Mengenal Cut Meutia, Satu-satunya Pahlawan Wanita dalam Uang Baru 2022

ADVERTISEMENT

Mengenal Cut Meutia, Satu-satunya Pahlawan Wanita dalam Uang Baru 2022

Devi Setya - detikEdu
Sabtu, 20 Agu 2022 16:00 WIB
Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah meluncurkan uang rupiah kertas tahun emisi (TE) 2022. Ada 7 uang pecahan yang secara resmi diedarkan, Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2000, dan Rp 1000. Berikut ini tampak depan dan belakang uang rupiah baru 2022, dikutip dari laman resmi Bank Indonesia.
Foto Cut Meutia dalam Uang Baru 2022 Foto: Dok Bank Indonesia
Jakarta -

Ada delapan pahlawan Indonesia yang tercetak dalam tujuh uang baru 2022 yang baru saja diluncurkan Bank Indonesia. Cut Meutia atau Tjut Meutia menjadi satu-satunya sosok pahlawan wanita yang wajahnya diabadikan lewat uang baru 2022 untuk pecahan Rp 1.000.

Pemerintah melalui Bank Indonesia meluncurkan 7 uang baru 2022 pada 18 Agustus 2018. Tujuh uang baru ini terdiri dari pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, Rp 20 ribu, Rp 10 ribu, Rp 5 ribu, Rp 2 ribu, dan seribu rupiah.

Terdapat delapan sosok pahlawan yang tercetak dalam uang baru 2022, yakni Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, Djuanda Kartawidjaja, GSSJ Ratulangi, Frans Kaisiepo, KH Idham Chalid, Mohammad Hoesni Thamrin, dan Cut Meutia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di antara delapan pahlawan ini, Cut Meutia menjadi satu-satunya pahlawan wanita. Cut Meutia tergambar di uang pecahan Rp 1.000 yang berukuran 121 mm x 65 mm.

Uang kertas tersebut bernuansa hijau. Sementara sisi belakang uang Rp 1.000 bergambar Tari Tifa, pemandangan alam Banda Neira, dan bunga anggrek larat.

ADVERTISEMENT

Pahlawan Wanita Asal Aceh

Cut Meutia yang memiliki nama lengkap Cut Nyak Meutia ini ialah satu pahlawan wanita asal Aceh yang terkenal. Cut Meutia dilahirkan di Keureutoe, Pirak (Perlak), Aceh Utara, pada tahun 1870.

Dikutip dari buku Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap oleh Mirnawati dijelaskan Cut Meutia merupakan anak perempuan satu-satunya yang lahir dari pasangan Teuku Ben Daud Pirak dan Cut Jah.

Cut Meutia memiliki empat saudara laki-laki. Sebagai anak perempuan satu-satunya, Cut Meutia tidaklah manja.

Ayah Cut Meutia adalah seorang ulama dan pemimpin pemerintahan di daerah Pirak pada masanya. Masa kecil Cut Meutia diliputi suasana penjajahan yang mencekam dan menakutkan. Hal inilah yang kemudian membuat Cut Meutia tumbuh sebagai perempuan yang tangguh.

Cut Meutia dikenal sebagai wanita yang pantang menyerah. Ia rela melakukan perlawanan dengan Belanda melalui berbagai cara.

Karena kegigihannya, Cut Meutia bahkan berkali-kali diburu pasukan Belanda yang memburunya hingga ke hutan.

Berjuang Bersama Suami

Dilansir dari DJKN Kemenkeu disebutkan selama hidupnya, Cut Cut Meutia pernah menikah sebanyak tiga kali. Suami pertamanya adalah Teuku Syamsarif yang lebih dikenal dengan nama Teuku Chik Bintara.

Menjalani hubungan dengan Teuku Chik Bintara tidak berjalan mulus lantaran adanya perbedaan visi dalam perjuangan melawan penjajah. Cut Meutia menganggap suaminya bekerjasama dengan Belanda pada waktu itu.

Kemudian Cut Meutia kembali menikah dengan Teuku Chik Muhammad atau yang lebih dikenal sebagai Teuku Chik Tunong.

Keduanya kompak melawan Belanda sampai akhirnya Teuku Chik Tunong meninggal karena dieksekusi oleh Belanda di tepi laut kota Lhokseumawe.

Sesuai wasiat sang suami, Cut Meutia kembali menikah dengan Pang Nanggroe yang tak lain adalah sahabat dari Chik Tunong. Bersama suami ketiganya ini akhirnya mereka melanjutkan perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Pang Nanggroe akhirnya tewas dalam pertempuran dengan Belanda pada 26 September 1910. Meskipun tanpa didampingi sang suami, perjuangan Cut Meutia terus berlanjut.

Dia bersama anaknya harus hidup berpindah-pindah tempat agar tidak tertangkap oleh Belanda. Cut Meutia terus bersemangat melawan Belanda.

Kurang lebih satu bulan sepeninggal sang suami, tepatnya pada 24 Oktober 1910, Cut Meutia bersama pasukannya bentrok dengan pasukan Belanda.

Di sinilah Cut Meutia tewas dengan luka tembak yang bersumber dari peluru pasukan Belanda. Cut Meutia meninggal di Alue Kurieng dan dimakamkan di Gunung Lipeh.

Dikenang Lewat uang rupiah, Masjid dan Nama Jalan

Banyak hal yang dibuat untuk mengenang jasa Cut Meutia sebagai pahlawan Indonesia. Di desa kelahirannya, terdapat Rumah Cut Meutia. Tepatnya di Desa Masjid Pirak, Kecamatan Matang Kuli, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.

Di halaman rumah yang asri ini terdapat satu Monumen Cut Meutia sedang menggenggam pedang. Monumen ini memang sengaja dibuat untuk menggambarkan sosok Cut Meutia yang lihai menggunakan pedang.

Tak hanya itu, Cut Meutia juga diabadikan lewat nama sebuah Masjid di Jakarta Pusat serta nama jalan di berbagai tempat.

Nama dan wajah pahlawan wanita nasional asal Aceh ini juga turut diabadikan oleh Bank Indonesia di dalam uang kertas pecahan Rp1.000 sejak tahun 2016 lalu.




(dvs/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads