5 Syarat Wajib Haji dan Umrah, Bagaimana Bila Tidak Dikerjakan?

ADVERTISEMENT

5 Syarat Wajib Haji dan Umrah, Bagaimana Bila Tidak Dikerjakan?

Rahma Harbani - detikEdu
Minggu, 05 Jun 2022 06:00 WIB
A Saudi police woman, left, who is recently deployed to the service, at top left, stands alert in front of the Al-Safa mountain, as pilgrims pray at the Grand Mosque, at the Grand Mosque, a day before the annual hajj pilgrimage, Saturday, July 17, 2021. The pilgrimage to Mecca required once in a lifetime of every Muslim who can afford it and is physically able to make it, used to draw more than 2 million people. But for a second straight year it has been curtailed due to the coronavirus with only vaccinated people in Saudi Arabia able to participate. (AP Photo/Amr Nabil)
Ilustrasi. Apa saja 5 syarat wajib haji dan syarat wajib umrah? (AP/Amr Nabil)
Jakarta -

Syarat wajib haji dan umrah adalah rangkaian ibadah yang tidak boleh ditinggalkan oleh jemaah. Konsekuensi bagi yang melalaikannya yakni membayar dam atau denda tanpa menghilangkan keabsahan ibadah yang dilakukannya.

Meski demikian, jemaah haji atau umrah yang sengaja meninggalkan syarat wajib haji dan umrah tanpa adanya uzur yang syar'i, dianggap berdosa. Untuk itu, perlu adanya pemahaman yang tepat mengenai apa saja yang termasuk dengan syarat wajib haji dan umrah.

5 Syarat Wajib Haji dan Umrah

A. Syarat Wajib Haji

1. Ihram

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip Buku Tuntunan Manasik Haji terbitan Kementerian Agama (Kemenag), ihram secara bahasa memiliki arti mengharamkan. Secara istilah dalam konteks haji diartikan sebagai niat masuk sebelum mengerjakan ibadah haji dengan mengharamkan atau menghindari diri dari hal-hal yang dilarang selama ihram.

Bagi seorang muslim yang telah mengucapkan niat ihram haji artinya sudah mulai melaksanakan haji. Bacaan niat haji adalah sebagai berikut:

ADVERTISEMENT

نَوَيْتُ الْحَجَّ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلهِ تَعَالَى لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ بحَجًَةِ

Bacaan latin: Nawaitul hajja wa ahramtu bihi lillahi ta'ala labbaika Allahumma hajjan

Artinya: "Aku berniat haji dengan berihram karena Allah Ta'ala, aku sambut panggilanMu ya Allah untuk berhaji."

2. Mabit di Muzdalifah

Mabit di Muzdalifah diartikan sebagai bermalam di Muzdalifah untiuk memenuhi ketentuan manasik haji pada 10 Zulhijah setelah wukuf di Arafah. Pada pelaksanaannya, jemaah haji dianjurkan untuk memperbanyak bacaan talbiyah, zikir, istigfar, berdoa, atau membaca Al-Qur'an.

"Mabit di Muzdalifah dianggap sah bila jemaah berada di Muzdalifah melewati tengah malam, walau ia hanya mabit sesaat," tulis keterangan dari Kemenag.

Catatan bagi yang harus meninggalkan amalan ini karena uzur syar'i seperti sakit, mengurus orang sakit, atau tersesat di jalan, tidak dikenakan bayaran denda untuk menggantinya.

3. Mabit di Mina

Tidak jauh berbeda dengan syarat wajib haji sebelumnya, mabit di Mina adalah bermalam pada malam hari sesuai dengan nafar atau keberangkatan jemaah haji meninggalkan Mina pada hari-hari tasyrik.

Mabit di Mina dilaksanakan pada tanggal 11-12 Zulhijah bagi nafar awal atau jemaah bakal meninggalkan Mina pada 12 Zulhijah dan dilakukan sebelum terbenam matahari. Sementara itu, mabit pada 11 Zulhijah dilakukan bagi nafar tsani, jemaah akan meninggalkan Mina pada 13 Zulhijah.

Tempat mabit bagi sebagian besar jemaah haji Indonesia adalah Harratul Lisan. Meski demikian, sejak 1984 pemerintah Arab Saudi terus memperluas kawasan Mina hingga jemaah haji dapat mabit di wilayah tersebut yang disebut dengan tausi'atu mina.

4. Melontar Jamrah Ula, Wusta, dan Aqabah

Melontar jamrah artinya melontarkan batu kerikil ke arah jamrah dengan niat mengenai objek jamrah atau marma dan kerikil masuk ke dalam lubangnya. Amalan ini dilakukan pada hari nahar atau 10 Zulhijjah dan hari tasyrik seperti 11-13 Zulhijah.

Tata caranya, melontarkan kerikil satu per satu untuk hitungan satu lontaran. Sebab bila tujuh kerikil dilontarkan sekaligus maka dihitung sebagai satu lontaran. Urutannya dilakukan dengan jamrah Ula, Wusta, dan Aqabah.

Letak jamrah Ula berlokasi di dekat dari arah Haratul Lisan dan jamrah Wusta atau jamrah yang kedua terletak di tengah-tengah antara jamrah Ula dan jamrah Aqabah. Sementara jamrah Aqabah berada di perbatasan antara Mina dan Mekah.

5. Thawaf wada' bagi yang akan meninggalkan Mekah

Wada' di sini secara bahasa berarti perpisahan. Dengan kata lain, thawaf wada' adalah thawaf perpisahan dengan Kakbah, Masjidil Haram, dan sekaligus dengan Mekah.

Dalam rangkaian ini, jemaah dapat memanjatkan syukur kepada Allah SWT atas seluruh rangkaian ibadah yang telah diselesaikan. Selain itu, saat mengerjakan thawaf wada', jemaah juga dapat memanjatkan doa agar diberi keselamatan selama perjalanan pulang.

B. Syarat Wajib Umrah

Syarat wajib umrah adalah berihram dari miqat. Ibadah umrah seseorang tetap sah bila kewajiban miqat ini ditinggalkan, namun dikenakan dam atau denda sebagai gantinya.

Berniat ihram dilakukan dengan membaca niat dalam hati maupun lisan dengan melafalkan bacaan berikut,

نَوَيْتُ العُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهَا لِلهِ تَعَالَى لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ بعُمْرَة

Bacaan latin: Nawaitul 'umrata wa ahramtu bihi lillahi ta'ala labbaika Allahumma 'umratan.

Artinya: "Aku niat umrah dengan berihram karena Allah Ta'ala, aku penuhi panggilanMu ya Allah untuk berumrah."

Bagi jemaah haji gelombang pertama, berniat ihram dilakukan dari miqat Abyar Ali. Sementara jemaah haji gelombang dua, berniat ihram dari asrama haji embarkasi atau di dalam pesawat sebelum melintas Yalamlam atau Qarnul Al Manazil maupun di Bandara King Abdul Aziz Jeddah.

Demikian informasi mengenai syarat wajib haji dan umrah bagi jemaah asal Indonesia. Jangan sampai terlewat rangkaiannya agar tidak terkena denda.




(rah/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads