Insiden bendera merupakan peristiwa yang terjadi di Hotel Yamato, Jalan Tunjungan, Surabaya sebelum terjadi Pertempuran 10 November. Insiden di Hotel Yamato terjadi pada tanggal 19 September 1945. Apa faktor penyebab insiden bendera di Hotel Yamato tersebut?
Orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang saat itu menduduki Hotel Yamato dibantu segerombol pasukan Sekutu. Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Victor W. Charles Ploegman tersebut, lalu mengibarkan bendera Belanda berwarna merah putih biru di di puncak Hotel Yamato, seperti dikutip dari Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik sampai Kontemporer oleh Adi Sudirman.
Tindakan ini memancing kemarahan para pemuda karena dianggap sebagai bentuk penghinaan atas kedaulatan Indonesia yang merdeka pada 17 Agustus di tahun yang sama. Tindakan tersebut juga dianggap sebagai bentuk simbol Belanda mengembalikan kekuasaannya di Indonesia serta melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Residen Sudirman lalu meminta penurunan bendera Belanda tersebut, namun ditolak oleh penghuni hotel. Hotel Yamato lalu diserbu para pemuda sehingga terjadi bentrokan.
Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel dan menurunkan bendera Belanda yang berkibar di puncak Hotel Yamato. Pemuda lalu merobek warna biru di bendera tersebut dan mengibarkan kembali sebagai bendera Merah Putih.
Faktor Penyebab Insiden Bendera di Hotel Yamato
1. Belanda dinilai sudah memprovokasi dengan mengibarkan bendera merah putih biru di Hotel Yamato, Surabaya
2. Gagalnya perundingan antara Residen Sudirman dengan Victor W. Charles Ploegman untuk menurunkan bendera merah putih biru tersebut
3. Massa Indonesia mengetahui situasi perundingan tidak berjalan baik sehingga masuk ke Hotel Yamato.
Brigadir Jenderal AWS Mallaby dan Brigade 49 kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Pasukan ini bertugas melucuti tentara Jepang dan menyelamatkan interniran Sekutu. Brigade ini merupakan bagian dari 23rd Indian Division yang dipimpin Mayor Jenderal D.C. Hawthorn.
Brigjen Mallaby lalu bertemu dengan perwakilan masyarakat Jawa Timur yang dipimpin oleh RMTA Soerjo. Kedua pihak di antaranya sepakat Inggris tidak menyertakan Angkatan Perang belanda di pasukannya, akan bekerja sama untuk menjamin keamanan dan ketentraman, akan dibentuk kontrak biro kerja sama, dan Inggris hanya akan melucuti senjata tentara Jepang.
Pelanggaran Mallaby dan pasukannya pada perjanjian tersebut memincu konflik bersenjata meletus pada 27 Oktober 1945. Pada peristiwa ini, masyarakat Surabaya menyerang pusat kedudukan Inggris.
(twu/row)