Kisah Sahabat Nabi Mencium Bau Surga di Gunung Uhud

ADVERTISEMENT

Kisah Sahabat Nabi Mencium Bau Surga di Gunung Uhud

Kristina - detikEdu
Rabu, 31 Agu 2022 05:00 WIB
Jabal Uhud atau Gunung Uhud di pinggiran Kota Madinah, tempat kaum muslim berperang melawan kaum Quraisy
Gunung Uhud di pinggiran Kota Madinah. Foto: Triono Wahyu S/detikcom
Jakarta -

Perang Uhud menyimpan sejumlah kisah. Salah seorang sahabat nabi, Anas bin Nadhr, sempat mencium bau surga di Gunung Uhud dalam peperangan melawan pasukan Quraisy tersebut.

Kisah ini diceritakan Ridwan Abqary dalam buku 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Quran. Dikisahkan, Perang Uhud melibatkan tiga ribu pasukan Quraisy dan 700 kaum muslimin. Saat itu pasukan Rasulullah SAW dalam posisi terdesak.

Setelah berpura-pura kalah dalam perang dan melarikan diri, kaum Quraisy ternyata kembali ke medan perang dan menyerang kaum muslimin yang sedang lengah. Sebelumnya, Rasulullah SAW sudah memperingatkan tentaranya untuk bertahan di atas gunung dan berjaga bila sewaktu-waktu pasukan Quraisy kembali lagi dengan kekuatan yang lebih besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, sebagian besar kaum muslimin tidak mematuhi perintah Rasulullah SAW tersebut dan mereka turun gunung lalu bersukaria mengumpulkan barang rampasan perang yang ditinggalkan kaum Quraisy.

Pada posisi lengah tersebut kaum Quraisy kembali lagi dan menyerang. Mereka mengepung dan melancarkan serangan dengan membabi buta. Jumlah kaum Quraisy yang cukup banyak membuat tentara muslimin lari kocar-kacir.

ADVERTISEMENT

Semangat kaum muslimin pun surut ketika mendengar berita bohong kaum Quraisy yang menyebut bahwa Rasulullah SAW telah terbunuh. Mereka memilih berlari untuk menyelamatkan diri.

Salah seorang sahabat yang gagah dan berani, Anas bin Nadhr ikut berjuang dalam perang tersebut. Ketika melihat kaum muslimin berlarian meninggalkan medan perang, ia justru berlari menyongsong kaum kafir dan membangkitkan kembali semangat untuk menegakkan Islam.

"Kalau memang Rasulullah sudah wafat, tidak ada gunanya lagi kita hidup. Mengapa kita tidak ikut meninggal saja bersama beliau?" teriak Anas penuh semangat. "Rasulullah sudah berkorban demi perjuangannya membela kebenaran, mengapa kita harus takut mati?" lanjutnya.

Dengan berbekal pedang di tangannya, Anas menghadapi kaum Quraisy tanpa rasa takut. Dia menyerahkan hidup dan matinya hanya kepada Allah SWT.

Serangan Anas semakin membabi buta. Kilatan pedangnya mulai menari-nari mencari mangsa yang ingin merasakan tusukan pedangnya yang sangat tajam.

Sesaat kemudian, ia berpapasan dengan Sa'ad bin Mu'az. "Mau ke mana, wahai Anas?" tanya Sa'ad yang melihat Anas terus bergerak menyerang kaum Quraisy yang semakin bertambah banyak.

"Wahai Sa'ad, aku mencium bau surga dari Gunung Uhud!" jawab Anas sambil tetap melangkah tanpa gentar sekalipun.

Anas bin Nadhr berjuang sampai titik darah penghabisan. Sebelum nyawanya meninggalkan raganya, ia tetap menebaskan pedangnya ke semua musuhnya tanpa peduli kepungan kaum Quraisy padanya.

Ia merasakan goresan pedang yang tajam menyentuh kulitnya. Darahnya pun bercucuran di sejumlah bagian tubuhnya. Namun, rasa sakit itu tak menghentikan ayunan pedang Anas untuk membalas dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Ia sempat bersumpah tidak akan menyerah.

Lambat laun ia merasakan tubuhnya semakin lemah dan bersimbah darah. Hingga akhirnya ia tidak sanggup menahan tubuhnya lalu ambruk di tengah kepungan kaum Quraisy. Sahabat yang mencium bau surga ini akhirnya wafat sebagai syahid dengan delapan luka tusuk di sekujur tubuhnya.




(kri/lus)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads