.webp)
Pelaksanaan puasa Ramadan di luar negeri selalu memberikan banyak kisah dan pelajaran. Seperti yang diceritakan Miftakhul Jannatin, mahasiswa Indonesia di Taiwan yang sedang menyelesaikan pendidikan S3.
"Alhamdulillah di Taiwan banyak musala. Kampus kami juga dekat Hsinchu Islamic Centre, hanya berjarak 12 menit dari kampus naik sepeda (u-bike Taiwan). Dari rumahku sendiri jaraknya cuma 5 menit naik motor," kata mahasiswa yang kerap disapa Titin ini.
Adanya musala memudahkan muslim Taiwan, termasuk mahasiswa, menunaikan ibadah sunah dan wajib selama Ramadan. Selain itu, Hsinchu Islamic Centre banyak menggelar kegiatan selama Ramadan. Misalnya buka puasa bareng yang digelar tiap akhir minggu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Kegiatan saat puasa Ramadan mahasiswa RI di Taiwan. Foto: Dok Miftakhul Jannatin. |
Selain itu ada juga kegiatan khatmil Al-Qur'an dan kajian yang dilakukan para pelajar RI di Taiwan. Islamic Center juga menyediakan sahur bareng bagi yang berkenan menginap lebih dulu di musala.
"Ini ngebantu banget buat mahasiswa anak dorm yang tidak bisa masak, bisa makan gratis. Kalo ada yg mau sahur bareng bisa juga nginep di musala," kata Titin yang kuliah di National Yang Ming Chiao Tung University, Taiwan.
Terkait menu buka puasa Ramadan, Titin mengatakan makanan yang dihidangkan umumnya berasal dari Indonesia. Semua makanan dimasak bersama-sama para WNI di Taiwan baik mahasiswa maupun Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Menurut mahasiswa jurusan PhD of Applied Chemistry ini, tidak sulit menemukan bumbu dan bahan masakan khas Indonesia di Taiwan. Bagi mahasiswa yang tidak bisa memasak, umumnya memesan katering masakan Indonesia.
"Di Taiwan cenderung banyak toko Indonesia, hampir di semua kota ada, jadi nggak perlu mengirim dari Indonesia karena ada di sini," kata Titin yang melanjutkan studi dengan beasiswa NYCU Elite PhD.
Kemudahan memperoleh makanan khas Indonesia dan musala membantu kaum muslim RI menunaikan puasa Ramadan. Apalagi di negara dengan minoritas muslim seperti Taiwan. Sejumlah tantangan harus dihadapi selama puasa Ramadan.
Misalnya tidak ada keringanan saat menunaikan puasa seperti yang diterapkan di Indonesia. Para muslim harus bangun pagi hari sebelum subuh jam 04.13 untuk sahur. Puasa selesai saat azan maghrib berkumandang jam 18.21 yang menandakan waktu buka puasa.
Tak heran bila para muslim yang melaksanakan puasa Ramadan di Taiwan mengundang rasa kagum. Menurut Titin koleganya yang berasal dari Taiwan sampai mengatakan, "If I were you, maybe I will die." Semoga puasa Ramadan mahasiswa, PMI, dan warga muslim di Taiwan selalu dipermudah.
(row/lus)
