Saat ini planet Bumi menampung kira-kira 8 miliar manusia. Apabila dibandingkan dengan 300 ribu tahun yang lalu ketika Homo Sapiens pertama-tama muncul, total populasinya jauh berbeda. Waktu itu hanya ada sekitar 100 sampai 10 ribu orang.
Kepala Laboratorium Populasi di Rockefeller University dan Columbia University, Joel E. Cohen seperti dikutip dari Live Science mengatakan, dibutuhkan sekitar 35 ribu tahun untuk memperbanyak jumlah manusia.
Setelah penemuan teknologi pertanian antara 15 ribu dan 10 ribu tahun lampau, dibutuhkan waktu 1.500 tahun agar populasi umat manusia bisa bertambah berkali lipat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, pada abad ke-16, waktu yang diperlukan untuk menambah jumlah umat manusia menjadi 300 tahun. Pada abad ke-19, waktu yang dibutuhkan malah hanya menjadi 130 tahun saja.
Lantas menjadi timbul pertanyaan, apakah ada jumlah maksimal umat manusia yang bisa ditampung oleh Bumi ini?
Jumlah Maksimal Umat Manusia di Bumi
Selama lebih dari 40 tahun meneliti, Kepala Laboratorium Populasi di Rockefeller University dan Columbia University tersebut telah mengumpulkan 65 hipotesis, mulai dari 1 miliar sampai 1 triliun orang.
Cohen mengatakan kepada Live Science bahwa dalam suatu habitat, sebuah populasi bisa tetap stabil jika rasio kelahiran dan kematian berimbang.
Kendati begitu, perubahan lingkungan seperti polusi dan penyakit, bisa menurunkan kemampuan sebuah habitat untuk menampung populasi. Dia menyampaikan, ketika membicarakan soal populasi manusia, kemampuan Bumi dalam menampung bergantung pada kendala lingkungan dan pilihan-pilihan yang dibuat manusia.
Kendala lingkungan sebagai contoh adalah kelangkaan pangan dan lingkungan yang tidak ramah. Kemudian, yang dimaksud dengan pilihan manusia dapat mencakup interaksi antara ekonomi dan budaya seperti bagaimana produksi dan konsumsi barang, tingkat kelahiran, migrasi, dan lainnya.
Pendapat lain juga sempat diutarakan oleh Patrick Gerland dari Divisi Populasi PBB.
"Jika ada rasio dua anak per pasangan, maka populasi akan lebih stabil, tapi bisa juga tidak. Namun, ketika jumlah anak kurang dari dua hingga ke generasi selanjutnya, maka populasi akan menyusut," ujarnya.
"Jika jumlahnya di atas itu dan sebagian besar orang bisa bertahan hidup, maka populasi akan tumbuh," tambahnya.
Sementara, banyak negara berpendapatan rendah punya tingkat kelahiran yang tinggi dan jumlah anggota keluarga yang besar, meski tingkat kematian bayinya juga tinggi dan harapan hidupnya juga rendah.
"Semakin banyak negara yang ketika mereka mencapai tahap tertentu perkembangan budaya sosial ekonomi, (masyarakatnya) malah cenderung memiliki dua anak per pasangan atau bahkan kurang dari itu," ucapnya.
Artinya, walau akses kesehatan dan harapan hidup meningkat, angka kelahiran justru menurun.
Populasi global sendiri mengalami puncaknya pada 1960-an dan melambat sejak itu. Berdasarkan data Divisi Populasi PBB, pada 1950 tingkat kelahiran bayi adalah 5,05 per wanita, sedangkan pada 2020 turun menjadi 2,44 per wanita.
Baca juga: Potensi Bahaya Puing-puing Batuan Dekat Bumi |
Populasi dunia diproyeksikan mencapai 10,4 miliar orang pada 2080-an dan tetap di sekitar angka tersebut sampai 2100. Walau begitu, Gerland juga menegaskan bahwa semakin jauh para ahli demografi melihat ke masa depan, prediksi mereka menjadi makin spekulatif dan tidak pasti.
Jumlah maksimal manusia yang dapat ditampung oleh Bumi memang tidak dapat dipastikan. Namun, cara manusia memproduksi dan mengonsumsi sumber daya alam turut mempengaruhi bagaimana alam mampu menopang populasi kita di masa depan.
Misalnya, sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan jika masyarakat di Amerika Serikat mengganti gaya hidup menjadi vegetarian, maka lahan yang bisa dimanfaatkan untuk menanam bahan makanan ketimbang memberi makan hewan ternak, bisa memberi makan 350 juta orang Amerika lebih banyak.
(nah/pal)