Perilaku bullying atau perundungan adalah bentuk sikap agresif ketika seseorang secara sengaja dan berulang menyebabkan orang lain terluka atau merasa tidak nyaman. Perilaku ini bisa dalam bentuk fisik, kata-kata atau verbal, atau bahkan sikap lain yang tidak terlalu tampak.
Dikatakan dalam laman American Psychological Association (APA), korban bully tidak melakukan hal apa pun yang menyebabkan dirinya di-bully dan kerap kesulitan melindungi diri sendiri.
Akan tetapi, korban bullying memiliki ciri-ciri yang dapat dikenali oleh orang sekitar. Ciri-ciri ini perlu dicermati agar tidak ada perundungan serupa yang terjadi seperti pada anak SD berusia 11 tahun di Tasikmalaya baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, apa saja tanda-tanda anak yang mengalami bullying? Orang tua wajib perhatikan, ya!
Ciri-Ciri Anak Mengalami Bullying
Mengutip dari National Centre Against Bullying Australia, anak yang dirundung akan merasa tidak aman di sekolahnya dan merasa sedih ketika di rumah. Ini dia tanda-tandanya:
1. Perubahan pola tidur
2. Perubahan pola makan
3. Gangguan mood
4. Kerap menangis atau marah
5. Merasa sakit di pagi hari
6. Menarik diri
7. Bertindak agresif atau bersikap tidak beralasan
8. Menolak mengungkapkan masalahnya
9. Mulai menyerang saudaranya sendiri
10. Terus-terusan kehilangan uang atau mulai mencuri
11. Terdapat banyak luka atau memar yang tidak diungkapkan
12. Pulang ke rumah dalam keadaan barang atau bajunya ada yang hilang atau rusak
13. Pulang ke rumah dalam keadaan lapar
14. Tidak ingin pergi ke sekolah
15. Mengubah rute ke sekolah atau takut ke sekolah
16. Tidak ingin ke sekolah menggunakan alat transportasi umum
17. Nilai-nilai sekolahnya mulai anjlok
18. Kerap sendirian atau tidak memiliki teman di sekolah
19. Sering menjadi target ejekan
20. Tidak dapat berkomunikasi dengan baik di kelas dan terlihat rendah diri atau ketakutan.
Penyebab anak yang di-bully enggan bercerita kepada orang tua >>>
Selanjutnya, dalam laman Bullying Free New Zealand, anak yang mengalami perundungan bisa enggan mengungkapkannya kepada orang terdekat. Terlebih, pengalaman ini bukan sesuatu yang mudah untuk dibicarakan.
Namun, konselor Nicole Macquet membagikan beberapa alasan kenapa anak yang mengalami bullying tidak mau menceritakan apa yang dialaminya.
Alasan Anak yang Di-Bully Tidak Mau Bercerita
1. Tidak ingin dicap pengadu
Kebanyakan anak yang menjadi korban bullying hanya ingin apa yang dialaminya ini berhenti, tetapi mereka tidak ingin dicap sebagai tukang mengadu. Bagi mereka, bercerita malah memberikan alasan lain untuk tetap mendapat perundungan.
Orang tua atau orang dewasa dapat membantu mereka untuk memahami perbedaan antara mengadu dan bercerita terlebih dahulu, lalu meyakinkan bahwa bercerita adalah langkah pertama untuk merasa lebih baik sekaligus menghentikan bullying.
2. Takut bahwa orang tua akan mencampuri dan membuat segalanya lebih buruk
Perlu diketahui, ketika orang tua langsung menghadapi keluarga pelaku bullying, hal ini justru bisa lebih menegaskan ketakutan si anak. Lebih baik tidak bereaksi terlalu cepat agar tidak merusak kepercayaan dan komunikasi.
3. Takut akan merasa lebih malu saat bercerita
Perundungan mampu membuat seseorang merasa tidak berdaya dan hina. Bercerita kepada orang tua bisa memunculkan rasa malu itu kembali. Selain itu, anak-anak juga cemas seandainya orang tua mereka justru malah meremehkan mereka.
Anak remaja juga khususnya seringkali ingin menetapkan batasan antara pergaulan dan lingkungan rumah. Mereka bisa saja ingin mengatasinya sendirian agar kembali merasa memiliki kendali.
Itulah beberapa ciri anak yang mengalami bullying dan beberapa faktor yang membuat mereka enggan bercerita kepada orang tua.
(nah/twu)