Mudik merupakan salah satu fenomena besar di Indonesia. Perayaan hari besar umat Islam yang kerap disebut Idul Fitri itu identik dengan yang namanya mudik.
Mudik di Indonesia sudah dilakukan sejak lama. Akan tetapi Lebaran tahun lalu masyarakat Indonesia tidak diperkenankan untuk melakukan mudik di hari raya karena merebaknya pandemi Covid-19. Dan Lebaran tahun ini, pemerintah membolehkan masyarakat mudik dengan beberapa syarat tertentu seperti tes PCR hingga vaksin booster.
Sejarah mudik
Dalam KBBI, mudik artinya berlayar atau pergi. Akar kata mudik yaitu udik, dalam bahasa Palembang memiliki arti kampung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sejarawan UGM, Dr. Abdul Wahid, M.Hum., M.Phil., secara istilah makna mudik yaitu rutinitas orang untuk kembali ke kampung halamannya. Istilah tersebut terkait dengan fenomena pergerakan orang dari satu wilayah ke wilayah lain.
Mudik ini dilakukan oleh para pekerja kota untuk melepas kerinduan dengan keluarganya di kampung halaman. Fenomena mudik ini menjadi suatu euforia yang luar biasa, tidak hanya bagi umat muslim saja bahkan non muslim sekalipun.
Lebih lanjut, Dr. Abdul Wahid menuturkan terkait sejarah dan kapan tahun pastinya mudik bermula di Indonesia belum ada penelitian mendalam terkait hal tersebut. Ia menuturkan, mudik tergolong kepada fenomena kekinian.
"Konteks mudik yang muncul sekarang ini lebih kepada fenomena kekinian. Maksud kekinian yaitu, mudik muncul berkembang dan semakin intensif setelah Indonesia merdeka." papar Dr. Abdul Wahid saat diwawancarai oleh DetikEdu, Rabu (27/04/2022).
Urbanisasi menjadi salah satu penyebab maraknya fenomena mudik. Beliau menyebutkan, urbanisasi ini sudah ada sejak zaman kolonial.
Ketimpangan wilayah sudah pernah terjadi pada periode kolonial, wilayah Jawa menjadi pusat pemerintahan dan pembangunan. Secara garis besar, perkotaan memang menarik masyarakat desa untuk melakukan migrasi.
"Kalau dikaitkan dengan mudik, karena persoalannya kan mudik selalu terkait dengan Idul Fitri kan. Saya kira kalau fenomenanya migrasi saja, itu sudah ada lama dan tentu dalam kondisi tertentu mereka akan pulang ke kampung halaman membawa pendapatan. Nah ini memang perlu diteliti lebih lanjut." jelas Dr. Abdul Wahid.
Perkotaan berkembang lebih pesat daripada pedesaan, di sisi lain kesempatan ekonomi yang ada di desa itu semakin berkurang menurutnya. Pertanian tidak bisa menyanggah ekonomi seluruh masyarakat desa, terlebih jumlah penduduk yang terus meningkat.
Menurut Dr. Abdul Wahid, karena fenomena mudik yang sudah berkembang sedemikian rupa maka mudik menjadi agenda nasional dan perhatian pemerintah. Pemerintah mau tidak mau harus memfasilitasi agenda tersebut.
"Oleh karena itu, transportasi harus diperbaiki dari waktu ke waktu dan kapasitasnya juga harus ditambah. Karena jumlah orang yang berpergian mudik pun terus bertambah." lanjutnya.
(lus/lus)