Niat puasa Ramadhan menjadi pertanda dimulainya puasa sekaligus menjadi syarat sah pelaksanaan puasa. Menurut Imam Ghazali dalam Ihya Ulumiddin 2, membaca niat pada tiap malam sebelum melakukan puasa Ramadan hukumnya wajib.
Sebab, niat sebelum menjalankan puasa merupakan rukun yang menjadi inti ibadah dari amalan tersebut. Mengutip situs Kementerian Agama (Kemenag) Pekalongan, rukun puasa ini harus diamalkan bagi pelakunya dan tidak boleh ditinggalkan. Berikut bacaan lengkapnya.
A. Niat Puasa Ramadhan dalam Arab, Latib, dan Artinya
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bacaan latin: Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i fardhi syahri Ramadhâni hâdzihis sanati lillâhi ta'âla.
Artinya: "Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah ta'ala."
Kendati bacaan niat pusa Ramadhan mungkin tidak terlalu panjang untuk dihapal, namun ada kalanya bagi seorang muslim melakukan kesalahan. Seperti, lupa membaca niat puasa Ramadhan pada malam hari sebelum berpuasa.
B. Bagaimana Hukum Lupa Niat Puasa Ramadhan?
Masih mengutip sumber yang sama, hukum bagi seorang muslim yang lupa membaca niat puasa Ramadhan pada malam harinya dianggap tidak sah puasanya. Landasan ketidaksahan ini juga bersandar pada keterangan hadits berikut,
مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ طُلُوعِ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
Artinya: "Barangsiapa yang belum berniat (untuk puasa) di malam hari sebelum terbitnya fajar maka tidak ada puasa baginya." (HR Ad-Daru Quthni dan Al- Baihaqi).
Begitu pun juga kesepakatan para imam mazhab Maliki, Syafi'i, dan Ahmad dalam buku Dahsyatnya Puasa Sunah oleh Amirulloh Syarbini dan Lis Nur'aeni Afgani. Ketiganya menyebut, meski puasa Ramadhan yang tidak didahului niat dianggap tidak sah, hendaknya seorang muslim tetap melanjutkan puasa pada siang harinya.
Puasa Ramadhan tetap dilanjutkan dengan catatan wajib bagi mereka untuk mengqadha atau mengganti puasa yang ditinggalkan niatnya tersebut. Hal ini dilakukan sebagai penghormatan pada bulan Ramadhan.
"Sedangkan jika tidak berniat puasa malam hari itu karena kesengajaan maka puasanya dianggap tidak sah, karena segala puasa fardhu disyaratkan niat pada malam harinya," bunyi keterangan dalam buku terbitan Ruang Kata tersebut.
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab Jilid 2 kemudian membagikan solusi untuk menghindari hal ini. Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi menyebut, mazhab Maliki berpendapat bahwa niat berpuasa cukup dilakukan satu kali jika waktu berpuasanya dilakukan setiap hari, seperti puasa Ramadhan.
Di samping itu, mazhab Maliki menyebut, niat puasa juga cukup terwakilkan dengan niat secara hukum, yaitu dengan makan sahur. Sebab, dengan makan sahur sudah dapat dipastikan seseorang berniat untuk berpuasa.
"Apabila seseorang bertanya untuk apa makan pada jam seperti itu (jam sahur), lalu dijawab, 'Aku sedang bersahur untuk melakukan puasa di esok hari," itu sudah cukup sebagai niat puasa," tulis Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi.
Selain mazhab Maliki, mazhab Hanafi juga membolehkan niat puasa Ramadhan dibaca pada pagi harinya bila lupa dilakukan pada malam hari. Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmû' Syarhul Muhadzdzab berkata,
"Disunahkan (bagi yang lupa niat di malam hari) berniat puasa Ramadhan di pagi harinya. Karena yang demikian itu mencukupi menurut Imam Abu Hanifah, maka diambil langkah kehati-hatian dengan berniat," (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Majmû' Syarhul Muhadzdzab)
Perlu diingat, solusi lupa membaca niat puasa Ramadan ini bisa dilakukan dengan niatan langkah taqlid terhadap Imam Abu Hanifah. Sekaligus juga hanya berlaku bagi yang benar-benar lupa dan bukan sengaja tidak berniat di malam hari.
(rah/lus)