Plagiarisme adalah perbuatan sengaja atau tidak disengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit nilai suatu karya ilmiah. Dalam KBBI, plagiarisme bahkan diartikan sebagai penjiplakan yang melanggar hak cipta.
Dalam dunia akademik, plagiarisme perlu dipahami secara lebih rinci oleh seluruh pihak baik mahasiswa atau dosen. Sebab, plagiarisme berisiko mencoreng integritas akademik atau prinsip-prinsip moral terkait dengan kebenaran, keadilan, kejujuran di lingkungan akademik.
Karena itu, penting untuk memahami lebih jauh apa itu plagiarisme dan bagaimana plagiarisme terjadi di lingkungan akademik terutama jenjang perguruan tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi, hingga saat ini masih banyak orang mengira bahwa plagiarisme adalah kegiatan copy paste saja. Padahal, ada banyak hal yang mendasari sebuah tulisan akademik bisa disebut plagiarisme.
Pakar dari layanan deteksi plagiarisme berbasis internet Turnitin Yovita Marlina mengatakan, plagiarisme merupakan salah satu bagian kecil dari integritas akademik.
"Kita tidak bisa menyalahkan seratus persen akan adanya plagiarisme karena perlu adanya edukasi menyeluruh agar para mahasiswa mempunyai integritas dalam setiap pekerjaan mereka," terang Senior Manager Turnitin, Southeast Asia tersebut kepada detikEdu, Rabu (2/3/2022).
Plagiarisme Bukan Hanya Copy Paste
Lebih lanjut Yovita menjelaskan bahwa plagiarisme bukan hanya soal copy paste saja namun berhubungan dengan beberapa hal penting, di antaranya:
- Kemampuan menyusun kosakata dan memahami tata bahasa
- Kemampuan berpikir kritis
- Kemampuan berargumentasi
- Keterampilan dalam mengutip
- Keterampilan melakukan parafrase
- Manajemen waktu
Penyebab Terjadinya Plagiarisme di Lingkungan Kampus
Adapun munculnya plagiarisme di kampus, menurut Senior Manager Turnitin, bisa terjadi secara umum karena hal berikut:
1. Kurangnya Informasi
Kurangnya akses informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan plagiarisme membuat plagiarisme bisa terjadi. Baik mahasiswa maupun pihak kampus perlu memiliki informasi yang memadai tentang plagiarisme dan cara pencegahannya.
2. Banyak kampus belum maksimal dalam teknologi
Sebelum pandemi, banyak kampus kurang memaksimalkan teknologi, termasuk dalam hal pengecekan plagiarisme tulisan akademik. Namun, sejak semua sistem pendidikan beralih ke online, mahasiswa atau pihak kampus perlu memanfaatkan teknologi untuk mengecek plagiarisme.
3. Kebiasaan mengerjakan dalam keadaan kepepet
Seringkali mahasiswa mengerjakan tugas penulisan akademik dalam waktu kepepet sehingga kurang maksimal dalam membaca, mencari referensi, melakukan pengutipan dengan tepat, hingga kurang maksimal dalam melakukan parafrase. Bahkan paling parah, mahasiswa bisa saja melakukan copy paste untuk mengejar deadline tugas.
"Dengan Turnitin ini, bisa membantu mengecek mahasiswa, peneliti, atau siapapun untuk melihat tulisan mereka sejauh mana. Apakah ada kesamaan dengan yang lain, apakah skill parafrase, citation, dan quote sudah benar atau belum," papar Yovita.
Kedepannya, Yovita berpesan untuk membangun integritas akademik, dosen atau pembimbing perlu mengecek kembali tulisan akademik secara keseluruhan tidak hanya memberikan penilaian plagiarisme saja.
(faz/twu)











































