Pada suatu ketika Jibril mendatangi Rasulullah SAW dalam wujud manusia. Dia kemudian menanyakan tentang iman, Islam, dan ihsan kepada kekasih Allah tersebut dengan disaksikan para sahabat.
Hadits mengenai iman, Islam, dan ihsan ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Ketiga hal ini juga dijelaskan oleh Imam Al Ghazali dalam kitabnya.
Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan
Iman secara bahasa artinya membenarkan. Taofik Yusmansyah mengatakan dalam buku Aqidah Akhlaq, jumhur ulama mendefinisikan iman adalah membenarkan dalam hati, dan mengikrarkan dengan ucapan dan mengamalkannya dengan anggota badan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun, Islam diartikan sebagai ketundukan (taslim), kepasrahan, menerima, tidak menolak, tidak membantah, dan tidak membangkang. Dalam definisi lain Islam dapat diartikan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
Sementara itu, ihsan secara bahasa artinya kebaikan. Dalam hal ini, ilmuwan abad pertengahan, Al-Raghib al-Asfahani, menjelaskan bahwa ihsan lebih tinggi dari keadilan (keseimbangan antara memberi dan mengambil).
Ihsan dapat dikatakan sebagai sifat yang menjadikan pemiliknya memperlakukan orang lain dengan baik meskipun orang tersebut memperlakukannya dengan buruk.
Hadits tentang Iman, Islam, dan Ihsan
Hadits tentang iman, Islam, dan ihsan diriwayatkan oleh Umar RA. Dia berkata, "Ketika kami berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak di hadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya.
Lalu, dia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya di atas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata, 'Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam!'
Rasulullah menjawab, 'Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan salat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.'
Orang itu berkata, 'Engkau benar.' Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, 'Beritahukan kepadaku tentang iman!'
Rasulullah menjawab, 'Engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan-Nya, kepada hari kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
Orang tadi berkata, 'Engkau benar.' Orang itu berkata lagi, 'Beritahukan kepadaku tentang ihsan!'
Rasulullah menjawab, 'Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.'
Orang itu berkata lagi, 'Beritahukan kepadaku tentang kiamat!'
Rasulullah menjawab, 'Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." Selanjutnya orang itu berkata lagi, 'Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!'
Rasulullah menjawab, 'Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan putrinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lombalah mendirikan bangunan.'
Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, 'Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?' Saya menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.'
Rasulullah berkata, 'Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu," (HR Muslim)
Hadits serupa dengan redaksi yang berbeda tentang iman, Islam, dan ihsan juga terdapat dalam riwayat Bukhari. Hadits ini bersumber dari Abu Hurairah RA. Ia berkata,
"Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, maka datanglah malaikat Jibril (dalam rupa seorang laki-laki) dan bertanya, apa iman itu? Nabi menjawab: engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, utusan-utusan-Nya, dan hari kebangkitan. Kemudian ia bertanya lagi, apa Islam itu? Nabi menjawab: engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, engkau mendirikan salat, menunaikan zakat, saum di bulan Ramadan dan menunaikan ibadah haji. Kemudian ia bertanya lagi, apa ihsan itu? Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya Allah melihatmu," (HR Bukhari).
Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan
Masih dalam buku yang sama, Taofik Yusmansyah menjelaskan bahwa iman dapat dipandang sebagai pembenaran batiniyah bahwa Allah SWT adalah zat yang tidak ada bandingannya, sedangkan Islam dipandang sebagai ketundukan lahir dengan melaksanakan rukun yang lima.
Adapun, ihsan adalah hasil akhir atau implikasi dari proses keimanan dan keislaman seseorang. Dalam hal ini, ihsan lahir dari keyakinan dan ketundukan bahwa segala motivasi hanya karena Allah SWT semata.
Sementara itu, H. Masan dalam buku Pendidikan Agama Islam menyebut hukuman antara iman, Islam dan ihsan layaknya segitiga sama sisi. Antara sisi satu dan lainnya memiliki hubungan yang sangat erat. Ia mengibaratkan takwa sebagai segitiga sama sisi, yang masing-masing sisinya terdiri dari iman, Islam, dan ihsan.
(kri/erd)