dan Balai Pustaka, Jakarta juga menjadi basis para penulis terkenal seperti Eka Kurniawan, Goenawan Mohamad, Ayu Utami, Leila Chudori, Laksmi Pamuntjak, Okky Madasari, Dee Lestari dan Pramoedya.
Anggota Creative Cities Network sejak: 2021
Nah, itulah empat kota di Indonesia yang tergabung dalam jaringan kota kreatif UNESCO. Ada kotamu, detikers?
(nir/kri)