Mahasiswa Rentan Terkena Tuberkulosis? Pakar UNS Beri Penjelasan

ADVERTISEMENT

Mahasiswa Rentan Terkena Tuberkulosis? Pakar UNS Beri Penjelasan

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 06 Apr 2022 09:00 WIB
Sejumlah mahasiswa UI dari unsur BEM dan lainnya menggelar piknik di depan gedung rektorat. Massa menuntut pencabutan Statuta UI.
Foto: A.Prasetia/detikcom
Jakarta -

Pada tahun 2020, World Health Organization (WHO) melaporkan Indonesia sebagai negara kedua kedua pengidap Tuberkulosis (TB) terbanyak di dunia. Salah satu kelompok masyarakat yang mengidap TB adalah anak muda khususnya mahasiswa.

Dokter Spesialis Paru Konsultan Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dr. Hendrastutik Apriningsih, Sp.P(K), M.Kes. mengatakan, umumnya TB diidap oleh anak kecil dan orang tua. Hal ini karena daya tahan tubuh mereka dianggap cukup rentan sehingga mudah terserang kuman.

Namun, dr. Hendrastutik juga membenarkan bahwa mahasiswa dapat menjadi pengidap TB. Banyak faktor yang menyebabkan mahasiswa terkena penyakit paru ini.

"Kasus TB ini banyak dan merata. Pertama, orang-orang tua yang punya komorbid atau penyakit bawaan seperti diabetes melitus dan kanker. Kedua, anak-anak muda. Ini cukup banyak, lho," ujar dr. Hendrastutik dalam laman resmi UNS.



Ia menjelaskan bahwa faktor lingkungan dan kebiasaan mahasiswa dapat menyebabkan mereka terkena TB. Dari lingkungan pertemanan hingga kelelahan, berikut 3 alasan mahasiswa rentan terkena TB.

1. Kelelahan Kuliah

Mahasiswa yang kelelahan kuliah seringkali lupa makan. Kebiasaan ini selain mengarah pada penyakit maag juga menurunkan daya tahan tubuh. Turunnya daya tahan tubuh dapat memudahkan penyakit menyerang sistem imun, seperti TB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

2. Kebiasaan Merokok

Mahasiswa perokok aktif akan rentan terhadap kuman TB. Bahkan menurut WHO, tubuh perokok aktif yang mengidap TB akan menolak obat-obat yang diberikan.

Perokok pasif juga terkena imbasnya. Sebab, paparan asap rokok yang diterima akan menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan meningkatkan risiko TB.

3. Interaksi dengan Banyak Orang

Mahasiswa identik dengan kegiatan berkerumun seperti organisasi atau belajar bersama. Hal ini perlu diwaspadai karena orang-orang yang ditemui bisa saja merupakan salah satu pengidap TB.

Itulah alasan mahasiswa rentan terkena TB. Jika mengalami gejala seperti batuk berdahak, batuk berdarah, nyeri dada, sesak napas, dan disertai demam mahasiswa perlu memeriksakan diri ke rumah sakit. Terlebih jika gejala-gejala ini dialami lebih dari dua minggu.

Mahasiswa bisa langsung memeriksakan diri ke dokter spesialis paru. Dokter biasanya akan mendiagnosis dan menyarankan rontgen untuk memastikan penyakit yang dialami. Jika hasil rontgen menunjukkan pasien mengidap TB, pasien harus menjalani pengobatan minimal selama enam bulan.

"Kuman TB ini pintar. Minimal pengobatan 6 bulan. Jika tidak diobati, kuman kebal. Jika kuman sudah kebal, pasien tidak bisa diobati dengan obat TB standar dan pengobatannya berdurasi lebih panjang," ungkap dosen Fakultas Kedokteran UNS itu.




(nwy/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads