Hadits memiliki banyak dasar penggolongan, yang bisa jadi berdampak pada derajatnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya penggolongan berdasarkan jumlah perawinya.
Dikutip dari tulisan berjudul Predikat Hadis dari Segi Jumlah Riwayat dan Sikap Para Ulama terhadap Hadis Ahad, ada dua jenis hadits berdasarkan kategori tersebut. Ada yang diterima kebenarannya, namun ada juga yang tertolak.
Dua jenis hadits
Dalam tulisan karya Saifuddin Zuhri dari Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), berikut penjelasannya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Hadits mutawatir
Tulisan tersebut menjelaskan, hadits mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan sejumlah orang pada setiap tingkat sanadnya. Saking banyaknya hingga mustahil mereka semua sepakat berbohong.
Dengan pemikiran tersebut, hadits mutawatir diyakini kebenarannya. Kalimat dan redaksi tiap hadits bisa jadi berbeda namun maksudnya sama. Hadits mutawatir betul-betul bersumber dari Nabi SAW.
"Hadits mutawatir sama dengan Al-Quran dalam hal keutentikannya karena keduanya qat'iul wurud (sesuatu yang pasti datangnya). Para ulama sepakat hadis Mutawatir wajib diamalkan dalam seluruh aspek termasuk akidah," tulis jurnal tersebut.
Jenis hadits mutawatir terdiri dari mutawatir lafdhy, mutawatir ma'nawi dan mutawatir 'amaly. Contoh mutawatir lafdhy adalah hadis yang sama bunyi lafazh, hukum dan maknanya. Berikut contohnya
![]() |
2. Hadits ahad
Golongan ini adalah hadits yang jumlah para perawinya kurang dari hadis Mutawatir. Hadits ahad juga tidak memenuhi syarat dan mencapai derajat hadits mutawatir. Akibatnya keterikatan muslim dengan hadits ini tidak seperti mutawatir.
"Keterikatan orang Islam terhadap hadits ahad bergantung pada kualitas periwayat dan persambungan sanadnya. Bila sanadnya bersambung dan kualitas periwayatnya bagus maka menurut jumhur ulama, hadits itu harus dijadikan dasar," tulis artikel tersebut.
Hadits ahad terbagi menjadi masyhur, azis, dan gharib. Berikut contohnya untuk hadits masyhur yang jumlah perawinya untuk tiap tingkatan tidak harus tiga orang
![]() |
Semoga tulisan tentang golongan hadits dan sebutan untuk yang banyak perawinya bisa meningkatkan keimanan, serta keinginan kita melaksanakan sunnah mengikuti Nabi SAW.
(row/lus)