Umat Islam akan merayakan Idul Adha setiap tanggal 10 Zulhijah. Hal ini diwujudkan dengan penyembelihan hewan kurban setelah salat hari raya.
Penyembelihan hewan kurban ini diterangkan dalam sebuah riwayat Imam Bukhari. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa menyembelih hewan kurban sebelum salat (Idul Adha) maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri, dan barang siapa menyembelih kurban sesudah salat (Idul Adha) dan dua khutbahnya, sesungguhnya ia telah menyempurnakan ibadahnya, dan ia telah menjalani aturan Islam."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, hewan kurban juga dapat disembelih pada hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Rasulullah SAW bersabda, "Semua hari Tasyrik adalah waktu menyembelih kurban," (HR Ahmad).
Sejarah Idul Adha Berawal dari Kisah Nabi Ibrahim dan Putranya
Sejarah Idul Adha bermula dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang menjalankan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail AS. Hal ini bersandar pada suatu kisah yang terdapat dalam Al-Qur'an.
Ayat yang menerangkan tentang hal ini adalah firman-Nya dalam surah As Saffat ayat 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ١٠٢
Artinya: "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan, anak yang dimaksud adalah Nabi Ismail AS, yang lebih tua daripada Nabi Ishaq AS. Ini merupakan kesepakatan kaum muslim dan kaum Ahli Kitab.
"Bahkan di dalam nas kitab-kitab mereka disebutkan bahwa ketika Ibrahim AS mempunyai anak Ismail, ia berusia delapan puluh enam tahun. Dan ketika beliau mempunyai anak Ishaq, usia beliau sembilan puluh sembilan tahun," jelas Ibnu Katsir.
Diceritakan pada suatu malam, Nabi Ibrahim AS bermimpi untuk menyembelih putranya, Ismail, ketia ia (Ismail) telah sampai pada usia sanggup bekerja bersama Ibrahim AS. Ubaid ibnu Umair mengatakan bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Hadits yang menyatakan hal ini terdapat dalam kitab-kitab Sittah.
Disebutkan dalam sebuah riwayat yang berasal dari Ibnu Abbas RA, Mujahid, Ikrimah, S'id Ibnu Jubair, Ata Al-Khurasani, dan Zaid ibnu Aslam dan lainnya, maksud dari firman-Nya 'Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya' adalah tumbuh dewasa dan dapat bepergian dan bekerja seperti yang dilakukan ayahnya.
Saat ia (Ibrahim) membaringkan puteranya yang siap untuk disembelih dan keduanya tunduk serta berserah diri kepada kehendak Allah SWT, maka digantikanlah Nabi Ismail AS dengan seekor sembelihan yang besar. Sejumlah riwayat mengatakannya kambing gibas.
Allah SWT berfirman:
"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim," (QS As Saffat: 103-109).
Menurut Ibnu Abbas, sembelihan sebagaimana diceritakan dalam ayat di atas merupakan kurban yang pertama dalam Islam.
Kisah Kurban Pertama Kali dan Turunnya Perintah Kurban >>